Tuesday 16 December 2014

Cerbung: Dia (Epilog)

Satu Kesempatan Lagi

Aku tersentak kaget mendengar ucapan dia yang menngatakan itu. Bukan ini yang aku mau, ini sudah diluar rencana. Aku nggak percaya dia mengatakan seperti itu. Bukannya aku memprotes, tapi aku malah tercenung, melamun. Aku nggak tahu mau ngomong apa. Maksud aku hanya untuk melihat perjuangan dia seperti apa dalam mempertahankan hubungan ini. Aku juga nggak mungkin menjilat ludah ku sendiri.

Penyesalan juga sudah tidak ada gunanya lagi, peristiwa itu sudah empat tahun lalu. Bukan melupakannya tapi aku sudah ikhlas untuk menjalani hanya sebatas persahabat. Aku rasakan juga lebih baik seperti ini. 

Empat tahun bukan waktu yang sebentar. Tetapi aku tidak begitu merasakan hari terus bergulir. Pertemuan di Renon merupakan perjumpaan membahagiakan dengan dia. setelah itu kita tidak pernah bertemu dengan dia lagi. Kita sibuk dengan dunianya masing-masing.


MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase
. Terima Kasih



Cerbung: Dia (Chapter 8, Move On)

Sampai saat ini tepat satu bulan aku masih belum menerima kata putus. Aku menganggapnya sebagai break. Sejenak kita memang harus “istirahat”, menjernihkan fikiran, memikirkan ulang hubungan ini akan di bawa kemana? Serta apakah ini yang terbaik?

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Cerbunng: Dia (Chapter 8 : Jangan Lakukan Itu)

Aku masih bingung dengan semua ini. Hubungan aku dengan dia menjadi dingin, bahkan hampir beku. Sudah bebeberapa hari sejak kepulangn ku ke Bali, kita hanya sesekali bertukar kabar. Aku membaca pesannya terlihat dia terpaksa membalas, karena hanya ada beberapa kalimat dan kata-katanya disingkat. Berbeda dengan biasanya yang berkalimat panjang, nggak hanya bertukar kabar tetapi ditambah beberapa cerita.


MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Tuesday 30 September 2014

Cerrbun: Dia (Chapter 7: Posesif)

Posesif

Sepanjang perjalanan ke Malioboro kita hanya diam, membisu. Aku tahu dia sedang marah, jadi lebih baik ku diamkan saja juga. Aku malas berdebat dikendaraan, bisa-bisa malah jadi kecelakaan. Dia juga nggak memeluk aku, padahl tadi waktu berangkat diatas motor masih memeluk aku dari belakang.

Di taman depan Gedung Agung kita duduk berdua saling membelakangi. Aku sengaja masih diam menunggu apa yang akan dia omongkan.




MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Saturday 27 September 2014

Cerbung: Dia (Chapter 7: Cemburu)

Cemburu

Bunyi dering telpon dari ponsel sangat memekakan telinga. Setengah sadar aku meraih ponsel yang ada dimeja sebelah ku. Aku lihat ternyata yang telpon teman kuliah, ada apa pula pagi-pagi gini dia telpon. Nggak tau apa ya sekarang aku lagi sama pacar, masih ingin tidur dipelukan dia.

Terpaksa aku angkat telpon teman ku ini. “Halo. Ada apa pagi-pagi gini telpon?”
“Sory ganggu. Penting banget nih aku mau 

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Cerbung : DIA (Chapter 7: Love Story)

Sudah enam bulan jadian sama dia, oh ini ternyata rasanya pacaran, aku bahagia. Meski pacaran jarak jauh tapi tak merasa jauh dengan dia, karena dia selalu ada untuk ku. Dia hadir ketika aku sedang galau untuk sebuah pilihan memilih. Dia selalu jadi pendengar setia ketika aku mulai berkeluh kesah betapa menyebalkan dosen yang ngeyel dan hari yang tak menyenangkan. Tapi itu semuanya curhat melalu Skype. Kita bisa merasakan bertatap muka. Ada satu hal tak perlu melalalui Skype yaitu senyum dia selalu menempel dalam benak ku jika sedang merasa kesal, senyumnya membuat aku ceria kembali.
Malam ini dihabiskan hanya berduaan saja. Setelah makan malam romantis kita berdansa masih di rooftop. Lalu kita bercerita banayak, aku tiduran dipangkuan dia. Dengan lembut tangan dia memembelai rambut. Sesekali dia mengecup bibir ku karena nggak tahan saking gemasnya. Apakah ini pacaran??



MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Thursday 5 June 2014

Cerpen : HAMIL


Seperti biasa jalan Pantai Kuta selalu ramai setiap harinya apa lagi sekarang akhir pekan tepatnya Jumat malam. Diantara ratusan mobil yang terjebak macet ada sebuah sebuah mobil sedan, di dalamnya ada Kadek wanita asli Bali, Nadia gadis keturuan Arab asli Solo dan Vero cewek gaul yang berasal dari Bandung. Mereka sudah lama bersahabat, rutinitas mereka setiap Jumat sepulang kerja menyempatkan diri untuk liat sunset di Pantai Kuta.

"Sebel dech kalo long weekend gini pasti daerah sini macet," gerutu Kadek sambil merebahkan badanya di kursi mobil.
"Ich cerewet kaya kamu yang nyetir aja," protes Vero sambil menatap Kadek dengan memicingkan matanya tanda sebal.
"Ya udah sih sabar toh, masih tetep bisa jalan koq. Lagian sapa juga yang pilih ke sini? Tadi aku udah bilang mending di Renon saja ngopinnya." Nadia yang tadinya mencoba menenangkan malah ikutan ngedumel.

Keadaan di mobil kembali senyap tanpa obrolan hanya suara kicauan penyiar radio yang keluar dari sound system. Meskipun mobil berjalan tetapi perlahan-lahan karena padatnya mobil yang memenuhi jalan dan banyak taxi yang berhenti seenaknya di tengah jalan. Kadek duduk dengan lunglai sambil menatap kemacetan dan Nadia asik dengan BBMan.

Baru saja mobil keluar dari jalan Pantai Kuta dan sekarang menyusuri jalan Kuta Raya menuju Denpasar. Jalanan masih dalam kondisi tersendat-sendat.

"Hmmm Vero aku boleh minta tolong?" Kadek memecah keheningan.
"Tolong apa? Pinjem duit?" Vero langsung to the point.
"Bukan itu, kan habis gajian duit ku masih banyak,hahahha," Kadek berkelakar nggak kalah hujaman Vero.
"Ada masalah apa Dek?" tanya Nadia penuh kelembutan, sambil memasukan BB ke dalam tas.
"Bisa nggak anterin aku ke Rumah Sakit Kasih Ibu yang di Teuku Umar? Nanti aku pulang sendiri dech" Kadek mengutarakan permintaan tolongnya.  Wajah Kadek menjadi agak pucat pasi seakan ragu untuk mengutarakan permintaan tolongnya. Kadek meremas baju dibagian perutnya. Sebenarnya Kadek enggan mengatakan tetapi hal ini sudah sangat mendesak. Kadek nggak tau lagi mau minta bantuan siapa lagi. Saat ini mungkin Vero yang bisa membantu. Hanya kepada sahabatnya Kadek minta tolong. Lagian ini juga sekalalian jalan pulang. Mereka sama-sama tinggal di daerah yang berdekatan di Denpasar.
"Ngapain ke sana?" cerocos Vero.
"Aku ada janji sama dokter kulit," jawab Kadek dengan yakin tetapi memalingkan wajahnya ke jendela samping.
"Bohong!!" tuduh Nadia.

Kadek semakin pucat dan berusaha menutupi wajahnya dengan tetap menatap jendela. Kadek nggak berani menengok wajah kedua temannya. Pastinya ada sebuah kebohongan besar yang disembunyikan Kadek. Akan tetapi kedua sahabatnya tidak perlu tau apa yang  terjadi. Kadek tidak berani menengok kearah temanya takut kebohongannya terbongkar. Bisa bahaya kalau sampai mereka tahu. 

"Dokter kulitmu kan bukan di rumah sakit itu," Vero mencecar Kadek.
"Aku pindah dokter yang kemaren kemahalan, dan dokter yang baru prakteknya di situm" Kadek berusaha mengelak.
"Bukannya di rumah sakit itu malah lebih mahal," Nadia mengomentari, dan nggak yakin denga alasannya Kadek.

Vero mengecilkan suara radio yang sedang mengalunkan lagu Some Like You dari Adelle. Sepertinya akan terjadi dialog yang begitu pelik untuk di bahas. Mobil terhenti di perempatan Sunset Road. Terlihat di depan antrian kendaraan di jalan Sunset Road dan yang sepertinya akan masuk Kota Denpasar lewat jalan Imam Bonjol. Mau nggak mau rombongan Vero akan melintasi kemacetan jalan Imam Bonjol.

Kadek memberanikan diri menengok ke Nadia untuk meyakinkan bahawa ucapannya tidak bohong. Namunn raut mukanya tidak bisa ditutupi, tersirat wajah putus asa dan tatapan matanya kosong. Bibirnya juga bergetar seperti orang ingin mengatakan sesuatu tetapi di tahan. Kadek juga hanya menengok beberapa saat tidak beranti menatap lama-lama.

"Yang aku tau yah rumah sakit itu bagusnya untuk ibu hamil atau yang mau lahiran," Nadia kembali memancing Vero untuk mengintimidasi Kadek. Nadia masih berusaha sabar memahami Kadek. Akan terlalu menyakitkan bila langsung menghakimi temannya yang sedang susah.

"Jujur aja deh Dek, loe hamil?" Vero yang emang nggak suka basa basi langsung menembak telak ke kadek. Vero sudah nggak bisa nahan emosinya. Gregetan banget ngeliat tingkah Kadek yang masih saja berkilah untuk menutupi kebohongan yang jelas-jelas sudah muncul kepermukaan.

"Nggak," jawab Kadek berusaha tegar dan menahan emosi sambil menatap Vero. Nada bicaranya berusa sedatar mungkin agar tidak terlihat sedang berbohong. Sekuat tenaga Kadek bersandiwara. Bisa jadi ini adalah acting yang dalam kehidupan nyata.
"Kalo emang nggak biasa aja donk." Nadia merubah posisi duduknya yang tadinya senderan sekarang memajukan duduk sambil menjulurkan kepalanya ke tengah sambil menatap Kadek. Nadia sudah semakin tidak tahan dengan sikap Kadek yang masih saja keukeh menutupi aibnya.

Kadek jadi semakin terjepit dan bertambah gugup karena kedua sahabatnya menatap tajam padanya bagai seorang polisi sedang mengitrogasi. Emang sih pada kenyataannya Kadek sedang di cecar berbagai pertanyaan. Tentunya Kadek jadi semakin terpojok, apalagi Vero sudah jelas-jelas melontarkan pertanyaan yang menohok. Dirinya sudah tidak tahan, runtuh juga pertahanan Kadek.

"Ok ok ok aku jujur, aku hamil. Ampuni aku Hyang Widhi," akhirnya Kadek membuat pengakuan.

Keheningan menerpa di kabin mobil setelah Kadek mengucapkan pernyataan yang dari tadi disembunyikan. Ada perasaan lega yang menghinggap Kadek. Ternyata mengatakan kejujuran adalah hal yang sulit namun bila sudah disampaikan merasa lebih tenang. Tapi Kadek belum tenang seratus persen karena pasti sebentar lagi Vero dan Nadia akan bereaksi. Mau nggak mau Kadek sudah siap bila kedua sahabatnya menghujat.

"Puji Tuhan.....kamu hamil, aku bakal jadi tante?" Vero menanggapi dengan suka cita. Ketegangan yang dari tadi menghiasi wajahnya berubah menjadi kebahagiaan. Senyum manis mengembang dari bibirnya. Kesangaran sikapnya hilang seketika tanpa bekas.

"Astaghfirllah," Nadia tersentak kaget. Sebuah respon yang bertolak belakang dari Vero. Ketegangan masih meliputi Nadia, meskipun ada sedikit kelegaan Kadek telah jujur. Tetapi masih penasaran masalah yang mendera Kadek. "Siapa yang buat kamu bunting?" Nadia segera melanjutkan introgasinya. "Ich kamu juga Ver, temen lagi susah malah kamu malah seneng."

Pecahlah tangisan Kadek, air matanya berurai deras melewati pipi. Nadia memeluk Kadek dari belakang meskipun terhalang oleh kursi. Nadia berusaha menenangkan Kadek yang terlihat marah, sedih, dan takut. Berbagai emosi bercampur menjadi satu pada diri Kadek. Vero dan Nadia membiarkan Kadek menangis terlebih dahulu meluapkan seluruh emosinya. Vero hanya bisa menggenggam tangan Kadek untuk memberi kuatan.

"Lakinya lah yang menghamili, masa pere," Vero menanggapi pertanyaan Nadia setelah Kadek sudah bisa tenang. "Ya seneng donk, anak itu rejeki harus di syukuri. Lah wong udah hamil mo gimana lagi? Pokoknya jangan digugurin," pesan Vero dengan suara yang tegas. Vero bilang seperti itu walau belum ada pernyataan dari Kadek untuk menggugurkan. Sebagai antisipasi saja jika Kadek mempunyai niatan untuk membunuh janinnya.

"Koq bisa sih sampai kebobolan gitu?" Nadia jadi penasaran kenapa sahabatnya bisa sampai hamil.
"Ya karena nggak pake kondom," Vero yang menjelaskan. "Kalau nggak pakai kondom keluarinnya diluar donk. Kalau di dalem ya jadi orok. Kalo nggak langsung dibersihin. Pasti kamu langsung tidur ya?" tuduhan Vero sekali lagi mengena Kadek. Kadek sendiri hanya pasrah tanpa perlawanan. Karena apa yang di ucapkan Vero memang benar.

Perjalanan berasa lama bagi Kadek yang tidak berdaya. Pasti akan berlanjut rentetan pertanyaan yang menghujam pada dirinya. Andai bisa dan berani akan lompat dari mobil. Tapi masalah ini memang harus dihadapi bukan untuk di larikan. Kadek juga sudah mulai merasakan temannya tidak membenci dirinya. Awalnya Kadek akan . Perjalanan memang lama karena kemacetan masih mengular sepanjang jalan Imam Bonjol. Derai air mata Kadek sudah berhenti tetapi di gantikan sesenggukan akibat terlalu histeris menangis.

"Lalu orang tua mu sudah tau?" tanya Nadia pada Kadek dengan lembut. Nadia hanya tidak ingin Kadek jadi merasa orang paling bersalah sedunia.
"Sudah," Kadek menjawab singkat, karena malas bicara.
"Tanggapan mereka gimana?" Nadia kembali mengorek kisah Kadek.

Kadek tidak langsung menjawab, Kadek menghela nafas sejenak untuk ancang-ancang bercerita. Dipalingkan wajahnya ke arah samping mengaarah pada Vero dan sempat menengok ke belakang tempat Nadia duduk. Memastikan mimic kedua temannya sangar. Jika masih kelihatan gahar akan semakin membuat malas bercerita. Untungnya Nadia dan Vero berseri-seri senyum yang di paksakan.

"Hmmmmm, pastinya mereka marah tapi mau gimana lagi. Ayah juga nampar aku. Seharian mereka nggak ngomong sama aku," perkataan Kadek tercekat menahan tangis. "Tetapi setelah mereka tenang kita mendiskusikan lagi."
"Bonyok lu udah ketemu Wayan?" tanya Vero singkat, Vero nggak bisa banyak ngomong karena sedang kosentrasi nyetir apalagi di tengah kemacetan seperti ini.
"Udah," Kadek pun menjawab singkat.
"Kapan kalian akan merit?" tanya Vero lagi melanjutkan obrolan.
"Nggak tau," Kadek benar-benar bingung untuk menjawab pertanyaan ini.

Dengan reaksi cepat Nadia yang penasaran, semakin ingin mengulik permasalahan sahabatnya. "Lah ngopo gak ngerti kapan mau meritnya. perut mu cepat atau lambat bakal besar."
"Tapi aku nggak cinta sama dia.....," kata Kadek sentengah berteriak meluapkan emosi. "Aku nggak mau merit sama dia," Nadanya semakin meninggi dibalik suara seperti ada penyesalan yang dalam.

Vero dan Nadia tertegun nggak tau mau komentar apa. Di benaknya masih ruwet jalan pikiran Kadek. Vero kembali duduk lunglai dan terus menyetir mobil yang masih merayap. Nadia juga merebahkan badannya ke sandaran kursi. Mungkin Vero dan Nadia sedang menyiapkan amunisi untuk mencecar Kadek.

"Gila lu ya udah bunting nggak mau merit, cuma gara-gara nggak cinta sama laki yang buntingin lu," Vero kali ini naik pitam karena baginya pemikiran Kadek yang aneh.
"Terus anakmu mau diapain? kamu mau jadi single parent?" timpal Nadia yang ikut gregetan.

Kadek yang merasa terintimidasi jadi takut untuk melanjutkan cerita. Tetapi diam juga bukan suatu pilihan yang tepat karena kedua sahabatnya akan terus merongrong dan mendesak untuk cerita. Terpaksa juga Kadek meladeni ocehan mereka.

"Tapi aku nggak cinta........" Kadek juga ikut gregetan karena susah untuk mengungkapkannya. "Aku nggak mau tau kata orang, aku koq yang menjalani hidup ini," Pembelaan Kadek.
"Dia udah mau tanggung jawab loh...... Masa lu cuekin aja," Nadia ikut nimbrung lagi. "Aku sih percaya kamu akan baik-baik saja, tapi apa kamu nggak mikir buat kehidupan anak mu? Emang sih sekarang banyak yang single parent tapi apa kamu bisa?" Nada Nadia tak setinggi Vero yang masih emosi. Nadia berusaha menahan emosi dan berkata lembut, agar Kadek nggak merasa terintrogasi.
"Eh bener juga ya, gimana dengan anak ku ya nantinya? Terus kalau nanti dia tanya bapaknya gimana ku jawab?" Kadek baru menyadari kebodohannya dan tertawa sendiri.
"Nah baru nyadarkan, lu PA (pendek akal) sih.... Yang penting itu anak lu. Udah dech jangan egois sama diri lu sendiri." Vero tambah gregetan Kadek menyadari kebodohannya.
"Tapi aku kan gak cinta, waktu itu cuma nafsu. Nanti kalo merit gimana? Apa bisa tambah baik atau malah jadi berantakan," Kadek mulai lagi dengan kebimbangannya.
"Kayaknya aku perlu lompat dech dari mobil ini," canda Vero yang sudah nggak tau lagi harus bagaimana menanggapi Kadek. "Suka-suka kau lah Dek."

Kadek terbengong sikap Vero yang berubah. Tadinya paling vokal untuk mengintimidasi sekarang malah menyerah.
"Kamu koq gitu Ver?" tanya Kadek.
"Aku pikir, lu tuh dah sadar tapi ternyata masih tetep," jawab Vero Ketus.
“Kalau kata orang Jawa ya tresno jalaran kulino, artinya cinta itu karena terbiasa. Mungkin sekarang kamu nggak cinta tapi sapa tau dengan kamu terbiasa bertemu dengannya malah bisa jadi cinta. Nggak usah mikir macem-macem, postif thinking aja,” Nadia juga ikut ngomentarin sikap Kadek yang konyol seperti itu.

Didalam mobil kembali tenang meskipun diluar sana berisik oleh suara klakson mobil yang pengemudinya nggak sabaran. Masing-masing kepala di mobil tersebut sedang berfikir untuk memecahkan masalah ini. Vero dan Nadia sebagai sahabat yang baik ingin memberi pencerahan pada Kadek.

"Dek, kamu udah yakin dengan single parents?" tanya Nadia, tapi sebelum di jawab Nadia kembali ngomong, "Bli Wayan udah berani tanggung jawab, emang tadinya cuma nafsu tapi itu juga bentuk sayang dia ke kamu. Mungkin sekarang kamu nggak cinta. Tapi sapa tau setelah punya anak kalian hidup bareng jadi cinta. Kalau emang nggak tahan ya udah cerai saja."
"Wah Nadia bijak ya...... " puji Kadek. "Tapi nggak mau juga aku kawin cerai gitu. Mending jadi single parent. Nikah itu bukan untuk di coba-coba Nad. Kasian juga nanti anak ku liat orang tuanya malah berantem mulu psikologisnya pasti terguncang. Kalau dari kecil udah tau emaknya single parent dia akan terbiasa juga kan. Liat ntar aja dech, aku perlu mikir 3 hari."
“Nih ada tapinya lagi ya,” Vero mencoba menambahi penyangkalannya terhadap omongan Kadek. “Anak lu aja belom lair gimana tau perkembangan psikologis anak. Anak lu tuh butuh bapak. Kayak lu butuh bapak mu sekarang juga kan?”

“Contohnya aku. Aku berasal dari kelurga broken home tapi biasa aja tuh waktu abah sama umi cerai. Pinter-pinternya kasih penjelasan aja sih. Sumpeh nggak enak banget hidup tanpa orang tua lengkap. Kebetulan aku ikut umi, tapi aku juga nggak ngerasa kehilangan abah karena hubungan kita masih dekat.” Nadia jadi menceritakan masa lalunya.
“Hubungan anak sama orang tuanya itu nggak bisa dipisahin Dek. Seorang ayah pasti mau ikut membesarkan anaknya. Kecuali cowok brengsek dink. Tapi aku liat Bli Wayan baek-baek aja koq apa lagi dia juga udah siap tanggung jawab.” Vero turut menyumbang pemikirannya.

Tak terasa sudah hampir sampai tujuan di RS Kasih Ibu. Perjalanan yang menegangkan akan segera berakhir.

"Aku di drop aja, Tuh bli Wayan udah nyampe. Aku pikirkan lagi untuk nggak merit sama dia. Makasih ya, love you friends," kata Kadek sambil menunjuk Wayan yang ada di pinggir jalan.
TAMAT



Sunday 27 April 2014

Cerpen : Aktor

“Mas aku takut kalau ketahuan,” ucap Jan sambil membalikan badannya menatap pria yang sedang membelai kepala Jan.
“Nggak usah khawatir, kita main cantik saja.” Senyum itu mengembang dari bibir tebingkai kumis tipis, untuk menenangkan kegundahan Jan.
“Kalau gitu, jangan bawa anak mu lagi kalau kita jalan. Aku takut dia nanti cerita sama emaknya.” Intonasinya meninggi sebagai tanda minta ketegasan.

Hanya anggukan sebagai tanda jawaban, karena malas untuk membahas lebih jauh dan segera mengahkhir pembicaraan masalah in. Namun Jan tampaknya masih ingin mengungkit lagi lebih jauh.

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Friday 4 April 2014

Belajar Kehidupan Remaja lewat Sinetron

Udah lama nggak ngeblog ngomentarin sesuatu. Baru kemaren-kemaren sempat nonton serial Hormones yang lagi ngehits di Indonesia coz di puter di Kompas Tv. Tetapi aku malah nontonnya di Youtube dengan subtitle english, jadi nontonnya perlu sedikit mikir, untungnya lagi bahasa Inggrisnya masih muda dicerna.

Serial Hormones ini buatan Thailand, yang bercerita tentang kehidupan anak SMA. Sinetron ini hanya 13 episode namun  dari singkatnya durasi itu buanyak buanget pelajaran yang kita dapet. Tentunya para remaja bisa mengambil nilai positifnya. Nggak cuma dari para remaja tapi para produser, sutradara, pembuat sinetron remaja di Indonesia.

Di seluruh dunia masalah remaja hampir sama, nggak jauh-jauh dari sex bebas, drugs, tawuran, menjadi populer sekolah, krisis identitas, persaingan prestasi, bully dan lain-lain. Dalam sinetron Hormones ini sebagian permasalahan remaja di munculkan. Tetapi yang menjadi beda adalah penyajiannya, setting tempatnya nggak di sekolah mulu dari awal sampai akhir, itu salah satu point yang bikin gak bosenin dari pemilihan tempat.

Tokohnya ada sembilan anak dan mereka punya masalah sendiri-sendiri. yang jadi menarik adalah penyajiannya adalah nggak hanya pada permasalahan itu, misalkan tokoh Phai dia suka berkelahi, nggak cuma ada adegan dia berantem aja tapi ada seperti cerita latar belakangnya dari awal permasalahan kenapa dia tawuran, teman pergaulannya gimana dan lingkungan dari keluarganya. jadi satu masalah ada 3 latar belakang.

Lalu ada Kwong, di siswi populer dan perfect dimata teman dan para guru. Namun gimana pun juga Kwong tetaplah remaja biasa, sekalinya nyontek ketahuan satu sekolah heboh dan gosip tentang keluarganya menyebar. Kita diajaran jangan melihat dari satu sisi saja. Pasti ada alasan kenapa dia berbuat seperti itu, dan tentunya jangan suka bergosip tanpa ada fakta. Tentunya kita juga harus memikirkan tentang sebab dan akibat.

Hal lain lagi adalah cerita Phoo dan Thee, mereka adalah dua cowok bersahabat. Tapi persahabatan mereka berubah menjadi cinta. Titik point di sini adalah, bukan dari cerita asmara mereka. Akan tetapi dari sisi orang tua Phoo lebih tepat nyokapnya sih. Si nyokap bisa mendengarkan keluh kesaah Phoo yang sedang bingung dengan identitasnya, dia tidak serta merta menghujat atau menghakimi. Inilah yang harus di contoh orang tua Indonesia, jika anaknya ada masalah harus bisa jadi pendengar bukan jadi "hakim".

Kehidupan remaja nggak pastinya ada persahabatan. Persahabatan itu dengan tulus dan apa adanya. disini ada cerita dari Thoei, ternyata sahabat-sahabatnya menikam dari belakang. Di depan mereka tampak baik tetapi di belakang malah jahat. Kita bisa ambil hikmah adalah, kita harus pintar mencari sahabat yang nyaman dan tepat untuk kita. Masalah lainnya adalah Win, Mhog, dan Tar mereka bersahabat akrab, suatu ketika Tar dan Win bertengakar karena salah paham. Jadi sorotan disini adalah, jika ada masalah dengan sahabat jangan lari permasalahan tetapi hadapi dengan saling bicara dari hati ke hati. lari nggak akan selesai masalah itu. Tentunya sesama sahabat harus saling terbuka. hebatnya disini adalah peran Mhog dia bisa menjadi penengah, tidak memihak Win atau Tar, Jadi kalau ada sahabat yang berantem sebaiknya kita bisa mendamaikan ataupun bila tidak bisa merukunkan tidak memihak kepada siapa pun.

Sex. Remaja sekarang sudah semakin terbuka dengan sex. Masa remaja memang sedang birahi-birahinya yang tanpa kontrol. Dimana ada kesempatan pasti bisa melakukannya. Dalam sinetron ini tokohnya adalah Dow, dia melakukan ML tanpa pikir panjang dan tak pakai kondom. Dia baru kebingungan ketika terlambat mens sedangkan cowoknya entah kemana. Jadi jika mau ML harus safe sex dan harus mengenal betul siapa pasangan kita dimana rumah, siapa saja keluarganya, kalau bisa sih jangan sebelum merit. Dow ini punya nyokap yang protektif, tetapi tetap saja kecolongan. Nah itulah hebatnya remaja bisa memanfaatkan situasi. Buat orang tua protektif dan pengawasan itu penting. Tetapi kadang ada celahnya juga.

Yang aku suka dari Hormones ini adalah nggak ada penggambaran tokoh antagonis dan protagonis yang kuat. coz peran antagonis hanya ada di beberapa scince saja. penggambaran jahatnya juga tak sebrutal yang ada di sinetron Indonesia. disini bisa saja satu sekolah jadi peran antagonis, ketika mereka melakukan bully cyber atau menggosipkan salah satu tokoh utama.

Bandingkan dengan sinetron Indonesia.

Bukan mau menghujat atau menyalahkan tetapi pada kenyataannya adalah sinetron remaja Indonesia belum bisa menggambarkan realita remaja Indonesia sesungguhnya, dan terkesan ceritanya basi banget. Lihat saja pada pemeranan tokoh jelas banget antara tokoh antagonis dan protagonis, yang antagonis itu jahatnnya nggak ketulungan dan protagonis itu memelasnya termehek mehek.

Dari situ bisa kita lihat, sepanjangan durasi 60 menit, kita bisa melihat seberapa sering adegan bully yang dilakukan oleh si antagonis itu? dan ada beberapa cara untuk membully. Jadi intinya adalah sinetron kita adalah menitik beratkan pada adegan membully dan adegan dramatis ketika cowok menolong cewek yang sedang di bully. coz rata-rata pelaku bully di sinetron Indonesia ini adalah cewek. Jd bisa disimpulkan remaja Indonesia bisa jadi membully karena mencontoh dari sinetron.

Dari segi cerita hanya berkutat pada cinta-cintaan, maka dari itu sinetron Indonesia membosankan. Padahal masalah remaja nggak hanya sekedar
cinta tetapi itu adalah banyak masalah. Aku nggak tau apakah pelaku industri sinetron masih takut untuk menampilkan masalah sex bebas, drugs, cinta sesama jenis dan lain-lain? kadang itu kembali pada sensor. padahal dibalik malalah kelam itu pasti ada yang bisa di ceritakan tentunya dengan penggamabaran dari banyak sisi, Insya Allah kita semua bisa jadi ter-edukasi.

Nggak semua sinetron Indonesia jelek, dulu ada yang bagus kayak Inikah Rasanya dan Luv (aku cuma inget dua sinetron itu saja).

Dia : (Chapter 6: Tak Rela)

Sudah satu bulan ini nggak ada kabar dari dia. Tiga hari pertama sangat tersiksa, tak ada kawan untuk bertukar cerita atau hanya sekedar berdebat kecil. Seminggu berlalu saya sudah mulai terbiasa, tak ada yang merengek manja minta di temani tidur walau hanya lewat Skype.

Benar-benar tidak ada komunikasi dengannya. Ada rasa kesepian di relung hati ini. Apa dia merasakan yang sama? Aku pikir nggak, buktinya dia tidak menghubungi aku, sejak malam terakhir kita ber-Skype. Dia tidak merasa kehilangan, dia juga nggak merasa membutuhkan aku lagi. Apa mungkin dia berhubungan dengan orang lain? Bisa jadi.

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Saturday 8 March 2014

Dia : (Chpter 6 : Pesarn dari Dia)

Aku masuk ke kamar yang selama ini dia tempati, lebih tepatnya aku dan dia. Aku meinggalakan kamar ku sendiri dan lebih memilih tidur sama dia. Bau parfumnya masih tertinggal di kamar. Sama-samar aku melihat bayangan dia di tempat tidur. Aku tau itu hanya fatamorgana. Suara dia terdengar berbisik manja, aku menyadari, ini hanyalah halusinasi, betapa aku merasa kehilangan dia. Kenapa otak ku masih saja memikirkan dia? Dia sudah pergi, dia tidak disni, dia tidak ada lagi di kamar ini. STOP!!! Tanganku menggapai udara untuk membuyarkan halusinasi itu.



MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Tuesday 4 March 2014

Cerbung : Dia (Chapter 6 : Rasa)

Beberapa hari ini aku seneng banget karena ada dia. Setiap malam bisa tidur disaampingnya. Aku bisa melihat dia tertawa atau cemberut ketika aku membuatnya jengkelan. Dia telah membuat setiap hari ku berbunga-bunga. Dia adalah bagian dari hidup ku.


MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Thursday 27 February 2014

Cerbung : Dia (Chapter 5 : Alasan)

Alasan

Satu hari telah berlalu, kemarin hanya bermalas-malasan di rumah karena badan ini terasa remuk setelah sehari sebelumnya jalan-jalan dan mimpi buruk. Hari ini belum ada rencana mau kemana, aku juga nggak tau mau kemana.

Aku lihat dia masih terlelap tidur disamping. Meskipun terlihat garang tetapi dia punya hati yang lembut, dan sangat penyayang. Aku belai rambutnya yang cepak, kupandangi lekat wajahnya. Namun tiba-tiba ku tersentak kaget ada tangan yang tiba-tiba manarik tubuh, sehingga aku menindihnya dan bibir ku terkecup pada bibirnya.


MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Friday 21 February 2014

Cerbung : Dia (Chapter 5, Mimpi Buruk)

Mimpi Buruk

Aku tersentak kaget mendengar pertanyaaan seperti itu dari dia. Ternyata dia masih  penasaran alasanku menolaknya. Jadi aku nggak sepenuhnya salah ketika menuduh, kalau dia balas dendam. Aku melengos tak menghiraukan pertanyaan dia. Rasa marah ku muncul, dia mengungkit msa lalu.

Dengan kasar kedua tanganya memegang pipiku dan agak memaksa menengokan kepala ku agar menghadap dia. Aku semakin marah saja mendapat perlakuan seperti itu. Aku beranikan menatap matanya. Tatapan dia tajam, wajahnya kaku. Aku tidak kuat dengan tatapan seperti itu. Ku coba memalingkan wajah, tetapi tidak bisa, tangannya dia kuat sekali memegang wajah ku.


MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Thursday 13 February 2014

Cerpen : Titik 0 Kilometer

Titik  0 Kilometer

Aku beranjak dewasa dan duniaku pun bertambah luas
aku semkin mendalami sesuatu hal dengan bermacam-macam sudut pandang.
Suatu yang ku pahami adalah kebenaran
Aku berharap bisa hidup sebagai manusia yang benar
Suatu hal yang disebut kebaikan yang kau ajarkan padaku di waktu kita kecil
Aku takan melupakan ~Lost Parade - Aqua Timez~

Aries merasakan kalut dan geram. Rencana untuk berduaan dengan pacar kandas. Disaat akan bersiap pulang kerja, pacarnya telpon mengabarkan tidak bisa bertemu karena ada kerjaan mendadak. Rasanya ingin marah dan memaki tetapi percuma. Dengan perasaan donkol Aries  pulang ke kostnya.

Sekelebat Aries mengenali seseorang yang sedang duduk sendirian di deretan kursi setengah lingkaran di depan Benteng Vredeburg. Aries masih tidak yakin apa yang dilihatnya, tetapi dia masih terkejut apa yang ada pandangnya adalah sahabat kecilnya yang dulu yang tinggal didepan rumah. Sekilas nampak sahabatnya  kelihatan lusuh dan sangat capek dari raut mukanya.

Aries terus melangkahkan kakinya semakin cepat, peluh ikut menetes. Tas yang sangat berat tak membuatnya terbebani. Semangat itu menyeruak seketika untuk menemui sahabatnya. Tepat dihadapannya Aries mematung, memandangi sahabatnya yang sudah sangat lama tak di jumpai, terakhir bertemu setelah kelulusan SMA, jadi kira-kira sudah 15 tahun tidak bertemu dengannya. Pria yang didepannya memang sudah sangat berbeda namun Aries masih tetap bisa mengenali dari bentuk wajahnya dan goresan bekas luka di bahu tangannya. Wajahnya masih agak chuby tetapi sekarang sudah ditumbuhi jenggot tipis, nampaknya sudah 3 hari tidak dicukurnya begitu juga kumisnya.

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase

Sunday 12 January 2014

Question My Life

1. apa yang lo lakuin sekarang (pekerjaan) adalah hal-hal yang bener-bener pengen lo lakuin?
Yap dari dulu pengen aku lakuin dan baru sekarang aku bisa lakukan, intinya masih dalam tahap merintis

2. apakah lo punya mimpi-mimpi untuk di kejar?
Adalah.

3. apakah lo bangga sama yang apa lo lakuin sekarang atau apakah lo bangga sama hal-hal yang udah lo lakuin?
Yang aku lakukan sekarang belum bisa dibanggakan karena belum ada hasilnya. Tetapi apayang telah ku lakukan dulu bangga, karena telah mewujudkan salah satu mimpi ku

4. sampai sejauh ini, udah berapa janji yang lo buat? terus dari semua itu berapa janji yang udah lo tepatin?
ada lima. baru kelaksana dua

5. ada gak satu hal yang bener-bener pengen lo lakuin dari dulu tapi sampe sekarang belom kesampean, dan kenapa?
pengen banget keliling Indonesia, ke suku2 pedalaman. belum kesampean karena belum punya duitnya,hahaahaha

6. pernah gak lo ngekhianatin orang-orang yang sayang sama lo atau orang yang lo sayang (entah keluarga, pasangan dan sebagainya)?
entah lah kalau itu, karena aku merasa nggak pernah.

7. nih misalkan ada "jackpot". nah kesempatan untuk menangin "jackpot" tadi itu 50-50 antara berhasil atau gagal. lo mau ambil "jackpot" itu atau engga?
Ambil lah, kerena itu adalah salah satu peluang.

8. misalkan lo bisa pergi ke masa lalu pake mesin waktu, Nasehat apa yang mau lo kasih untuk lo sendiri waktu lo umur 6thn(beranjak dewasa) ?
Jagan males!!!!! jangan suka menunda!!!

9. akankah atau rela gak lo ngelanggar peraturan untuk sesuatu atau seseorang yang bener-bener lo peduliin?
tergantung situasi, tetapi seringnya di langgar juga,hahahaa

10. pernah gak lo ngebuang ide-ide kreatif lo (prinsip lo) gara-gara semua orang nganggep ide lo itu gak bakal berhasil? hhmm gini deh, pernah gak lo kemakan omongan orang lain?
sering banget waktu kerja dibawah orang.

11. mana yang lo pilih? pekerjaan lo stabil tapi membosankan atau pekerjaan lo bener-bener menarik tapi beban pekerjaan lo lebih banyak dari sebelomnya.
Pekerjaan yang menarik.

12. apa lo masih takut buat kesalahan meskipun gak ada yang menghukum lo atas kesalaah itu?
Masih ada karena selalu mikir alias kebanyakan pertimbangan

13. misalkan lo bisa buat kloningan diri lo. sifat lo yang mana yang engga bakalan lo masukin di kloningan lo itu?
pemales

14. apa sih perbedaan yang menurut lo itu lo beda banget sama orang lain?
hhhmmm apa ya? mungkin pendengar setia kali ya aku.

15. apakah lo udah nyumbang pengaruh baik untuk dunia ini atau hidup lo terus-terus-an di pengaruhi sama dunia ini?
belum nyumbang tapi gak terpengaruh sama dunia ini.

16. kapan lo terakhir nangis dan karena apa? apakah hal yang lo tangisin itu berarti buat lo sekarang atau 5 tahun kedepan?
berapa tahun silam kayaknya 4tahun lalu. nggak ada berarti.

17. adakah hal yang seharusnya lo lupain, tapi sampe sekarang tetep gak bisa lo lupain?
ada.

18. apa lo masih inget orang yang lo benci 10 tahun lalu? apa kebencian lo ada harga nya sekarang?
nggak ada, aku gak pernah benci sama siapa2.

19. mana yang bikin lo bahagia. memaafkan seseorang atau ngebenci seseorang selamanya?
memaafkan seseorang, karena aku pemaaf, hahahaha

20. hal apa yang lo khawatirin sekarang? nah! misalkan lo berhenti khawatir tentang itu sekarang, apakah itu menimbulkan perbedaan ke diri lo?
karir. ya menimbulkan perbedaan.

21. misalkan lo mati hari ini, apakah ada penyesalan yang belom lo ungkapin?
nggak ada sih......

22. mana yang lo pilih. bisa keliling dunia tapi sendirian atau pergi piknik ke tempat yang sederhana tapi sama orang yang lo sayang?
keliling dunia tapi sendirian. tapi aku nggak pengen keliling dunia. aku cuma pengen keliling indonesia.

23. siapa yang lo kagumin? dan kenapa?
My Dad. why? udah aku ungkapin di blog ini judulnya Love You Dad

24. apakah ada Seseorang yang menginspirasi lo sampai menjadi diri lo yang sekarang ini?
nggak ada sih. aku berusaha menjadi diri sendiri.

25. hal apa yang bener-bener bikin lo puas? dan kenapa?
apa yang aku cita-citakan terwujud. why? dream come true.hahahah

26. kapan terakhir lo ketawa? dan lo ketawa nya itu gara2 kenapa?
berapa detik lalu. chating kekonyolan tentang masa lalu

27. apakah yang lo lakuin sekarang itu udah bikin lo dan orang-orang sekitar lo bahagia?
kayaknya belum dech.

28. ada gak seseorang yang lo sayang atau sayang sama lo sekarang ini? jaga mereka!
belum ada, ya standar aja sih paling keluarga yang ku sayang.

29. kapan terakhir kali lo bicara bener-bener (ngobrol2) sama orang tua lo atau anggota keluarga lo?
setiap hari ketemu. tapi gak pernah "ngobrol" karena saya selalu menghindar.

30. misalkan kebahagian itu Mata uang, seberapa kaya lo sekarang?
aku gak suka misalkan. dan mata uang belum tentu buat ku bahagia.

31. misalkan sekarang itu adalah akhir dari dunia ini, apa yang mau lo lakuin?

liat sunset

Thursday 2 January 2014

Cerbung : Dia (Jawaban)

Chapter 5

Jawaban

Entah apa yang ada di pikiran ku, tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu pada dia. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. Padahal aku sendiri tidak yakin untuk menanyakan itu. aku melihat tatapan dia kosong, sepertinya dia sedang terkejut apa yang barusan didengarnya.

Sekarang, aku menunggu jawaban dia dengan cemas. Apa dia akan menerima aku atau menolaknya? Aku berharap banyak dia mau menerimanya. Dia mulai tersadar dari lamunannya. Tangannya menggenggam tangan ku yang membuat jantung ini berdegub kencang.

MAU TAU CERITA SELENGKAPNYA BISA AJA BACA DENGAN BELI NOVELNYA. SUDAH TERSEDIA DI  http://nulisbuku.com/books/view_book/7100/kamuflase ATAU PESAN MELALUI SAYA 08193181006 atas nama apper. Terima Kasih. #Kamuflase