Wednesday 24 July 2013

ONE NITE STAND

Sepulang kerja setelah mandi paling enak itu malas-malasan di kost sambil nonton televisi atau dvd. Kadang ditemani secangkir kopi hitam bila harus melanjutkan pekerjaan yang di bawa pulang. Itulah keseharian yang dilakukan oleh Tama sepulang kerja.

Kebetulan hari ini nggak ada kerjaan yang di bawa pulang, jadi Tama lebih memilih menonton film masih ada setumpuk dvd yang tergeletak di meja televisi. Saat ini Tama ingin menonton  film remaja buatan dalam negeri jadilah yang di pilih berjudul Radio Gaul FM, film yang sangat ringan. Tama sudah terlalu pusing dengan urusan kerjaan dan tidak mau tambah puyeng menonon film yang harus membuatnya berfikir lagi.

Disaat lagi asik nonton film, handphone Tama berdering . “Siapa sih malam-malam gini yang telpon,” gerutu Tama sambil beranjak dari kasurnya untuk  mengambil handphonenya yang ada tergeletak di samping televise. Dilihatnya dilayar tertulis nama Romi, teman kerjanya.  Sebenarnya Tama malas untuk mengangkatnya tetapi barangkali panggilan ini penting soal kerjaan.

“Halo Rom, ada apa?” Tanya Tama pada Romi. “Ah aku udah makan, lagian aku juga malas keluar lagi lagian udah jam 10 malem,” Tama diam sejenak mendengarkan ocehan Romi di telpon. “Iya, aku keluar sekarang, bukain gerbang.”

Tama jadi menyesal mengangkat telpon dari Romi. Tadi di telpon Romi mengajak makan tetapi kayaknya ada tujuan lain selain makan. Lebih mengesalkan ternyata dia udah ada di gerbang kost, mau nggak mau Tama mempersilahkan sahabatnya masuk ke kost. Ini bukan yang pertama kali Romi melakakuan seperti ini. Kelakuan kayak gini yang sering buat Tama kesal.

Begitu masuk kamar, Romi langsung menjatuhkan bandannya di sofa. Terlihat pakaian kerja masih melekat di tubuhnya tetapi wajah segar masih terpancar. Tama hanya menduga pasti Romi habis ketemu client malam ini pulangnya langsung ke sini. Dari gelagatnya akan muncul nggak enak.

“Hari ini kan Rabu,” Romi mulai berbasa basi melancarkan rencananya.
“So?” Tama menanggapi dengan singkat, matanya masih terpana pada layar terlevisi. “To the poin aja dech.”
“Okey. sekarng Rabu Gaul, yuk cabut ke Legian,”  Romi mengedipkan mata dengan genit ke arah Tama sebagai tanda rayuan.
“Ich jijik tau mata kamu.” Tama melemparkan bantal ke arah Romi namun dapat di tangkisnya.  “Ogah ah dugem gitu-gitu yang ada tepar.”

Tama segera menolak ajakan dari Romi. Memang sih Tama sudah lama nggak dugem tapi malam ini rasanya malas banget ke tempat seperti itu meskipun besok adalah hari libur.

“Ayolah….” Romi terus berjuang mengajak Tama. “Gwe bayarin minum dech,” serangan rayuan kedua dari Romi.

Tama tetap saja cuek apa yang di katakana oleh Romi. Matanya masih terpusat pada televisi. Lagian Tama sudah berhenti merokok apalagi minum. Kalau sampai minum alcohol dietnya bisa berantakan lagi. Alcoholkan bisa mengakibatkan perut buncit apalagi sekarang Tama sudah berumur 30 sudah masanya perut membuncit bila kelebihan berat badan.

Romi sudah siap malancarkan jurus berikutnya. “DJ-nya seru loh male mini gwe denger dari Ausie. “ Romi sekarang beralih duduk di kasur bersebelahan dengan Tama. “Nanti juga banyak yang mau gabung koq.”

“Siapa saja” Tanya Tama, sepertinya ada sedikit ketertarikan mengikuti ajakan Romi.
Denga cekatan Romi segera menjawab. “Tadi sih Dina sama Mita minta di jemput mereka kan satu kost. Frans sama Piter nanti nyusul. Bastian sam Indri kayaknya udah nyampe dech.”
“Wih gokil……seru tuh. Ayo gih kamu berangkat sana kasian Mita sama Dina udah nunggu.” Tama mendorong Rm sebagai tanda pengusiran. 

Tama masih tidak tertarik ajakan dari Romi apalagi dengan sederet nama teman tongkrongannya ada diantara mereka sebagai ratu dan raja clubbing.

“Ayo lah Tam…ikut…..” Romi masih tetep bertahan di kamar Tama.

Handphone Romi berbunyi. “Dari Mita,” kata Romi menunjukan nama di layar handphone kepada Tama. Tama hanya melihatnya sekilas.

“Iye Mit, ni gwe masih di kost Tama sabar ye… ni Tama susah banget di ajak. Bentar.” Romi memberikan handphonenya kepada Tama.

“Ogah ah ngomong sama Mita, aku gak ikut titik.” Tama semakin kesal pada ulah temannya yang masih memaksa ikutan dugem.
“Bentar aja……ngomong dulu sama Mita kalo loe gak ikut.”
Terpaksa Tama berbicara dengan Mita di handphone. “Apa Mit?Hmmm, yaa……” Tama hanya menggumam mendengarkan ocehan Mita.  “Beneran ya…..janji….ok aku ikut.”
“Yes!!!” Romi bersorak gembira akhirnya Tama luluh juga oleh rayuan Mita. Sebenarnya Romi penasaran juga sih apa yang di omongin Mita, Tama bis berubah pikiran.

Tama segera mengganti pakaiannya. Pilihan Tama pada kemeja biru gelap dipadukn dengan jins hitam ketat. Tidak ketinggalan rambutnya dilumuri dengan gel agar tegak berdiri. Bubuhan parfum mengharumkan seluruh badan dan bajunya. Malam ini agar tidak terlalu formal tama lebih memakai snekers warna putih.

“Ayo berangkat,” Tama menarik Romi yang masih rebahan di kasur.
“Koq sekarang kamu jadi yang semangat sih?” Tanya Romi keheran sambil berdiri dan berjalan ke pintu.
“Udah ah gak usah cerewet.”  Tama malas membahasnya dan segera bergegas ke keluar dari kamar berjalan menuju mobil Romi yang terparkir di depan kamar.

Mobil Romi meluncur di jalanan mulus Kota Denpasar, tujuan berikutnya ke daerah Panjer tempat kostnya Mita dan Dina. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kost Tama yang ada di daerah Renon. Cukup dengan 5 menit sampai di kost Mita dan Dina, ternyata mereka sudah siap bahkan sudah nangkring di denpan pagar kost. Rute berikutnya mereka menyusuri jalan Sesetan dan By Pass Ngurah Rai menuju daerah Legian.

Sepanjang perjalanan mereka lebih banyak ngegosipin salah satu teman mereka yang ketahuan selingkuh dan biang gosipnya adalah Dina. Tama lebih memilih diam dan asik dengan game di smartphonenya. Sesekali Mita berkaca mengawasi make up-nya dan bila ada dirasa kurang segera di rapihkan. Mita lebih terliha glamour dengan mini dress ungu, sepatu hak tinggi hitam mengkilat dipadu dengan tas tangan berwarna ungu. Dina kebalikan dari Mita terlihat lebih simpel, hanya mengunakan calana jins ketat, kaos berawarna pink ketat dengan belahan dada dipadu dengan kemben putih tidak ketinggalan pakai sepatu hak tinggi.

Berhubung sudah malam dan jalanan lengan. Hanya membutuhkan 15 menit perjalanan dari Panjer ke Legian. Suasana tampak sangat jauh berbeda antara Legian dengan Denpasar dimalam hari. Di sepanjang Legian suara hingar bingar di tempat hiburan membahana khsusnya sekitar monument bom Bali. Tujuan Tama dan teman-temannya ke pub sekitar monument Bom Bali.

Tama dan teman-teman segera memasuki pub yang penuh dengan orang dari berbagai Negara, sebagian besar besar tetapi banyak juga orang Indonesianya.  Dentuman musik menyeruak ke seantero ruangan termasuk menusuk telinga para pengunjung. Sebagian pengunjung hanya duduk sambil minum bir ada juga yang berdisko ria mengikuti alunan music di dekat bar. Ada juga pasangan yang sedang bermesraan.

“Eh itu Bastian,” Mitha menunjuk cowok gendut yang sedang duduk di bar.
“Ya udah panggil aja dia kita duduk di sana yang tempatnya lebih besar jadi bisa nampung kita semua.” Ucap Romi sambil menunjuk sebuah tempat dipojok ruangan dengan meja besar dikelilingi sofa.

Tama mengikuti langkah Romi sedangkan Mitha berjalan ke Bastian untuk mengajaknya bergabung dengan yang lain. Tama lebih memilih duduk  paling pinggir biar lebih leluasa kalau tiba-tiba ingin meninggalkan café. Buat Tama ini merupakan tempat yang paling tidak nyaman, kalau bukan karena terpaksa tidak mungkin ikut ajakan Romi dan Mitha.

Tak lama setelah kedatangan mereka pelayan menyuguhkan beberapa minuman berakohol dengan kadar yang tinggi. Langsung saja Dina menyeduhkan minuman tersebut ke gelas. Romi, Mitha, Bastian, Indri menyambut mengambail gelas yang berisi alcohol.

“Nih buat lo,” Dina memberikan satu gelas ke Tama, terpaksa juga Tama menerimanya karena nggak enak juga sama tema-temanya yang sudah antusias untuk berpesta. Semua orang sudah memegang gelas.

“Cheeerrrssss” Teriak Dina lalu disambut dengan yang lainnya. Gelas mereka berdeting akibat saling beradu.

Bastian langsung menengguk habis minuman padahal terisi penuh. Tama sendiri hanya berpura-pura meminumnya. Pesta sudah dimulai acara minum-minum segera berlanjut. Romi lebih memilih berdisko di lantai dansa. Untuk menghilangkan rasa suntuk Tama merokok dan asik dengan gadgetnya. Sebenarnya sudah tidak sabar ingin meninggalkan tempat ini tetapi masih belum bisa menunggu janji dari Mita.

Sekarang sudah tengah malam, pesta mereka semakin meriah apa lagi Piter dan Frans sudah bergabung. Dina dan Romi sudah setengah mabuk, omongan mereka sudah agak melantur. Meskipun suasana ramai Tama merasa bosan karena memang tidak minat pada acara seperti ini. Saat Tama akan memutuskan pergi dari sekumpulan pemabuk ini muncul cowok ngondek dan seorang wanita yang luamayan cantik wajahnya manis tubuhnya terlihat seksi. Kedua orang ini menghampiri Mita. Mungkin inilah orang yang ditunggu Tama dari tadi.
“Woy Tam, kenalin ini Raisa yang tadi aku omongin di telpon.” Mitha memperkenalkan cewek itu kepada Tama.

Raisa langsung menghampiri Tama. Tama bangkit dari duduknya lalu menjabat tangan Raisa dengan senyum.

“Hai….salam kenal,” ucap Tama bersahabat. 

Lalu mereka duduk bersebelahan. Tama segera menyeduhkan minuman berakohol itu ke gelas yang masih kosong tanpa ad yang punya. Gelas tersebut terisi setengah, sebagai tanda perkenalan mereka berdua cheers lalu menenggak minuman tersebut. Sebenarnya Tama males banget sampai minum alcohol tetapi ini demi sesuap nasi.

“GImana liburan di Bali?” Tanya Tama basa basi, dan terpaksa agak setengah berteriak agar suaranya bisa mengalahkan dentuman music.
“Seru, maka dari itu aku lagi cari rumah di sini. Biar bisa nggak repot kalau ke Bali.” Raisa membalasnya dengan berteriak juga.

Selanjutnya mereka bercengkrama sambil teriak-teriak karena musik mengalahkan suara mereka. Tidak membutuhkanlama untuk megakrabkan diri karena keduanya sama-sama lues dalam berteman. Mereka juga semakin menghangat karena minuman.

“Pindah ajah yuk ke hotel ku, capek disini ngomongnya teriak terus.” Ajak Raisa pada Tama.
“Jauh gak hotelnya?”
“Nggak koq deket sini tinggal nyebrang situ.”
“Oke lah,” Tama mennyetujui ajakan Riasa. “Eh aku cabut duluan sama Riasa,” Tama berpamitan kepada kawan-kawannya.
“Jangan lupa pake ini.” Romi menaruh sebutir pil berwarna pink dan kondom. “Have fun ya….”

Tama langsung saja pergi tanpa mengambil barang yang diberikan oleh Romi. Suasana diluar pub masih saja ramai padahal sudah lewat tengah malam. Sebagian dari mereka khususnya para bule jalan sempoyongan karena mabok. Gadis-gadis cantik berpakaian minim berdiri depan café sambil member salam mengajak wisataan yang lewat masuk ke dalam ada juga yang membagikan selebaran.

Hotelnya Raisa memang cukup dekat dari café tempat tadi berkumpul. Mereka berdua masuk kamar hotel. Tama duduk diatas sofa yang empuk. Raisa sendiri begitu masuk langsung melepas sepatu hak tingginya mungkin sudah terlalu capek tumitnya. Lalu ke kulkas mengambil sebotol minuman alkhol tentunya langsug dituangkan ke gelas. Raisa memberikan satu untuk Tama.

Raisa duduk di sebelah Tama, dekat sekali. Sepertinya Raisa tertarik dengan Tama. Begitu pula dengan Tama siapa sih yang nggak suka sama Raisa, cewek cantik dengan badan aduhai pasti setiap pria normal nafsu sama dia.

“Oh ya kata Mitha kamu mau rekomendasikan rumah,” Raisa memulai obrolan.
“Kalo saya rekomendasikan pasti ditempat ku lah daerah Nusa Dua kalau nggak ya di Denpasar.”
“Menurut kamu lebih baik dimana?”
“Di Denpasar karena banyak kehidupan disitu. Kalau di Nusa Dua sepi gitulah tapi buat menenangkan diri atau liburan cocok sih.”
“Ouh gitu,” Raisa mengangguk. “Ayo donk di minum jangan di pegang saja.”

Tama meneguk sedikit minumannya tanda menghormati tuan rumah. Bagi Tama ini sudah memasuki sesi pekerjaan. Tama memang bekerja sebagai agen property, kerjaannya mencari orang yang bersedia membeli rumah. Sejak pindah di Denpasar Tama menekuni profesi ini. Sebelumnya di Semarang pekerja kantoran. Tama merasa bosa setiap hari aktifitasnya Cuma dikantor. Lalu Tama mendapat tawaran pekerjaan di Denpasar, tanpa pikir panjang Tama langsung menyetujuinya. Sekarang sudah hampir setahun tinggal di Denpasar.

Entah disengaja atau tanpa sengaja minuman yang di pegang Raisa tumbah di baju Tama.
“Eh maaf tumpah,” ucap Raisa sambil mengusap tangannya di dada Tama untuk mengeringkan air. Sebeneranya tidak ada gunanya juga melakukan seperti itu karena baju Tama basah seluruhnya di bagian depan.

“Gak apa-apa koq.”
“Lepas aja bajunya, aku ada kaos cowok koq tadi sore baru beli.”

Tama mengangguk lalu segera melepaskan bajunya. Sekaran terpangpang sebidang dada yang agak kekar dan perut rata tetapi tidak kotak-kotak karena sudah lama sekali Tama tidak fitness. Raisa masih saja duduk disebelah dan terkesima dengan badan Tama. Mata Raisa berbinar-binar seperti menemukan permata.

Tama menjadi salah tingkah Raisa menatapnya seperti itu. Di samping Tama ada bantal sofa lalu diambilnya untuk menutupi dadanya. Tetapi Riasa menepisnya, “Dada kamu bagus kenapa harus malu.” Raisa meraba dada Tama dengan jarinya, kukunya sangat indah panjang dan bercat ungu.

Saat akan menepis tangan Raisa, tiba-tiba saja bibir Tama dilumat oleh bibir Raisa. Tama tak berdaya mendapat rangsang seperti itu. Tidak ada tenaga untuk menolaknya. Pikiran sehatnya hilang sekejap, yang ada dibenaknya bersyukur mendapatkan wanita secantik Raisa.

Permainan liar itu berlanjut, ditariknya Riasia oleh Tama lalu di banting ke kasur yang empuk. Posisi mereka sekarang bertindihan. Bibir mereka masih saja beradu. Keduanya terhanyut oleh bisikan setan yang durjana. Dengan sigap Raisa melepas gaun, begitu pula dengan Tama. Kini dua manusia tersebut hanya mengenakan pakaian dalam.

Saat Rasia akan mempelorotkan celana dalam Tama. Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba merasuk Tama dan menjadi sadar seketika. Tangan Tama berusaha menahan usaha Raisa. Mata terbelalak dan seketika itu juga mencabut bibirnya yang sedang di lumat Raisa. Tama segera bangkit tapi posisinya masih menduduki Raisa dan mematung, rasa shock menjalar keseluruh tubuh. Masih belum percaya apa yang telah diperbuatnya.

“Kenapa Tam?” Tanya Raisa. Tama langsung terbangun dari lamunannya.
“Maaf aku nggak bisa.” Ada rasa bersalah dan penyesalan dalam nada suara Tama.

Tama menyesal telah melakukan hal bodoh dan akan lebih merasa bersalah bila bersenggama tersebut dilanjutkan. Tidak seharusnya Tama melakukan seperti itu, karena Tama sudah mempunyai Fitri.

Tama bangkit dari kasur dan segera memungut celana panjang dan bajunya yang berserakan dilantai. Raisa sendiri masih tergeletak di kasur dan masih ada rasa tidak percaya dirinya dicampakan oleh Tama. Ada rasa marah berkecambuk di dada Raisa.

“Kenapa?” Raisa menanyakan kembali karena penasaran kenapa tiba-tiba Tama menghentikan aktifitas itu.
“Aku tidak bisa,” jawab Tama tanpa menjelaskan alasan.
“Iya tapi kenapa?” Raisa terus mendesak.
“Aku sudah punya istri dan kamu juga sudah punya suami kan?”
“Nggak usah munafik dech, kamu juga “butuh” kan? ” Kata Raisa berang.

Sambil memakai celana menghadap Raisa .”Aku memang “butuh” tapi aku bisa lakukan dengan istriku. Mungkin Romi yang lebih membutuhkan itu semua sex dan uang.” Tama berusa mengontrol emosi yang siap meledak.
“Jadi tujuan mu minta ketemu aku buat ml bukan untuk beli rumah?” Tanya Tama sinis.

Raisa hanya diam karena tidak bisa menjawab pertanyaan Tama. Namun didalam otak sedang berputar mencari sesuatu untuk menyerang Tama dengan perkataan.

“Memang seberapa hebat apa istrimu di ranjang,” desis Raisa dengan tatapan murka.
“Mungkin dia tidak sehebat kamu, tapi dia bisa lebih mengerti aku.Apa kamu tidak memikirkan suami mu dirumah yang sedang mencemaskan mu menunggu kedatangan mu.” Suara Tama sedikit dipelankan tetapi setajam silet menyayat hati Raisa.  

Mendapat penjelasan seperti itu Raisa membumkam. Mungkin ada rasa penyeselannya juga telah menghianati pernikhannya itu. Raisa menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Tama sendiri sudah berpakaian meskipun masih terlihat acak-acakan.

“Maaf aku pulang dulu, terim kasih” Tama berpamitan pada Raisa. Segera meninggalkan kamar hotel.

Saat itu sudah pukul 3, jalanan agak lengang suara hingar bingar musik dugem sudah tidak seberisik waktu Tama datang di kawasan Legian. Tama memberhentikan Taxi yang sedang lewat.

“Ke air port pak.” Pinta Tama kepada supir Taxi tersebut.

Kepada : Mita
Dari        : Tama
Pesan    : Mit, Sory aku resign dari kerjaan besok aku kirim surat pengunduran diri.

Kepada : Romi
Dari        : Tama
Pesan    : Makasih buat malam ini. Aku dapat kebahagiaan hidup.

Tama mengirimkan dua pesan tersebut untuk kedua temannya. Hidup ini adalah suatu pilihan dan Tama menyadari pilihannya bekerja di Bali tanpa di damping istri suatu kesalahan fatal tetapi tidak menyesalinya karea ini adalah pengalaman hidup. Berkat Romi juga Tama mendapatkan pelajaran hidup di mala mini.

Tama akan pulang ke Semarang pakai pesawat paling pagi, meskipun belum membeli tiket pesawat dan tanpa persiapan lainnya. Tama masih menyesal pada perbuatannya, perasaan itu membawanya ingin segera pulang dan bertemu dengan keluarganya. Sepanjang perjalanan itu memikirkan akan meninggalkan pekerjaanya di Bali. Ternyata dekat dengan keluarga itu lebih baik, itu yang ada di benak Tama saat ini.  



Sunday 21 July 2013

#WriterBlock

udah luamayan lama juga gak posting cerpen or cerbung penyebab utamanya adalah gak mood. nah loh koq iso gak mood gitu. yang pertama pengaruh dari orang laen ada aja yang syirik sama tulisan ku tapi kayaknya gak perlu diceritain siapa dia. but thx buat dia udah kasih masukan "segala sesuatunya masih jauh dari kata sempurna hanya Allah yang sempura"

kedua gak mood sama nulis cerpen, sekarang sih masih ada cerpen yang di garap tapi kayaknya gak sreg dihati untuk di posting masih acak-acakan banget penyebab utamanya juga karena gak mood, karena nggaak ada feel untuk lanjutin dan belum dapat soul dari cerita itu sendiri. kayaknya perlu refreshing

cara refreshingnya adalah baca sebanyak-banyak novel kali aja ada ide yang muncul bukan berarti plagiat loh cuma menyegarkan otak yang udah beku sapa tau dengan baca nemu istilah baru atau ide cerita untuk di kembangkan atau di modifikasi.

buat yang suka cerita remaja ada baiknya baca teenlit disitu sumber ilmu bacaan yang penting sih ikutan update apa yang ada di dunia remaja. seru juga kali ya kalo ikutan jadi anak SMA,hahahah gak kebayang muka udah jadul gini pake seragam putih abu-abu (>_<). Baca komik juga perlu juga tuh disitu kan banyak cerita remaja sapa tau bisa dapetin ide menarik.

Berapa hari ini aku juga sibuk, cihuy.....dapet ponakan baru lagi kali ini dapet ponakan cewek sebelumnya udah punya 4. So jadi sibuk bolak balik ke rumah sakit, karena itu jadi gak sempet nulis. Kemaren pas lagi nungguin ipar lahiran aku kan di luar ruangan bersalin nyoba untuk ngelanjutin nulis cerpen alhasil nggak kosentrasi gara-gara ikutan ngeden kayak ipar yang lagi lairan.

Selain itu lagi kesel juga sama blog kamaren nyoba utak utik template tetapi jadinya berantakan nggak karuan sampai sekarang. Sekarang jadi bingung untuk benerinnya, Help Me!!!!!!!!

entong mau refreshing dulu jadi belum bisa posting cerpen or cerbung, maap.


Tuesday 16 July 2013

Cerbung, Chapter 4 : Dia (Kangen) Part 10

Chapter 4 Dia (Kangen) Part 10
Nggak kerasa aku sudah setahun ini berpisah tetapi rasanya sudah lama sekali. Meskipun sesekali SMS, telpon atau chating tetapi sama aja berbeda bila ketemu dia langsung. Paling nggak kalau ketemu aku bisa mencium aroma parfumnya atau bisa mencubit pipinya yang bikin gemas.

To        : dia
From    : aku
Pesan   : Hai chub chub pa kabar? Eh basi dink tadi pagi kan udah nanya gitu,heheheh. Lagi apa chub chub?? Kayaknya itu basi juga ya? bingung ah yang penting aku lagi kangen kamu.

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Friday 12 July 2013

Manjadda Wa Jadda

Huaaa......setaun ini nganggur. kerjaannya cuma glundang glundung on line. ketak ketik cerita.
Setahun lalu aku berani ambil keputusan resign kerja. rencananya sih mau lanjutin kuliah S2, dan keburu udah yakin jadi keluar Bukan itu aja sih aku emang udah gak betah di tempat kerjaan ya karena ada berbagai macam prahara.

Selepas kerja aku flight ke Denpasar cie....sok banget dech ya namanya abis kerja pusing mending jalan-jalan dulu lah di Bali, sekaliann nunnggu ujian masuk S2 sich. Ok di Denpasar selama sebulan lebih kerjaannya ngiterin pulau Bali. Juli aku harus kembali ke Jogja menempuh ujian S2.

Ok pulang dari Denpasar aku sakit gara-gara abis berkelana di pulau Lombok. Alhasil aku ngerjain soal dengan konsep perkayongan. U know apa yang di maxud perkayongan? ya sejenis asal-asalan lah,hehehehe. saking PD pasti diterima jawabnya sambil merem melek nggak karuan karena nahan kantuk akibat minum obat sakit kepala dengan catatan dapat menyebabkan kantuk hebat. Di tambah lagi sama sekali nggak belajar. Lengkap sudah ujian dengan awagan.

Next. satu bulan lewat saatnya sekarang pengumuman. Pagi-pagi buta aku cek lewat internet emang, pengumuman lewat internet emang SPMB pake acara gelaran koran atau pengumuman PSB yang di tempel dinding sekolah, hadew. Helowww sekarang 2012 pake internet donk ah..... tetapi belum ada jawaban. Agak siangan dikit cek lagi masih belum bisa. Berat hati aku ke bawah ke kamar kost yg punya sambungan internet, aku cek dan pengumuman memberikan informasi MAAF ANDA BELUM BERUNTUN, What!!!! #WTF banget sih emang dikirannya ikutan lotre. Nggak tau harus nangis-nangis darah atau loncat dari pucuk merapi? somethin idiot banget.

Kesialan itu tak berujung disitu aja aku harus menghadapi kenyataan netbook kesayang ku hilang, lost, mbuh maring ndi. Hilangnya di kostan, yang disayangkan adalah koleksi bokep ku,hahahhaa. Nggak dink, tapi koleksi foto-foto ku liburan di Bali dan Lombok, hilang....... Mana ada beberapa draft naskah buku yang ku rencanakan dari entah taunn kapan sampe ilangnya netbook belum kunjung kelar.

Ok aku harus move on, setelah lebaran aku bertualang lagi ke Denpasar. Niat awalnya pengen cari kerja, but entah kenapa jadi gak minat lagi. Udah capek lamar sana sini tapi gagal juga karena menderita sakit jantung, harus terima kenyataan. Waktunya melanjutkan mewujudkan mimpi, jadi penulis.

Sedikit demi sedikit di rangkai kembali huruf per huruf menjadi suatu kalimat. Bingung juga mau nulis apaan, singkat cerita aku punya ide. merangkai cerita pengalaman ku jadi wartawan dari kejadian konyol sampai nangis tersedu. Aku pikir begitu mudah membuat sebuah naskah tapi ternyata susah, belum lagi kalo lagi nggak mood nulis sama sekali nggak ada satu huruf yang munncul di otak. Butuh 6 bulan untuk menyusun sebuah naskah 11 Bab.

Dengan PD aku kirimkan kesebuah penerbit yang berokasi di Jogja. tetapi sampai sekarang koq nggak ada kabarnya ya? Ada apa gerangan dengan naskah ku? di tolak kah atau di terima lapang dada atau bisa juga di buang di tempat sampah? Ohhhh Noooooo!!!

Sekarang aku kembali ke tanah tumpah darah ku di Brebes. Masih saja glundang glundung tapi aku punya tekad kuat untuk jadi penulis karena ini adalah mimpi dari kecil. Aku kembali semangat untuk menulis apa yang di imajinasikan di kepala. Manjada Wa Jadda.



Monday 8 July 2013

Cerpen : Akhir Perjalanan Cinta

Sudah dua jam perjalanan artinya masih ada enam jam lagi menyusuri jalanan malam.  Perjalanan antara Solo menuju Cirebon demi sebuah cinta. Itulah yang dilakukan oleh Raja untuk menemui kekasihnya Kumala. Raja tidak sendirian tetapi ditemani Wahyu sahabat terdekatnya . 

“Baru sampe Semarang ya?” Tanya Wahyu sambil membetulkan posisi duduknya.
“Iya, Masih lama.” Jawab Raja, dia tau kalau sahabatnya sudah mulai jenuh.
“Kenapa sih kamu nggak pake kereta aja?”
“Nggak ke kejar “waktunya”. Lagian semua kereta menuju Cirebon semunya pagi, kan aku kerja.” Raja member alasan.
“Berarti ini masih lama ya?” Wahyu menanyakan lagi.
“Heemm” Raja hanya mebelasnya dengn berdehem, karena malas menanggapi pasti akan ada perdebatan lagi.

Wahyu hanya menghela nafas bertanda pasrah perjalan panjangan ini. Ini adalah perjalan panjang darat pertama Wahyu. Sebenarnya Raja juga ini merupakan pengalaman pertamanya. Apalagi Raja tidak mengetahui medan jalan yang akan dilaluinya. Mentoknya cuma tau sampai Semarang selebihnya “buta”. Tetapi mau gimana lagi adanya seperti ini. Demi cinta harus diperjuangkan.

“Aku nggak habis pikir kenapa bisa-bisanya aku mau nemenin kamu,” ocehan Wahyu untuk menghilangkan bosan.
“Karena kamu sahabat terbaik ku, jadi kamu mau nolong ku tanpa ada alasan,hehehe.” Raja menanggapi dengan sedikit pujian agar Wahyu iklan menemani dirinya.
“Aku lupa, sejak kapan sih kalian jadian?” Wahyu mengganti topik pembicaraan, karena dia befikir bila ngomongin pejalanan pasti akan tambah bosan.

Raja tidak langsung menjawabnya karena sedang berusaha mengingat. Raja sendiri sudah agak lupa kejadiannya kapan dan bagai mana. Sambil berkosentrasi menyetir otaknya berputar kembali flash back. Selanjutnya meluncur lah cerita itu.

@@@

4 tahun lalu di arena jogging Stadion Manahan, Minggu pagi.

“Isshhh kenapa sih kamu nyeret aku  pagi buta kayak gini jogging, apa lagi ini hari Minggu  waktunya males-malesan.” Keluh Raja pada Wahyu yang sedang asik berlari pagi.
“Raja, sekarang udah jam 7 pagi artinya udah siang.” Jawab Wahyu kesal. “Lagian ini buat kesehatan.” Tambah Wahyu mempercepat langkahnya.

Mau nggak mau Raja mengikuti langkah Wahyu padahal dirinya sudah terengah-engah, keringat sudah bercucuran.

“Aku tau kamu habis diputusin Puput kan?” Raja terus mencari alasan agar sahabatnya jujur. Raja tau pasti terjadi sesuatu sehingga sahabatnya bisa khilaf bangun pagi apa lagi sampai jogging. Biasanya Wahyu melakukan seperti ini karena untuk menghapus marah.

“Jangan sotoy dech.” Raut muka Wahyu berubah menjadi semakin menyeramkan. “Ya udah dech kalau kamu nggak mau nemenin aku jogging pulang aja.”
“Ich gitu aja marah. Ya udah aku tunggu di bubur ayam situ.” Raja lebih memilih menyingkir dari Wahyu karena nggak mau lagi jadi korban dendam kesumat sahabatnya.

Raja memesan dua mangkuk bubur ayam dan secangkir teh manis panas. Bubur ditempatnya makan memang terkenal enak dan satu porsi tidak cukup untuk perut Raja yang sudah kelaparan aku karena tadi malam lupa makan gara-gara berkutat dengan skripsinya. Dalam sekejap bubur tersebut dilumatnya sampai licin. Raja berencana menyusul Wahyu ikutan jogging lagi, sudah yakin sanggup memutari stadion.

Raja masuk antrian kasir, di depannya ada gadis tubuh semampai tingginya setelinga Raja. Rambut panjangnya digelung dengan tusuk yang konde menancap. Cukup sopan memakin celana training dan atasan lengan panjang untuk acara olah raga apalagi cuaca yang agak panas. Secara tidak langsung Raja terkesima dengan parasnya yang hitam manis.

“Maaf mas, dompet saya ketinggalan. Saya pulang dulu gimana mas?” ucap gadis itu ragu dengan wajahnya pucat menahan malu.
“Wah mbak nggak bisa. Nggak ada utang disini.” Mas kasir menjelaskan dengan muka jutek.
“Kan nggak utang, beneran dech mas aku bayar rumah ku deket situ koq belakang SGM.” Perjuangan gadis itu semakin gigih dengan memberikan alasan yang mungkin bisa meloloskan diri.
“Yah mbak tetep gak bisa.” Mas kasir juga tetep gigih memperjuangkan haknya dapat bayaran.

Gadis itu semakin tampak bingung. Antrian dibelakangnya juga semakin panjang. Sudah ada beberapa orang yang mengeluh terlalu lama mengantri. Raja merasa kasihan pada gadis itu dan tidak tega bila gadis itu disuruh mas kasir jutek untuk mencuci piring sebagai cara lain untuk membayar buburnya.

“Udah mas biar saya saja yang bayar punya mbaknya.” Raja maju kedepan disebelah gadis tersebut.
Gadis itu terperanjat kaget sambil menengok ke arah Raja. “Nggak usah mas, nanti saya telpon orang rumah dulu biar nganter dompet.” Gadis tersebut tampak sungkan di bantu Raja, mungkin merasa tidak enak dibantu oleh orang yang nggak dikenalnya.
“Nggak apa koq mbak, lagian kelamaan juga nunggu orang rumah.” Ucap Raja ramah padanya. “Berapa semuanya?” Raja mengeluarkan uang selembar seratus ribu langsung di sodorkan ke kasir.

Setelah menerima kembaliannya Raja meninggalkan bubur itu sedangkan gadis itu masih saja berdiri di samping kasir karena masih belum percaya oleh pemuda kumal tetapi cukup ganteng.

Saat berjalan menuju jogging track, Raja merasa ada yang memanggilnya tetapi tidak yakin jadi mengacuhkan suara itu.

“Mas,” suara itu terdengar cukup dekat dan menyasasr pada Raja.

Raja menengok ke arah suara tersebut. Ternyata berasal dari suara cewek yang barusan di tolongnya. Raja menghentikan langkahnya dan menunggu cewek tadi menghampirinya.

“Oh ya namanya mas siapa?” Tanyanya tersenyum manis.
“Aku Raja.” Raja menjulurkan tangannya mengajak salaman lawan bicaranya.
“Kumala.” Gadis tersebut menjabat tangan Raja sambil member tahu namanya. “Oh ya boleh tau nomer hp mas? Kapan-kapan aku traktir mas ngopi.”
“Oh…hhmm hhmm” Raja  jadi gugup mendapat ajakan gadis semanis dia. Tentunya hatinya sangat berbunga-bunga. “081931811117” Raja menyubutkan deretan nomer, tentunya itu nomer handphone miliknya.  “Oh ya pin-nya 24b434” Raja menambahkan pin BBnya padahal tidak ditanya.

Dengan cekatan Kumala mencatat nomer handphone Raja beserta pin BBnya. “Makasih ya mas,” ucapan itu terlontar dari Kumala ketika selesai menyimpan nomer di phone book nya.

@@@

“Ouh iya aku inget, waktu itu kamu cerita tapi aku rak rewes soale gek nesu-nesu (aku nggak perhatikan karena sedang marah).” Wahyu sudah mengingat kembali setelah diceritakan oleh Raja. “Koq kamu nggak terima kasih sama aku,hem” Wahyu memalingkan wajahnya pura-pura ngambek.
“Makasih Wahyu sahabat ku…….” Raja membukukan badanya seperti orang Jepang dalam member ucapan teri kasih.

Wahyu membalasnya dengan senyuman kegirangan.

“Begitulah jodoh, datangnya bisa tiba-tiba tanpa kita sadari dan itu suatu berkah.” Mata Raja menerawang menembus jalan raya gelap. Bibirnya tersenyum bahagia.

Raja baru menyadari bahwa jodoh tidak selamanya Tuhan yang mengatur tetapi kita juga bisa mengaturnya atau  di atur oleh orang lain. Kita bisa mengatur sendiri karena sudah mentargetnya calon pilihan kita. Contohnya Raja sejak pertama dudu di warung bubur itu sudah curi-curi pandang ke Kumala ditambah ada adegan dramatis tersebut itulah campur tangan Tuhan gimana tergantung Raja melanjutkannya. Pernah Raja di jodoh-jodohkan oleh orang tuanya, tetapi semuanya tidak ada yang nyantol itu salah satu bagian jadi jodoh diatur oleh orang lain.

“Koq kalian bisa awet?” Wahyu jadi penasaran kisah cinta antara Raja dengan Kumala.
“Kata siapa awet? Kita juga pernah putus juga.”
“Lah kapan dan kenapa?”
“Ich sekarang kamu jadi wartawan infotaiment ya? hahahaha” Raja malah becandain Wahyu karena sudah mulai menelisik cerita cintanya.
“Naluri wartawan kayak gitu kali, suka kepo.” Wahyu menejelaskan alibinya dengan sedikit sewot. Dia memang seorang wartawan di koran local Solo.
“Pengen tau banget atau pengen tau ajah?” Raja semakin menjadi meledek Wahyu.
“pengenn tau aja.” Wahyu semaki kesal tetapi gimana lagi udah kadung penasaran sama cerita Raja.

Raja jadi semakin jail, dia tidak langsung menjawabnya. Raja jadi sibuk sendiri mencari sinyal radio yang suaranya bening dan tentunya bisa dinikmati untuk perjalanan malam. Berhubung yang dicarinya tidak ada yang pas akhirnya Raja menyetel MP3. Wahyu jadi semakin sebal dengan sikap Raja yang iseng itu. Wahyu pura-pura ambil posisi tidur dengan cara itu pasti Raja akan segera bercerita. Raja memang butuh teman ngobrol agar tidak mengantuk waktu menyetir.

“Iya aku cerita,” Raja menyerah juga, karena nggak mau nyetir sedirian. “Kita putus waktu udah dua tau jadian.” Hanya itu yang bisa dikasih informasinya.
“Cuma gitu jawabnya, ya sudah aku mau tidur.” Wahyu membalas keisengan Raja.
“Kan tadi katanya mau tau aja,” Raja jadi mendebat omongan Wahyu.
“Ni orang lama-lama ngeselin juga ya, tak cipok nih,” Wahyu semakin kesal dan mengambil ancang-ancang mau cium Raja sebagai ancaman.
“Iya aku cerita,” Raja menyerah dari pada nanti jadi homo setelah di cium Wahyu. “Belum lama sih kita putus.” Raja mulai cerita tetapi tiba-tiba terpotong karena meminggirkan mobilnya.
“Kenapa kita berenti Ja?” Tanya Wahyu heran.

Raja langsung turun dari mobilnya tanpa menjawab pertanyaan dari Wahyu. Mobil Raja berhenti tepat didepan toko bunga dearah Kota Pekalongan. Dari dalam mobil Wahyu melihat Raja membeli seikat bunga wawar kuning dan beberapa bungkus potongan bungan mawar merah. Setelah membayar belanjaannya Raja segera kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

“Ok aku lanjutin ceritanya.” Raja menyadari punya hutang cerita kepada Wahyu dan dari pada sepanjang perjalanan Wahyu jadi ngambek jadi tambah boring perlajanan.  “Taun lalu lah kayaknya aku sam dia putus masalahnya karena orang tuanna ngga setuju.”
“What?” Wahyu terkaget dengan alasan tersebut. “Kenapa ngga setuju? Kamu kurang apa coba? Ganteng iya, tajir juga, pinter, sopan santun…..”
“Beda suku.” Raja memotong pembicaraan Wahyu. “Karena kita beda suku, dia barat aku timur tau sendirilah.” Raja mengulang kembali pernyataannya dan menjelaskan secara eksplisit Kumala berasa dari suku apa dan dirininya dari suku apa.
“Masih ada orang kayak gitu jaman sekarang?”
“Ya buktinya seperti itu. Tapi setelah bokapnya ketemu aku dan kita banyak ngobrol, jalan bareng, nemenin dia main catur akhirnya bapaknya luluh juga.”

Mata Raja semakin berbinar bahagia ketika mengakhiri kalimatnya. Ada suatu pancaran harapan bahwa ingin melanjutkan tahap setelah pacaran yaitu pernikahan. Itu salah satu ujian yang wahyu harus hadapi masih ada banyak ujian yang sudah di lalui untuk meyakinkan Kumala dan masih ada satu ujian yang harus dihadapinya untuk menuju tahap pelaminan.

“Apa sih yang buat kamu yakin sama dia?” Wahyu kembali mengintrogasi Raja.
“Apa ya……” Raja jadi bingung sendiri karena dirinya tidak tahu secara spesifik bisa yakin sama Kumala. “Ouh ya, yang jelas dia pintar dia bisa menyeimbangkan pikiran ku. Dia juga bisa meredam emosiku.
“Aku juga bisa, kalau kamu lagi kesel selalu aku yang bis nemenin kamu,” Wahyu tidak mau kalah dengan omongan Raja yang sedang menjelaskan alasan yakin sama Kumala.
“Sayangnya aku bukan maho,hahahaha.” Raja malah meledek Wahyu. “Ada satu lagi yang aku yakin. Lebaran tahun lalu kita kesebuah panti asuhan, dia sangat menyukai anak-anak gimana dia menggendong, membelai, menyuapi anak kecil. Aku jadi membayangkan pasti dia akan baik membesarkan anak ku.” Ada sebuah senyum kebanggan yang muncul dari wajah Raja.

Sepanjang perjalan berikutnya mereka bercerita nostalgia tentang masa kecil. Raja dengan Wahyu sudah bersahabat sejak lama tepatnya sejak TK. Dari TK sampai kuliah mereka satu tempat. Namun waktu kuliah mereka hanya berbeda jurusan, sudah banyak cerita suka dan duka yang mereka lalui terlebih soal cinta. Wahyulah orang pertama menjadi “tempat sampah” Raja bila sedang gundah gulana.

Sejak lulus kuliah Wahyu pindah ke Surabaya karena kerjaan jadi dia banyak melewatkan cerita hubungan antara Raja dengan Kumala. Raja juga merasa tidak enak hati bila ada masalah dengan Kumala cerita kepada Wahyu karena takut mengganggu kerjaan Wahyu. Baru saat perjalanan inilah Wahyu secara detail kisah percintaan kawan karibnya. Entah kenapa Wahyu bisa ambil cuti dan menuruti kemauan sahabatnnya menemani perjalanan panjang ini, Wahyu merasa ada firasat lain.

Mobil yang mereka tumpangi sudah melewati kota Brebes artinya sebentar lagi sampai Ceribon setelah melewat perbatasan provinsi. Raja sudah semakin tidak sabar akan bertemu dengan pujaan hatinya. Raja menambahkan kecepatan berfikir supaya cepat sampai tujuan. Sebenarnya Wahyu juga sudah ingin cepat-cepat sampai.

“Ja, pelanin donk. Kamu mau nikah sama Kumala kan?” Wahyu mengingatkan Raja mengedarai mobilnya dalam batas wajar.
“Kamu udah siap Ja?” Wahyu kembali bertanya kesiapan Raja yang nanti akan dilakukan ketekika bertemu dengan Kumala.
“Udah siap koq, semuanya sudah di beli. Aku juga udah bilang ke keluarganya. Tadi keluarganya juga udah kasih kabar tempat yang Kumala tinggali sekarang mengijinkan. Aku juga udah beli bunga walau tadi sempat lupa.”
“Siap mental?”
“Udah.” Jawab Raja mantap.

Tepat pukul 23:30 Raja sampai di Kota Ceribon lebih tepatnya disebuah rumah sakit milik pemerintah. Selama beberapa bulan ini Kumala tinggal disalah satu kamar rumah sakit ini. Raja bergegas ganti baju, dia akan mengenakan kaos berwarna kuning sebuah warna yang dibencinya tetapi sangat disukai oleh Kumala. Demi Kumala, Raja iklas memakainya. Ada beberapa kerabat Kumala yang menyambutnya mereka juga segera bergegas menyiapkan sesuatu untuk Kumala.

Raja bersyukur mempunyai sahabat sebaik Wahyu yang mau menemani perjalanan malam yang membosankan. Raja juga tidak menyangka kerabat Kumala menyambutnya dengan hangat padahal dulu sempat menentang hubungannya dengan Kumala. Raja bahagia mereka semua berkumpul untuk hari ini, sekali lagi demi Kumala.

Raja segera bergegas ke paviliun yang Kumala tempati. Ternyata didepan kamar sudah ada beberapa sahabat dekat Kumala dan tentunya Raja mengenali karena pernah dikenalkan Kumala. Sebentar lagi akan menjadi susuatu yang istimewa untuk Kumala.

@@@

Di dalam kamar yang sunyi Kumala berbaring matanya tidak bisa tidur karena gelisah. Sudah 7 jam tidak ada kabar dari Raja dan tidak seperti biasanya Raja tidak membalas SMS, BBM, Whatsapp. Telponnya juga tidak diangkat padahal Kumala sudah mencobanya 20 kali tetapi tidak diangkatnya. Ada perasaan marah, sedih dan khawatir   bercampur aduk dihati Kumala. Dikamarnya dia sendirian orang tuanya tidak bisa setiap saat menemani.

Dilihatnya jam menunjukan tepat pukul 00:00 Kumala mencoba memejamkan mata untuk tidur. Lebih baik tidur dari pada memikirkan Raja, bisa-bisa penyakitnya kambuh lagi. Seharusnya saat ini menjadi paling istimewa tapi karena keadaan Kumala pasrah harus tetap tinggal di rumah sakit. Mungkin takdir membawanya di ruangan ini.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Awalnya Kumala mencoba mengabaikan dan menganggapnya sebagai halusinasi karena tidak mungkin keluarganya datang di jam sekarang. Suster juga sudah memeriksa tadi jam 9 dan itu jadwal terakhir untuk mencek konndisi badan. Meski Kumal sudah tidak di infuse tetapi masih rutin untuk di cek perkembangan kesehatannya. Ketokan pintu itu semakin kencang. Kumala menyadari ini bukan halusinasi.

“Buka aja, nggak di kunci koq,” teriak Kumala memerintah ke orang dibalik pintu.

Begitu pintu di buka Kumala tercengang kaget. Tangannya mencubit pipi memastikan kalau ini bukan mimpi. Kumala merasa kesakitan sendiri, dan ini memang bukan mimpi. Dihadahapnnya ada Raja yang memakai kaos kuning pemberian dari Kumala sedang membawa kue tart kecil yang diatasnya ada lilin menyala. Di kedua sisi Raja ada ayah dan ibunya. Di belakang tiga orang itu ada Manda sahabat dekatnya yang sekarang tinggal di Singapura, dan ada beberapa teman dekat yang lain.

Nyanyian selamat ulang tahun menggema di kamar Kumala tentunya cukup dengan suara yang berbisik-bisik agar tidak mengganggu pasien yang lain. Air mata Kumala mulai menetes bahagia, yang dikira sebagai ulang tahun terburuknya berubah menjadi ulang tahun istimewa.

Raja semakin mendekat, wajahnya terpancar senang karena bisa bertemu kekasihnya. Sudah 4 bulan ini Raja tidak bertemu dengan Kumala. Dengan gugup Kumala menyambar rambut palsu yang ada disebelahnya dan langsung dipakai agar terlihat cantik. Kumala mengalami rontok rambut akibat dari kemoterapi. Dia sakit kanker ovaraium.

Sekarang Raja sudah berhadapan langsung dengan Kumala. “Ayo make wish lalu tiup.” Perintah Raja kepada Kumala.
“Kamu juga ya ikut make wish lalu tiup bersama,” pinta Kumala.

Keduanya memejam kan mata selama tiga detik lalu meniup lilin yang menyala. Setelah padam Raja mengecup kening Kumala. Tangisan Kumala masih belum reda karena bahagia. Dengan satu tangan Raja menggenggam tangan Kumala.

“Semoga kekasih ku cepat sehat agar bisa berkarya lagi dan bisa menemani ku lagi dalam suka dan duka, selamat ulang tahun.” Doa Raja agar Kumala biar sehat seperti sedia kala.
Tidak ketinggalan ayah dan ibu Kumala juga memberikan ucapan ulang tahun kepada putrinya. Tampak haru ketika mereka berpelukan saling menangisi, tentunya tangis kebahagiaan. Secara bergiliran sahabat Kumala memberikan selamat. Wajah Kumala berubah menjadi terlihat segar dan sehat seperti dulu, inilah energi cinta yang dipancarkan Raja untuk ke kekasihnya.

Satu persatu semua orang berpamitan untuk pulang karena takut menggangu pasien yang lain. Sekarang tinggal Kumala dan Raja yang ada di ruangan itu.

“Kamu kesini kapan dan naik apa?” Tanya Kumala penasaran karena pacarya tiba-tiba datang tepat pukul 00.
“Barusan sampai tadi pulang kerja langsung kesini. Aku naik mobil ditemenin Wahyu.”
“Boong ah….” Kumala tidak mempercayai begitu saja.
“Beneran dech sumpah,” Raja mencoba meyakinkan Kumala bahwa benar-benar melakukan itu.
“Iya dech percaya…..tapi kenapa kamu melakukan ini sayang?” Rupanya Kumala masih penasara alasan Raja melakukan itu.
“Aku kagen kamu. Ingin ketemu kamu aja.” Jawab Raja sekenenya dan menyembunyikan tujuan utama.
“Masa cuma gitu aja?” Kumala belum yakin atas jawaban Raja. “Terserah dech yang penting sekarang aku seneng kamu ada disini jadi aku bisa ngerayain ulang tahun bareng.

Raja menerima SMS dari Wahyu.

From Wahyu:
Ja, udah ready.

“Mala, jalan-jalan keluar yuk cari angin segar.” Ajak Raja mulai menjalankan rencananya.
“Boleh,” Kumala langsg menyetujuinya tanpa menaruh curiga.

Mereka berjalan menyusuri selasar yang sepi. Hanya ada beberapa perawat yang lalu lalang dan satpam yang sedang berpatroli. Kumala yang duduk di kursi roda di dorong menuju taman yang luas letaknya di belakang deretan gedung rumah sakit. Bintang-bintang terlihat jelas dari sini karena hanya sedikit polusi cahaya. Mereka berdiri dihamparan rumput hijau yang luas. Menyaksikan bintang dan berharap ada bintang jatuh.

Sayup-sayup terdengar sebuah lagu A Thousand Years dari Christina Perry. Semakin lama lagu tersebut semakin jelas. Kumala melihat sahabat dan orang tuanya datang sambil membawa lentera. Kumala juga baru menyadari ternyata berada di tengah-tengah lingkaran taburan mawar merah.

Kumala mendongak ke atas melihat Raja yang sedang tersenyum bahagia. Kumala sendiri masih bingung apa yang sedang terjadi. Dia hanya bisa tercengang sambil mentupi mulutunya dengan tangan. Setelah semua berkumpul dan berdiri di garis luar mawar Raja berpindah tempat berdiri tepat satu meter dihadapan Kumala.
Wahyu memberikan setangkai mawar kuning kepada Raja. Lagu A Thousand Years masih mengalun lembut ditaman tersebut. Menambah kesan romantic dimalam syahdu ini.

“Kumala mungkin kamu bingung dengan ini semua. Ini adalah kejutan di hari special mu.” Raja mulai berbicara sambil mentap Kumala dengan serius. Kumala berusaha tenang mendengarkan kata-kata dari Raja. “Saya yang bernama Raharja Santosa Projoningrat ingin mengajak Kumala Cantika untuk ikut menulis lembaran kehidupan baru dengan tinta kebahagiaan kita.”

Pecahlah tangis Kumala, begitu derasnya sampai tergagap. Kumala ingin mengatakan sesuatu tetapi seperti tertahan begitu saja yang ada suara isak tangisnya.

Raja kembali merangkai kata-katanya “Saya memang tidak sempurna dan saya juga tau Kumala juga bukan yang sempurna. Tetapi bila kita bersatu akan menjadi sempurna.” Raja memberikan seikat bunga mawar kuning kepada Kumala. Kumala menerima pemberian bunga itu sambil menangis.

I have died every day waiting for you
Darling don't be afraid
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away

Selesai sepenggal lirik lagu tersebut. Raja berlutut dihadapann Kumala. Raja mengeluaran sebuah kotak dari saku celananya lalu di bukalah kotak itu ternyata ada sebuah cincin. “Hhmmmm” Raja menarik nafas untuk ancang-ancang, jantung berdetak samakinn keras. “Kumala mau kah menikah dengan ku?”

Tangis Kumala semakin deras. Ada perasaan haru yang menyelimuti Kumala dan siapa saja yang menyaksikan acara lamaran tersebut. “Tapi aku sakit, Aku juga nggak bisa punya anak.” Kumala tidak langsung menjawab pertanyaan Raja tetapi malah menjelaskan permasalahan lain.

“Aku tidak peduli itu Kumala, aku sangat mencintai mu. Aku ingin kita hidup bersama. Kita bisa memperoleh kebahagiaan lain tanpa anak. Kita juga bisa adopsi anak. Aku yakin sekarang waktu yang tepat, belum tentu besok itu bisa” Kata-kata yang keluar dari mulut Raja begitu tulus dan meyakinkan.

Raja menaruh cincin itu di rumput lalu mengambil lentera yang di pegang Wahyu lalu kembali kehadapan Kumala. “Kumala tolong pegang lentera ini,” Raja menyerahkan lenteranya kepada Kumala.

“Terbangkan lentera ini kalau kamu setuju nikah sama aku. Tapi padamkan bila bila menolaknya.”

Raja sudah siap mental bila nanti di tolak yang penting sudah berani menyatakannya. Kalaupun di tolaknya anggap sedang sial dan bila di terima itu adalah keberuntungan. Kumala terpaku sambil memegang lentera itu masih bingung antara dan percaya dan tidak dirinya sedang dilamar oleh teman prianya yang empat tahun ini menjadi pacar. Tangisan itu masih menetes deras mata Kumala melihat kegaman apa yang telah dilkukan oleh Raja.

Alunan lagu A Thousand Years masih saja mengalun. Tarikan nafas Kumala sambil melepas lentera itu terbang dan diikuti oleh lentera ya yang lain juga diterbangkang. Kali ini Raja yang diberi kejutan oleh Kumala. Dengan menengadah kelangit seraya bersyukur kepada Tuhan. Sejurus kemudian Raja memungut cincin yang ada di rumput lalu dipakaikan cincin itu di jari manis Kumala. Isak tangis Kumala dan beberapa orang khususnya yang cewek meramaikan suasana haru tersebut. Setelah dipakai Raja memeluk erat Kumala. Ada senyum kebahagiaan yang terpancar dari kedua belah pihak.

Prosesi lamaran telah usai. Semua tamu juga sudah pulang, Kumala hanya ditemani oleh sang ibu. Jam sudah menunjukan pukul 03:00, suasana kembali sunyi seperti tidak terjadi apa-apa. Kumala masih tidak bisa tidur karena betapa bahagianya telah dilamar oleh orang yang tulus menerima kekerangannya. Apalagi kumala sudah divonis tidak bisa punya anak.

Tanpa sadar Kumala tertidur tetapi hanya sebentar karena dibangunkan ibunya. “Mala…bangung.”
“Hemm ada apa bu?” Kumala segera tersadar.
Ibunya tidak langsung menjawab. Ada rona kegelisahan membayangi wajahnya.
“Bu…..kenapa bu?” Kumala menanyakan kembali kembali kepada ibunya.
“Hhhmm,” tampak ada keraguan dari ibu. Sebenarnya ibunya tidak tega mengabarkan ini tetapi harus disampaikan, “Ada kecelakaan. Raja meninggal seketika. Mobil yang di kendarai di tabarak truk. Sedangkan Wahyu hanya luka ringan.”


Kumala langsung menangis histeris meratapi kenyataan, pria yang baru saja melamar dirinya tewas. Dan esok itu memang sudah tidak ada, adanya malam ini kebahagiaan abadi untuk Raja.

Friday 5 July 2013

Cerbung : Dia (Good Bye) Part 9

Kita segera beranjak dari obyek wisata air panas ini menuju kota lagi. Kurang lebih waktu yang ditempuh sama seperti waktu perjalanan berangkat. Sepanjang perjalanan itu aku terus memeluknya tidak sedetik pun aku melepas pelukan itu walau ada banyak orang yang meliahat dengan padangan aneh. Aku tidak memperdulikannya aku tidak ingin kehilangan momen sedikit pun kebersamaan dengannya. Waktu ini sudah hampr habis. Kita akan segera berpisah mungkin tidak ada lagi kenangan indah ini.

“Makasih ya, udah buat hari ini tidak akan pernah kulupakan seumur hidup dari melek sampai sekarang. Makasih……..banget kamu udah nemenin aku 3 tahun masa remaja. Mungkin nggak ada kamu aku tidak menikmati masa ini. Terima kasih untuk cintamu pada ku.” Hanya itu yang bisa ku ucuapkan padanya lalu meninggalkan sebelum dia sempat membalas ucapan terimakasih ku. Dia menumpakah air mata lagi. Aku juga tidak sanggup untuk menahan air mata aku lebih memilih pergi dari pada terlihat sedih dihadapannya.

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

(bersambung) 

Wednesday 3 July 2013

Cerbung : Dia (Pangeran Ku) Part 8

Hari ini sudah siap menghabiska waktu bersamanya. Aku memilih kaos berwarna sama dengan dia yaitu pink, norak sih tapi tak apalah ini buat kesenangan kita saja. Tidak lupa aku juga pakai topi yang diberikan dari dia, sebenarnya aku tidak suka pakai topi ya ini untuk menghormati dia jadi cukup sekali ini ku pakai. Semoga hari ini bakal sesuatu yang seru.

Ku keluar dari kamar dengan riang karena akan dimulainya sesuatu yang menyenangkan. Aku liat dia sedang bercengkrama bersama mamah di ruang keluarga. Dia juga sudah seperti dianggap keluarga di rumah ini. Dari kejauahan dia terlihat gagah sedangan dari dekat dia terlihat tampan. “What kenapa aku jadi ngelamunin dia lagi” Aku tersadar kemabali dari lamunan dan bisa-bisanya aku masih saja mengagumi dia.

“Hai…..Gud morning” Sapa mamah pada ku. “Kalian kayak pacaran aja pake kaos warna sama.” Mamah mengernyitkan dahi heran.
“Oh…” Aku menengok ke dia dan melihat baju ku sendiri pura-pura baru menyadari kesamaan warna kaos. “Kebetulan aja mah tadi kaos ini ada paling atas jadi langsung ambil.” Aku melancarkan alibi. Ku lihat dia hanya cengir jailnya lagi tanda kesenangan aku yang sedang salah tingkah.

Pagi ini dia sukses buat ku salah tingkah. Masih ada banyak waktu yang akan kita habis bersama. Akan ada salah tingkah apa lagi yang ku lakukan. Dan ada keusilan apa lagi yang akan dia perbuat hingga aku dibuatnya malu dihadapannya. Entah lah aku tidakperdulika lagi, yang penting aku aka jalan sama dia. Aku jadi berfiikir lagi, ini kan sama saja yang namanya ngedate.

“Kalian mau kemana? Sarapan dulu gih,” pertanyaan mamah mengagetkan aku yang akan melamunkan dia lagi.
“Makasih tante, tapi kita mau sarapan di luar aja biar sekalian berangkat.” Dia menolak tawaran sarapan dari mamah ku.

Sebenarnya mau di bawa kemana aku ini? Aku jadi penasaran juga. Kita segera berpamitan kepada mamah ku.

“Loh mana mobil mu.” Tanya ku heran, tumben dia nggak bawa mobil.
“Aku kan nggak ada kendaraan lagi disini. Udah di kirim ke Denpsar.”
“Ouh iya aku lupa. Kalau gitu pakai mobil ku saja ya.”
“Pakai motor saja lah, ya ya ya ya,” dia mengusulkan sambil merengek seperti anak kecil menggelayut di pundak ku. “Aku saja dech yang nyetir, aku tau kamu alergi terik matahari.”

Entah kenapa aku jadi menuruti lagi perintahnya dia. Terpaksa aku mengeluarkan motor yang terparkir di garasi belakang. Dia sudah bersiap dengan jaket kulitnya dan helm full face kepunyaan adik ku. Sekali lagi aku terpesona padanya, dia terlihat gagah sekali. “Lenyapkan pikiran itu,” pintaku dari dalam hati.

“Rute pertama kita sarapan bubur ayam,”  Dia mengendarai motor sport tersebut menuju alun-alun. Sedangankan aku di membonceng dibelakangnya.

Aroma parfumnya tercium jelas terbawa angin. Sudah tiga tahun ini aku terbiasa mencium aroma ini, pasti aku akan merindukannya. Mungkin dia tau apa yang nanti ku rasakan sehingga waktu dia nembak aku memberikan parfum kesukaannya. Dia ingin aku selalu mengingatnya walau hanya dengan parfumnya. Aku bahagia, aku masih bisa memeluknya.

Jarak antara rumah dengan alun-alun tidak terlalu jauh. Terlihat jelas sudah banyak orang yang berjejal gerobak bubur tersebut. Ada bangku yang tersusun rapi dan hampir semuanya diempati.  Setelah memarkirkan motor kita lebih memlilih duduk di pinggir trotoar. Udara pagi itu masih sejuk dan agak mendung jadi tidak terlalu panas. Masih ada beberapa orang yang jogging di pinggir lapangan.

“Mau pesan apa mas?” Tanya pelayan yang menghampiri kita.
“ Dua bubur ayam yang satu komplit yang satunya lagi nggak pake kacang, kuahnya yang banyak, daun sledrinya sedikit aja, satenya ati ayam. Minumnya satu teh panas satu lagi teh anget gulanya sedikit aja jangan di aduk. “ serentetan pesananan dia sampaikan apalagi sampai sedetail itu, tampak abang pelayan tersebut agak kebingungan.
“Kamu koq hafal sih pesenan ku yang super ribet itu.” Tanya ku heran.
“Iyalah kan aku selalu tau apa yang kamu .” Dia tersenyum puas penuh kemenangan.

Dia memang menang. Dia benar juga dia bisa tau apa yang ku mau walau tanpa ku ucapkan. Aku juga nggak tau dia bisa tau dari mana. Disaat aku galau entah dari pada dia hadir dihadapan ku, aku curhat ke dia berbagai persoalan dan dia memang seorang penasehat ulung. Setiap kali nasehat yang dia berikan dan ku jalani berhasil memperoleh hasil yang memuaskan. Dia tau ketika aku mau sesuatu hal dia yang memberikannya. Dia terlalu baik untuk ku.

“Dulu waktu awal kamu selalu menyeretku jogging kelapangan sebenarnya kesel banget.” Dia mulai bercerita masa lalu itu.
“Terus kenapa kamu mau?” Selidik ku.
“Kalau di ibaratin ni ya… kamu jadi petaninya aku jadi kebonya, jadi entah kenapa aku mau aja di seret-seret kamu kaya kebo, hahahaha.” Dia tertawa lepas seperti tidak ada beban hari ini.

Aku juga iku tertawa, senang liat dia bisa tertawa seperti itu. Aku juga tidak boleh sedih dihadapaan dia karena hari ini terakhir kita ada di kota ini.

“Setelah ku berhasil seret kamu ke alun-alun eh kamu malah tidur di pojoka situ kaya gelandangan.” Aku menambah cerita sambil menunjuk bangku permanen yang ada di pojokan di bawah pohon rindang.
“Setelah kamu puas jogging kita pasti makan bubur ayam disini tentunya kamu yang bayar sebagai rasa tanggung jawab membangunkan aku di pagi buta dan sekarang saat aku membalas.
“Ouh ini jadi balas dendam, wah jadi takut nih nanti ada apa lagi ya?” Aku bergindik pura-pura takut. Aku tau dia hanya bercanda.

Setelah selesai makan kita pergi ke sekolah mungkin ini terakhir kalinya buat dia karena dia benar-benar meninggalkan kota ini. Disini keluarganya pendatang jadi tidak ada saudara. Begitulah bagi pendatang datang dan pergi begitu saja. Suasana sekolah sepi karena ini sudah masuk liburan.

“Ngapain sih kita ke sekolah lagi?” protes ku yang masih aja duduk di motor. Rasanya males banget datang ke tempat ini artinya mau nggak mau membuka memori lama kebersamaa kita.
“Inget nggak pertama kali kenalan?” Dia tanya tetapi tidak menoleh ke arah ku. Matanya memandang lapangan.
“Inget,” jawab ku singkat karena males membicarakan tentang hal itu lagi.
“Apa kesan kamu waktu itu?”
“Hhhmmmm” aku tidak bisa langsung menjawabnya karena masih bingung harus mengatakan apa. “Apa ya? gak ada sih tapi aku seneng, langsung dapetin temen baik seperti kamu. Coba kalau waktu itu kamu gak kasih barang ku yang berceceran pasti aku kena hukum.” Aku jawab  sekenanya aja padahal aku masih punya jawaban yang lebih baik.

Dalam benak ku waktu itu lebih dari kata senang yaitu bahagia. Aku meliha tatapannya menghunus mata ku. Kontak pertama itu sangat berkesan. Matanya begitu indah di bingkai dengan alis hitam dan tebal tersekesan gagah. Upss aku bukan gay jadi tidak boleh terkesima dengannya tetapi rasa terpesona itu tetap menyeruak di pikiran ini.

“Ah boong. Pasti waktu itu kamu langsung naksir aku kan?” kali ini dia menoleh ku sampil mengedipkan mata usil.
“Bukan itu,” aku langsung mengelak perkataannya. “Aku mulai suka kamu waktu drama Bahasa Indonesia waktu kamu kasih contoh.” Kata itu melunncur begitu saja dari mulut ku tanpa kendali. Aduh  aku keceplosan.

“Yes berhasil,hahahaa,” sekali lagi dia tertawa menang membuat pancingan agar aku mengatakan kejujuran.
Mampus ternyata dia tau apa yang aku pikirkan, itu salah satu kehebatannya yaitu bisa membaca pikiran ku. Untuk menutupi rasa malu itu aku memalingkan muka tapi usaha itu sia-sia karena dia langsung pindah tempat wajahnya langsunng menatap ku sambil senyum. Aku akui dia memang pintar membuat ku tarus tersipu malu.

“Jujur saja pertama kali ketemu kamu, aku langsung suka kamu,” ucap dia serius senderan di motor persis disebelah ku. “Aku liat kamu unyu-unyu banget kayak adek ku yang sudah meninggal. Aku punya firasat kamu akan menjadi sahabat sejai ku, makanya aku mendekati kamu. Ternyata dugaan ku salah, bagi ku kamu bukan sekedar sahabat, tetapi bisa jadi adek ku karena kamu begitu manja.” Di akhir kelimat dia menengok ku dengan senyum tulus, tidak seperti tadi yang jail.

Tiba-tiba saja dia menarik ku terpaksa dech jadi turun dari motor. Dia terus menarik ku sekarang aku lah yang jadi kebo dan dia petaninya. Aku pasrah di tarik dia entah mau dibawa kemana. Kita masuk kedalam sekolah. Setelah di dalam kita berkeliling di lantai bawah.

Sampai lah di depan kelas ku waktu kelas dua. Sebuah ruangan kelas berbeda dari yang lain karena kelas tersebut dulunya sebuah laboratorium fisika. Penghuni sekolah mengenalnya sebagai kelas akuarium karena hanya kaca yang mengeliligi kelas tersebut punya juga ada di tengah. Di depan pintu ada dua tingkat tangga kecil. Entah kenapa padahal belum capek juga aku dan dia duduk sini.
“Aku boleh jujur gak?” Tanya ku pada dia.
“Boleh lah.”
“Waktu kita perang dingin kelas dua aku sangat kangen kamu. Aku sering duduk disini sendirian perhatiin kamu,” kata ku sambil menerawang ke kelas seberang.
“Oh ya kelas ku di sebrang kelas ini ya.” Dia menunjuk kelasnya yang sebrang kelas ku hanya di pisahkan lapangan kecil. “Jujur saja aku juga rindu kamu saat itu. aku juga diam-diam suka perhatiin kamu. Dari situ rasannya aku ingin sekali menghampiri kamu tapi…..” Dia tidak melanjutkan kalimatnya. Mungkin dia takut barang kali salah bicara dan membuat ku marah.

“Iya aku tau tidak usah di lanjutkan.” Aku berusaha memahami dia. Sebenarnya aku masih penasaran kalimat lanjutannya.
“Tapi waktu itu aku berusaha mengelak perasaan cinta ini pada mu. Ternyata perasaan itu tidak bisa dihilangkan. Semakin ingin melupakan cinta ini eh yang ada kamu tiba-tiba nyelonong lewat depan ku. Emang ya rasa ini tidak bisa dipungkiri.”
“Hehehe, aku kan emang selalu nganganin. Apa lagi aku bohai. Itukan yang kamu suka.” Aku bercanda untuk mencairkan suasana.
“Yee…. GR.”
“Udah yuk jalan lagi, sekarang ini kita mau seneng-seneng. Kamu janji kan hari ini nggak ada kesedihan.”

Kita berjalan meninggalkan kelas itu dan meninggalkan kesedihan. Masa sekolah adalah tidak pernah tergantinkan senang dan duka melengkapi indahnya masa itu. Aku juga menemukan kebahagiaan bersama dia . Aku tidak menyesal mengambil keputusan sekolah disini. Tadinya aku males banget masuk sekolah ini karena hampir semua sahabat SMP masuk ke sekolah yang lebih elit. Tetapi orang tua memaksa ku masuk disini meskipun tidak elit tetapi mutu pendidikannya lebih bagus.

Kita sudah menyusuri lagi jalanan raya sepertinya akan menuju ke kota sebelah tetapi aku juga tidak tahu tepatnya akan pergi kemana. Aku sih menuruti dia saja, karena dia pasti sudah merencanakan jadwal dan waktunya untuk bertualang hari ini. Aku tidak ingin merusak rencana itu dan kebahagiaan dia.

Kurang lebih 15 menit perjalanan kita sampai di sebuah taman bermain disamping mall. Sepertinya taman ini baru saja di buka karena masih sepi hanya ada beberapa motor dan mobil yang terparkir. Aku turun dari motor mengikuti dia dari belakang. Dia yang membeli tiket masuk aku tidak diperbolehkan mengeluarkan duit sepeser pun.

“Ini adalah harinya kamu, jadi aku yang merservice kamu.” Kata dia serius sambil mengambil dompet ku dan memasukannya lagi ke dalam tas ku.

Setelah itu kita baru masuk dalam taman tersebut. Tetapi kita malah bingung akan mencoba wahana mana dulu. Sebenarnya aku sudah pernah mencobanya semua tentunya bersama dia waktu pertama kali taman ini dibuka. Lagian masih banyak wahana yang belum beroperasi sepenuhnya.

“Eh ke toko souvenir itu yuk.” Ajak dia sambil menarik ku.

Di dalam toko yang berbentuk kastil itu aku hanya melihat-lihat karena emang tidak ada yang menarik bagi ku. Lagian toko in berisi mainan anak kecil sudah tidak pantas aku membeli mainan itu semua. Padahal dulu aku sering merengek sama mamah minta dibelikan mainan terbaru. Ku lihat dia ada dimeja kasir, aku tidak perduli dan tidak ingin tau dia membeli apa.

Sesudah membayar barang yang di beli dia tengak tengok mencari ku. Aku tahu dia akan segera meninggalkan toko ini. aku menghampiri dia sebelum dia histeris kehilangan ku. Dia memang suka aneh tiba-tiba histeris jika kehilangan ku di tempat keramaian. Pernah ada kejadian kita ke pasar malam dan tanpa sengaja gedangan kita terlepas. Dia langsung panik apa yang dia lakukan sangat konyol dia naik wahana kincir angin dan dengan Toa memaggil nama ku. Saking malunya aku karena semu orang melihat kita, akhirnya aku membli topeng untuk menutupi muka.

Kita keluar dari toko itu dan berjalan menuju pohon. Sesampainya di pohon dia mngeluarkan susuatu yang ada di kantong kresek yang barusan dibeli di toko souvenir. Benda tersebut ada sebuah mahkota raja dan satu pedang. Aku masih belum paham mengapa dia membeli itu.

“Kamu adalah pangeran ku,” ucap dia sambil memakaikan mahkota. “Aku adalah jendral yang siap akan melindungi pangeran.” Dia mangacungkan pedang mainannya ke atas.

Aku terbengong-bengong mendengar pernyataan dia. So romantic sekali. Aku jadi gugup nggak tau mau komentar apa. Hati siapa pun juga kalau di begitukan pasti meleleh deh. Ok’ aku harus konsisten I’m not gay so jangan terhasut adegan romantis tersebut. Tapi aku tidak bisa menyangkalnya kalau kejadian tadi buat aku klepek-klepek.

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase