Sudah dua jam perjalanan artinya masih
ada enam jam lagi menyusuri jalanan malam.
Perjalanan antara Solo menuju Cirebon demi sebuah cinta. Itulah yang
dilakukan oleh Raja untuk menemui kekasihnya Kumala. Raja tidak sendirian
tetapi ditemani Wahyu sahabat terdekatnya .
“Baru sampe Semarang ya?” Tanya Wahyu
sambil membetulkan posisi duduknya.
“Iya, Masih lama.” Jawab Raja, dia tau
kalau sahabatnya sudah mulai jenuh.
“Kenapa sih kamu nggak pake kereta aja?”
“Nggak ke kejar “waktunya”. Lagian semua
kereta menuju Cirebon semunya pagi, kan aku kerja.” Raja member alasan.
“Berarti ini masih lama ya?” Wahyu
menanyakan lagi.
“Heemm” Raja hanya mebelasnya dengn
berdehem, karena malas menanggapi pasti akan ada perdebatan lagi.
Wahyu hanya menghela nafas bertanda
pasrah perjalan panjangan ini. Ini adalah perjalan panjang darat pertama Wahyu.
Sebenarnya Raja juga ini merupakan pengalaman pertamanya. Apalagi Raja tidak
mengetahui medan jalan yang akan dilaluinya. Mentoknya cuma tau sampai Semarang
selebihnya “buta”. Tetapi mau gimana lagi adanya seperti ini. Demi cinta harus
diperjuangkan.
“Aku nggak habis pikir kenapa
bisa-bisanya aku mau nemenin kamu,” ocehan Wahyu untuk menghilangkan bosan.
“Karena kamu sahabat terbaik ku, jadi
kamu mau nolong ku tanpa ada alasan,hehehe.” Raja menanggapi dengan sedikit
pujian agar Wahyu iklan menemani dirinya.
“Aku lupa, sejak kapan sih kalian
jadian?” Wahyu mengganti topik pembicaraan, karena dia befikir bila ngomongin pejalanan
pasti akan tambah bosan.
Raja tidak langsung menjawabnya karena
sedang berusaha mengingat. Raja sendiri sudah agak lupa kejadiannya kapan dan
bagai mana. Sambil berkosentrasi menyetir otaknya berputar kembali flash back.
Selanjutnya meluncur lah cerita itu.
@@@
4 tahun lalu di arena jogging Stadion
Manahan, Minggu pagi.
“Isshhh kenapa sih kamu nyeret aku pagi buta kayak gini jogging, apa lagi ini
hari Minggu waktunya males-malesan.”
Keluh Raja pada Wahyu yang sedang asik berlari pagi.
“Raja, sekarang udah jam 7 pagi artinya
udah siang.” Jawab Wahyu kesal. “Lagian ini buat kesehatan.” Tambah Wahyu
mempercepat langkahnya.
Mau nggak mau Raja mengikuti langkah
Wahyu padahal dirinya sudah terengah-engah, keringat sudah bercucuran.
“Aku tau kamu habis diputusin Puput
kan?” Raja terus mencari alasan agar sahabatnya jujur. Raja tau pasti terjadi
sesuatu sehingga sahabatnya bisa khilaf bangun pagi apa lagi sampai jogging.
Biasanya Wahyu melakukan seperti ini karena untuk menghapus marah.
“Jangan sotoy dech.” Raut muka Wahyu
berubah menjadi semakin menyeramkan. “Ya udah dech kalau kamu nggak mau nemenin
aku jogging pulang aja.”
“Ich gitu aja marah. Ya udah aku tunggu
di bubur ayam situ.” Raja lebih memilih menyingkir dari Wahyu karena nggak mau
lagi jadi korban dendam kesumat sahabatnya.
Raja memesan dua mangkuk bubur ayam dan
secangkir teh manis panas. Bubur ditempatnya makan memang terkenal enak dan
satu porsi tidak cukup untuk perut Raja yang sudah kelaparan aku karena tadi
malam lupa makan gara-gara berkutat dengan skripsinya. Dalam sekejap bubur
tersebut dilumatnya sampai licin. Raja berencana menyusul Wahyu ikutan jogging
lagi, sudah yakin sanggup memutari stadion.
Raja masuk antrian kasir, di depannya
ada gadis tubuh semampai tingginya setelinga Raja. Rambut panjangnya digelung
dengan tusuk yang konde menancap. Cukup sopan memakin celana training dan
atasan lengan panjang untuk acara olah raga apalagi cuaca yang agak panas.
Secara tidak langsung Raja terkesima dengan parasnya yang hitam manis.
“Maaf mas, dompet saya ketinggalan. Saya
pulang dulu gimana mas?” ucap gadis itu ragu dengan wajahnya pucat menahan
malu.
“Wah mbak nggak bisa. Nggak ada utang
disini.” Mas kasir menjelaskan dengan muka jutek.
“Kan nggak utang, beneran dech mas aku
bayar rumah ku deket situ koq belakang SGM.” Perjuangan gadis itu semakin gigih
dengan memberikan alasan yang mungkin bisa meloloskan diri.
“Yah mbak tetep gak bisa.” Mas kasir
juga tetep gigih memperjuangkan haknya dapat bayaran.
Gadis itu semakin tampak bingung.
Antrian dibelakangnya juga semakin panjang. Sudah ada beberapa orang yang
mengeluh terlalu lama mengantri. Raja merasa kasihan pada gadis itu dan tidak
tega bila gadis itu disuruh mas kasir jutek untuk mencuci piring sebagai cara
lain untuk membayar buburnya.
“Udah mas biar saya saja yang bayar
punya mbaknya.” Raja maju kedepan disebelah gadis tersebut.
Gadis itu terperanjat kaget sambil
menengok ke arah Raja. “Nggak usah mas, nanti saya telpon orang rumah dulu biar
nganter dompet.” Gadis tersebut tampak sungkan di bantu Raja, mungkin merasa
tidak enak dibantu oleh orang yang nggak dikenalnya.
“Nggak apa koq mbak, lagian kelamaan
juga nunggu orang rumah.” Ucap Raja ramah padanya. “Berapa semuanya?” Raja
mengeluarkan uang selembar seratus ribu langsung di sodorkan ke kasir.
Setelah menerima kembaliannya Raja
meninggalkan bubur itu sedangkan gadis itu masih saja berdiri di samping kasir
karena masih belum percaya oleh pemuda kumal tetapi cukup ganteng.
Saat berjalan menuju jogging track, Raja
merasa ada yang memanggilnya tetapi tidak yakin jadi mengacuhkan suara itu.
“Mas,” suara itu terdengar cukup dekat
dan menyasasr pada Raja.
Raja menengok ke arah suara tersebut.
Ternyata berasal dari suara cewek yang barusan di tolongnya. Raja menghentikan
langkahnya dan menunggu cewek tadi menghampirinya.
“Oh ya namanya mas siapa?” Tanyanya
tersenyum manis.
“Aku Raja.” Raja menjulurkan tangannya
mengajak salaman lawan bicaranya.
“Kumala.” Gadis tersebut menjabat tangan
Raja sambil member tahu namanya. “Oh ya boleh tau nomer hp mas? Kapan-kapan aku
traktir mas ngopi.”
“Oh…hhmm hhmm” Raja jadi gugup mendapat ajakan gadis semanis dia.
Tentunya hatinya sangat berbunga-bunga. “081931811117” Raja menyubutkan deretan
nomer, tentunya itu nomer handphone miliknya.
“Oh ya pin-nya 24b434” Raja menambahkan pin BBnya padahal tidak ditanya.
Dengan cekatan Kumala mencatat nomer
handphone Raja beserta pin BBnya. “Makasih ya mas,” ucapan itu terlontar dari
Kumala ketika selesai menyimpan nomer di phone book nya.
@@@
“Ouh iya aku inget, waktu itu kamu
cerita tapi aku rak rewes soale gek nesu-nesu (aku nggak perhatikan karena
sedang marah).” Wahyu sudah mengingat kembali setelah diceritakan oleh Raja.
“Koq kamu nggak terima kasih sama aku,hem” Wahyu memalingkan wajahnya pura-pura
ngambek.
“Makasih Wahyu sahabat ku…….” Raja
membukukan badanya seperti orang Jepang dalam member ucapan teri kasih.
Wahyu membalasnya dengan senyuman
kegirangan.
“Begitulah jodoh, datangnya bisa
tiba-tiba tanpa kita sadari dan itu suatu berkah.” Mata Raja menerawang
menembus jalan raya gelap. Bibirnya tersenyum bahagia.
Raja baru menyadari bahwa jodoh tidak
selamanya Tuhan yang mengatur tetapi kita juga bisa mengaturnya atau di atur oleh orang lain. Kita bisa mengatur
sendiri karena sudah mentargetnya calon pilihan kita. Contohnya Raja sejak
pertama dudu di warung bubur itu sudah curi-curi pandang ke Kumala ditambah ada
adegan dramatis tersebut itulah campur tangan Tuhan gimana tergantung Raja
melanjutkannya. Pernah Raja di jodoh-jodohkan oleh orang tuanya, tetapi
semuanya tidak ada yang nyantol itu salah satu bagian jadi jodoh diatur oleh
orang lain.
“Koq kalian bisa awet?” Wahyu jadi
penasaran kisah cinta antara Raja dengan Kumala.
“Kata siapa awet? Kita juga pernah putus
juga.”
“Lah kapan dan kenapa?”
“Ich sekarang kamu jadi wartawan
infotaiment ya? hahahaha” Raja malah becandain Wahyu karena sudah mulai
menelisik cerita cintanya.
“Naluri wartawan kayak gitu kali, suka
kepo.” Wahyu menejelaskan alibinya dengan sedikit sewot. Dia memang seorang
wartawan di koran local Solo.
“Pengen tau banget atau pengen tau
ajah?” Raja semakin menjadi meledek Wahyu.
“pengenn tau aja.” Wahyu semaki kesal
tetapi gimana lagi udah kadung penasaran sama cerita Raja.
Raja jadi semakin jail, dia tidak
langsung menjawabnya. Raja jadi sibuk sendiri mencari sinyal radio yang
suaranya bening dan tentunya bisa dinikmati untuk perjalanan malam. Berhubung
yang dicarinya tidak ada yang pas akhirnya Raja menyetel MP3. Wahyu jadi
semakin sebal dengan sikap Raja yang iseng itu. Wahyu pura-pura ambil posisi
tidur dengan cara itu pasti Raja akan segera bercerita. Raja memang butuh teman
ngobrol agar tidak mengantuk waktu menyetir.
“Iya aku cerita,” Raja menyerah juga,
karena nggak mau nyetir sedirian. “Kita putus waktu udah dua tau jadian.” Hanya
itu yang bisa dikasih informasinya.
“Cuma gitu jawabnya, ya sudah aku mau
tidur.” Wahyu membalas keisengan Raja.
“Kan tadi katanya mau tau aja,” Raja
jadi mendebat omongan Wahyu.
“Ni orang lama-lama ngeselin juga ya,
tak cipok nih,” Wahyu semakin kesal dan mengambil ancang-ancang mau cium Raja
sebagai ancaman.
“Iya aku cerita,” Raja menyerah dari
pada nanti jadi homo setelah di cium Wahyu. “Belum lama sih kita putus.” Raja
mulai cerita tetapi tiba-tiba terpotong karena meminggirkan mobilnya.
“Kenapa kita berenti Ja?” Tanya Wahyu
heran.
Raja langsung turun dari mobilnya tanpa
menjawab pertanyaan dari Wahyu. Mobil Raja berhenti tepat didepan toko bunga
dearah Kota Pekalongan. Dari dalam mobil Wahyu melihat Raja membeli seikat
bunga wawar kuning dan beberapa bungkus potongan bungan mawar merah. Setelah membayar
belanjaannya Raja segera kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.
“Ok aku lanjutin ceritanya.” Raja
menyadari punya hutang cerita kepada Wahyu dan dari pada sepanjang perjalanan
Wahyu jadi ngambek jadi tambah boring perlajanan. “Taun lalu lah kayaknya aku sam dia putus
masalahnya karena orang tuanna ngga setuju.”
“What?” Wahyu terkaget dengan alasan
tersebut. “Kenapa ngga setuju? Kamu kurang apa coba? Ganteng iya, tajir juga,
pinter, sopan santun…..”
“Beda suku.” Raja memotong pembicaraan
Wahyu. “Karena kita beda suku, dia barat aku timur tau sendirilah.” Raja
mengulang kembali pernyataannya dan menjelaskan secara eksplisit Kumala berasa
dari suku apa dan dirininya dari suku apa.
“Masih ada orang kayak gitu jaman
sekarang?”
“Ya buktinya seperti itu. Tapi setelah
bokapnya ketemu aku dan kita banyak ngobrol, jalan bareng, nemenin dia main
catur akhirnya bapaknya luluh juga.”
Mata Raja semakin berbinar bahagia
ketika mengakhiri kalimatnya. Ada suatu pancaran harapan bahwa ingin
melanjutkan tahap setelah pacaran yaitu pernikahan. Itu salah satu ujian yang
wahyu harus hadapi masih ada banyak ujian yang sudah di lalui untuk meyakinkan
Kumala dan masih ada satu ujian yang harus dihadapinya untuk menuju tahap
pelaminan.
“Apa sih yang buat kamu yakin sama dia?”
Wahyu kembali mengintrogasi Raja.
“Apa ya……” Raja jadi bingung sendiri
karena dirinya tidak tahu secara spesifik bisa yakin sama Kumala. “Ouh ya, yang
jelas dia pintar dia bisa menyeimbangkan pikiran ku. Dia juga bisa meredam
emosiku.
“Aku juga bisa, kalau kamu lagi kesel
selalu aku yang bis nemenin kamu,” Wahyu tidak mau kalah dengan omongan Raja
yang sedang menjelaskan alasan yakin sama Kumala.
“Sayangnya aku bukan maho,hahahaha.”
Raja malah meledek Wahyu. “Ada satu lagi yang aku yakin. Lebaran tahun lalu
kita kesebuah panti asuhan, dia sangat menyukai anak-anak gimana dia
menggendong, membelai, menyuapi anak kecil. Aku jadi membayangkan pasti dia
akan baik membesarkan anak ku.” Ada sebuah senyum kebanggan yang muncul dari
wajah Raja.
Sepanjang perjalan berikutnya mereka
bercerita nostalgia tentang masa kecil. Raja dengan Wahyu sudah bersahabat
sejak lama tepatnya sejak TK. Dari TK sampai kuliah mereka satu tempat. Namun waktu
kuliah mereka hanya berbeda jurusan, sudah banyak cerita suka dan duka yang
mereka lalui terlebih soal cinta. Wahyulah orang pertama menjadi “tempat sampah”
Raja bila sedang gundah gulana.
Sejak lulus kuliah Wahyu pindah ke
Surabaya karena kerjaan jadi dia banyak melewatkan cerita hubungan antara Raja
dengan Kumala. Raja juga merasa tidak enak hati bila ada masalah dengan Kumala
cerita kepada Wahyu karena takut mengganggu kerjaan Wahyu. Baru saat perjalanan
inilah Wahyu secara detail kisah percintaan kawan karibnya. Entah kenapa Wahyu
bisa ambil cuti dan menuruti kemauan sahabatnnya menemani perjalanan panjang
ini, Wahyu merasa ada firasat lain.
Mobil yang mereka tumpangi sudah
melewati kota Brebes artinya sebentar lagi sampai Ceribon setelah melewat
perbatasan provinsi. Raja sudah semakin tidak sabar akan bertemu dengan pujaan
hatinya. Raja menambahkan kecepatan berfikir supaya cepat sampai tujuan. Sebenarnya
Wahyu juga sudah ingin cepat-cepat sampai.
“Ja, pelanin donk. Kamu mau nikah sama
Kumala kan?” Wahyu mengingatkan Raja mengedarai mobilnya dalam batas wajar.
“Kamu udah siap Ja?” Wahyu kembali
bertanya kesiapan Raja yang nanti akan dilakukan ketekika bertemu dengan
Kumala.
“Udah siap koq, semuanya sudah di beli. Aku
juga udah bilang ke keluarganya. Tadi keluarganya juga udah kasih kabar tempat
yang Kumala tinggali sekarang mengijinkan. Aku juga udah beli bunga walau tadi
sempat lupa.”
“Siap mental?”
“Udah.” Jawab Raja mantap.
Tepat pukul 23:30 Raja sampai di Kota
Ceribon lebih tepatnya disebuah rumah sakit milik pemerintah. Selama beberapa
bulan ini Kumala tinggal disalah satu kamar rumah sakit ini. Raja bergegas
ganti baju, dia akan mengenakan kaos berwarna kuning sebuah warna yang
dibencinya tetapi sangat disukai oleh Kumala. Demi Kumala, Raja iklas
memakainya. Ada beberapa kerabat Kumala yang menyambutnya mereka juga segera
bergegas menyiapkan sesuatu untuk Kumala.
Raja bersyukur mempunyai sahabat sebaik
Wahyu yang mau menemani perjalanan malam yang membosankan. Raja juga tidak
menyangka kerabat Kumala menyambutnya dengan hangat padahal dulu sempat
menentang hubungannya dengan Kumala. Raja bahagia mereka semua berkumpul untuk
hari ini, sekali lagi demi Kumala.
Raja segera bergegas ke paviliun yang
Kumala tempati. Ternyata didepan kamar sudah ada beberapa sahabat dekat Kumala
dan tentunya Raja mengenali karena pernah dikenalkan Kumala. Sebentar lagi akan
menjadi susuatu yang istimewa untuk Kumala.
@@@
Di dalam kamar yang sunyi Kumala
berbaring matanya tidak bisa tidur karena gelisah. Sudah 7 jam tidak ada kabar
dari Raja dan tidak seperti biasanya Raja tidak membalas SMS, BBM, Whatsapp.
Telponnya juga tidak diangkat padahal Kumala sudah mencobanya 20 kali tetapi
tidak diangkatnya. Ada perasaan marah, sedih dan khawatir bercampur
aduk dihati Kumala. Dikamarnya dia sendirian orang tuanya tidak bisa setiap
saat menemani.
Dilihatnya jam menunjukan tepat pukul 00:00
Kumala mencoba memejamkan mata untuk tidur. Lebih baik tidur dari pada memikirkan
Raja, bisa-bisa penyakitnya kambuh lagi. Seharusnya saat ini menjadi paling
istimewa tapi karena keadaan Kumala pasrah harus tetap tinggal di rumah sakit. Mungkin
takdir membawanya di ruangan ini.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Awalnya
Kumala mencoba mengabaikan dan menganggapnya sebagai halusinasi karena tidak
mungkin keluarganya datang di jam sekarang. Suster juga sudah memeriksa tadi
jam 9 dan itu jadwal terakhir untuk mencek konndisi badan. Meski Kumal sudah
tidak di infuse tetapi masih rutin untuk di cek perkembangan kesehatannya. Ketokan
pintu itu semakin kencang. Kumala menyadari ini bukan halusinasi.
“Buka aja, nggak di kunci koq,” teriak
Kumala memerintah ke orang dibalik pintu.
Begitu pintu di buka Kumala tercengang
kaget. Tangannya mencubit pipi memastikan kalau ini bukan mimpi. Kumala merasa
kesakitan sendiri, dan ini memang bukan mimpi. Dihadahapnnya ada Raja yang
memakai kaos kuning pemberian dari Kumala sedang membawa kue tart kecil yang
diatasnya ada lilin menyala. Di kedua sisi Raja ada ayah dan ibunya. Di belakang
tiga orang itu ada Manda sahabat dekatnya yang sekarang tinggal di Singapura,
dan ada beberapa teman dekat yang lain.
Nyanyian selamat ulang tahun menggema di
kamar Kumala tentunya cukup dengan suara yang berbisik-bisik agar tidak
mengganggu pasien yang lain. Air mata Kumala mulai menetes bahagia, yang dikira
sebagai ulang tahun terburuknya berubah menjadi ulang tahun istimewa.
Raja semakin mendekat, wajahnya
terpancar senang karena bisa bertemu kekasihnya. Sudah 4 bulan ini Raja tidak
bertemu dengan Kumala. Dengan gugup Kumala menyambar rambut palsu yang ada
disebelahnya dan langsung dipakai agar terlihat cantik. Kumala mengalami rontok
rambut akibat dari kemoterapi. Dia sakit kanker ovaraium.
Sekarang Raja sudah berhadapan langsung
dengan Kumala. “Ayo make wish lalu tiup.” Perintah Raja kepada Kumala.
“Kamu juga ya ikut make wish lalu tiup
bersama,” pinta Kumala.
Keduanya memejam kan mata selama tiga
detik lalu meniup lilin yang menyala. Setelah padam Raja mengecup kening
Kumala. Tangisan Kumala masih belum reda karena bahagia. Dengan satu tangan
Raja menggenggam tangan Kumala.
“Semoga kekasih ku cepat sehat agar bisa
berkarya lagi dan bisa menemani ku lagi dalam suka dan duka, selamat ulang
tahun.” Doa Raja agar Kumala biar sehat seperti sedia kala.
Tidak ketinggalan ayah dan ibu Kumala
juga memberikan ucapan ulang tahun kepada putrinya. Tampak haru ketika mereka
berpelukan saling menangisi, tentunya tangis kebahagiaan. Secara bergiliran
sahabat Kumala memberikan selamat. Wajah Kumala berubah menjadi terlihat segar
dan sehat seperti dulu, inilah energi cinta yang dipancarkan Raja untuk ke kekasihnya.
Satu persatu semua orang berpamitan
untuk pulang karena takut menggangu pasien yang lain. Sekarang tinggal Kumala
dan Raja yang ada di ruangan itu.
“Kamu kesini kapan dan naik apa?” Tanya
Kumala penasaran karena pacarya tiba-tiba datang tepat pukul 00.
“Barusan sampai tadi pulang kerja
langsung kesini. Aku naik mobil ditemenin Wahyu.”
“Boong ah….” Kumala tidak mempercayai
begitu saja.
“Beneran dech sumpah,” Raja mencoba
meyakinkan Kumala bahwa benar-benar melakukan itu.
“Iya dech percaya…..tapi kenapa kamu
melakukan ini sayang?” Rupanya Kumala masih penasara alasan Raja melakukan itu.
“Aku kagen kamu. Ingin ketemu kamu aja.”
Jawab Raja sekenenya dan menyembunyikan tujuan utama.
“Masa cuma gitu aja?” Kumala belum yakin
atas jawaban Raja. “Terserah dech yang penting sekarang aku seneng kamu ada
disini jadi aku bisa ngerayain ulang tahun bareng.
Raja menerima SMS dari Wahyu.
From Wahyu:
Ja, udah ready.
“Mala, jalan-jalan keluar yuk cari angin
segar.” Ajak Raja mulai menjalankan rencananya.
“Boleh,” Kumala langsg menyetujuinya
tanpa menaruh curiga.
Mereka berjalan menyusuri selasar yang
sepi. Hanya ada beberapa perawat yang lalu lalang dan satpam yang sedang
berpatroli. Kumala yang duduk di kursi roda di dorong menuju taman yang luas
letaknya di belakang deretan gedung rumah sakit. Bintang-bintang terlihat jelas
dari sini karena hanya sedikit polusi cahaya. Mereka berdiri dihamparan rumput
hijau yang luas. Menyaksikan bintang dan berharap ada bintang jatuh.
Sayup-sayup terdengar sebuah lagu A
Thousand Years dari Christina Perry. Semakin lama lagu tersebut semakin jelas.
Kumala melihat sahabat dan orang tuanya datang sambil membawa lentera. Kumala
juga baru menyadari ternyata berada di tengah-tengah lingkaran taburan mawar
merah.
Kumala mendongak ke atas melihat Raja
yang sedang tersenyum bahagia. Kumala sendiri masih bingung apa yang sedang
terjadi. Dia hanya bisa tercengang sambil mentupi mulutunya dengan tangan. Setelah
semua berkumpul dan berdiri di garis luar mawar Raja berpindah tempat berdiri
tepat satu meter dihadapan Kumala.
Wahyu memberikan setangkai mawar kuning
kepada Raja. Lagu A Thousand Years masih mengalun lembut ditaman tersebut. Menambah
kesan romantic dimalam syahdu ini.
“Kumala mungkin kamu bingung dengan ini
semua. Ini adalah kejutan di hari special mu.” Raja mulai berbicara sambil
mentap Kumala dengan serius. Kumala berusaha tenang mendengarkan kata-kata dari
Raja. “Saya yang bernama Raharja Santosa Projoningrat ingin mengajak Kumala
Cantika untuk ikut menulis lembaran kehidupan baru dengan tinta kebahagiaan
kita.”
Pecahlah tangis Kumala, begitu derasnya
sampai tergagap. Kumala ingin mengatakan sesuatu tetapi seperti tertahan begitu
saja yang ada suara isak tangisnya.
Raja kembali merangkai kata-katanya “Saya
memang tidak sempurna dan saya juga tau Kumala juga bukan yang sempurna. Tetapi
bila kita bersatu akan menjadi sempurna.” Raja memberikan seikat bunga mawar
kuning kepada Kumala. Kumala menerima pemberian bunga itu sambil menangis.
I have died every day
waiting for you
Darling don't be afraid
I'll love you for a
thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
Selesai sepenggal lirik lagu tersebut.
Raja berlutut dihadapann Kumala. Raja mengeluaran sebuah kotak dari saku
celananya lalu di bukalah kotak itu ternyata ada sebuah cincin. “Hhmmmm” Raja
menarik nafas untuk ancang-ancang, jantung berdetak samakinn keras. “Kumala mau
kah menikah dengan ku?”
Tangis Kumala semakin deras. Ada perasaan
haru yang menyelimuti Kumala dan siapa saja yang menyaksikan acara lamaran
tersebut. “Tapi aku sakit, Aku juga nggak bisa punya anak.” Kumala tidak
langsung menjawab pertanyaan Raja tetapi malah menjelaskan permasalahan lain.
“Aku tidak peduli itu Kumala, aku sangat
mencintai mu. Aku ingin kita hidup bersama. Kita bisa memperoleh kebahagiaan
lain tanpa anak. Kita juga bisa adopsi anak. Aku yakin sekarang waktu yang
tepat, belum tentu besok itu bisa” Kata-kata yang keluar dari mulut Raja begitu
tulus dan meyakinkan.
Raja menaruh cincin itu di rumput lalu
mengambil lentera yang di pegang Wahyu lalu kembali kehadapan Kumala. “Kumala
tolong pegang lentera ini,” Raja menyerahkan lenteranya kepada Kumala.
“Terbangkan lentera ini kalau kamu
setuju nikah sama aku. Tapi padamkan bila bila menolaknya.”
Raja sudah siap mental bila nanti di
tolak yang penting sudah berani menyatakannya. Kalaupun di tolaknya anggap
sedang sial dan bila di terima itu adalah keberuntungan. Kumala terpaku sambil
memegang lentera itu masih bingung antara dan percaya dan tidak dirinya sedang
dilamar oleh teman prianya yang empat tahun ini menjadi pacar. Tangisan itu
masih menetes deras mata Kumala melihat kegaman apa yang telah dilkukan oleh
Raja.
Alunan lagu A Thousand Years masih saja
mengalun. Tarikan nafas Kumala sambil melepas lentera itu terbang dan diikuti
oleh lentera ya yang lain juga diterbangkang. Kali ini Raja yang diberi kejutan
oleh Kumala. Dengan menengadah kelangit seraya bersyukur kepada Tuhan. Sejurus kemudian
Raja memungut cincin yang ada di rumput lalu dipakaikan cincin itu di jari
manis Kumala. Isak tangis Kumala dan beberapa orang khususnya yang cewek
meramaikan suasana haru tersebut. Setelah dipakai Raja memeluk erat Kumala. Ada
senyum kebahagiaan yang terpancar dari kedua belah pihak.
Prosesi lamaran telah usai. Semua tamu
juga sudah pulang, Kumala hanya ditemani oleh sang ibu. Jam sudah menunjukan
pukul 03:00, suasana kembali sunyi seperti tidak terjadi apa-apa. Kumala masih
tidak bisa tidur karena betapa bahagianya telah dilamar oleh orang yang tulus
menerima kekerangannya. Apalagi kumala sudah divonis tidak bisa punya anak.
Tanpa sadar Kumala tertidur tetapi hanya
sebentar karena dibangunkan ibunya. “Mala…bangung.”
“Hemm ada apa bu?” Kumala segera
tersadar.
Ibunya tidak langsung menjawab. Ada rona
kegelisahan membayangi wajahnya.
“Bu…..kenapa bu?” Kumala menanyakan
kembali kembali kepada ibunya.
“Hhhmm,” tampak ada keraguan dari ibu. Sebenarnya
ibunya tidak tega mengabarkan ini tetapi harus disampaikan, “Ada kecelakaan.
Raja meninggal seketika. Mobil yang di kendarai di tabarak truk. Sedangkan Wahyu
hanya luka ringan.”
Kumala langsung menangis histeris
meratapi kenyataan, pria yang baru saja melamar dirinya tewas. Dan esok itu
memang sudah tidak ada, adanya malam ini kebahagiaan abadi untuk Raja.
No comments:
Post a Comment