"selamat datang tong" sapa Mas Diki dengan hangat ketika diriku baru turun dari mobil. aku cuma membalas dengan senyum karena masih terasa capek banget perjalanan 7 jam ku tempuh, emang siih aku cuma numpang tapi tetep aja capek kan.
Akhirya sampai Jogja juga, sudah satu bulan lebih ku tinggalkan kota ini sejak sebelum lebaran dan setelah peristiwa yang mejengkelkan.
"Pie kabar Mas Diki?" tanya ku basa basi, padahal udah tau baik-baik aja lah wong tiap hari juga SMSn.
"Apik ae mas. Udah siap kembali nih?
"hhhmmm" aku tidak langsung menjawab, masih mengawang membuat kalimat untuk menjawabnya. "Life must go on mas. mau nggak mau harus siap juga. dan nggak ada gunanya juga untuk mengurung diri." jawab ku diplomatis dengan mata menerawang.
"apa yang akan kamu lakukan?" Mas Dikki kembali melempar pertanyaan.
aduh kenapa sih baru aja ketemu pertanyaannya berat banget. aku ingin bernafas dulu lah.........
"aku cuma ingin memuwujudkan mimpiku" aku mengatur posisi duduk ku agar lebih nyaman ."cita-ctt ku yang pertama sudah kesampaian menjadi jurnalis walau sekarang udah berakhir sih......"
Mas Dikki mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya "Ngimpi opo toh lek? tapi masih di Jogja kan?"
"Sayangya nggak di Jogja lagi mas, aku kemballi ke peradaban ini nggak di Jogja tapi pindah ke Denpasar. tempat baru"
"aku cuma ingin memuwujudkan mimpiku" aku mengatur posisi duduk ku agar lebih nyaman ."cita-ctt ku yang pertama sudah kesampaian menjadi jurnalis walau sekarang udah berakhir sih......"
Mas Dikki mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya "Ngimpi opo toh lek? tapi masih di Jogja kan?"
"Sayangya nggak di Jogja lagi mas, aku kemballi ke peradaban ini nggak di Jogja tapi pindah ke Denpasar. tempat baru"
