Hunting Artis
Tidak
ada mesin waktu pun tak masalah. Sekarang aku ingin membuat hidupku berharga
(Mask – Aqua Timez)
Aku
mau cerita tentang beberapa pengalaman ngejar-ngejar artis. Dulu aku sering
ngomentarin “ich nggak penting banget sih wartawan ngejar-ngejar artis gitu,
lagian itu artis gak populer amat”, dan
sekarang aku kena batunya. Mau nggak mau dan suka nggak suka aku pun ikutan
ngejar-ngejar artis hanya untuk satu atau dua halaman majalah.
Peratama kali aku ikutan jumpa pers nguber artis kaya
orang bego dan emang masih bego sih. Hari itu aku sama Bos dan Pepi lagi buka
lapak jualan majalah di sebuah sekolah, namanya juga masih merintis usaha jadi
gitu dech buka lapak.
Waktu lagi asik-asik makan bubur tiba-tiba Pepi
bilang, “Eh ada Moca jumpa pers acaranya SMA
Padmanaba, kamu yang berangat ya?”
“Aku sendirian?”
“Nggak. Ada Holy, dia temen ku nanti kamu sama Holy
aja. Aku kan mo jaga lapak,” Pepi
memberikan alesan sambil sok sibuk mendisplay majalah.
“Iya kamu sana yang berangkat sambil belajaran,”
Bos malah mendukung Pepi.
“Oke lah…..tapi ini habisin bubur dulu.” Aku melahap
kembali bubur ayam yang masih banyak dengan tergesa-gesa.
Begitu selesai makan langsung meluncurkan motor ke
SMA Padmanaba yang ada di tengah kota sedangan aku di SMA Tirtonirmolo yang
letaknya di pinggiran kota dan harus sampai dalam waktu 15 menit. Cara paling
cepat adalah dengan jalan pintas yang nggak ketemu dengan lampu lalu lintas
alhasil jadi dech mblasuk-mblasuk gang, untungnya udah biasa masuk ke
perkampungan hasil dari main umpet-umpetan waktu belum punya SIM.
Sampai juga di SMA Padmanaba. Koq masih sepi ya?
Jangan-jangan udah bubar dech, bisa brabe disemprot sama Bos tugas pertama JP (jumpa pers) gagal. Masuk dulu aja ah kali aja di dalem
tempatnya. Ku memasuki sebuah aula besar di dindingnya terpasang foto mantan
kepala sekolah dari yang bule-bule sampai yang menjabat sekarang. Sekolah ini
sudah berdiri sejak jaman penjajahan jadi gak heran juga ada foto bule
terpasang. Di aula tersebut ada kursi panjang dan di depannya ada meja serta
deretan kurusi yang disusuh rapi menghadap kursi panjang tersebut. Hanya ada
beberapa orang saja dideratan kursi. Salah satunya ada gadis cantik putih
sedikit semok.
Aku memilih duduk disampingnya.
“Kamu Entong ya?” Gadis tersebut bertanya pada ku
dengan ramah.
Heh! Koq bisa dia langsung kenal aku? Kenalan aja
belum. Wah jangan-jangan dia cenayang nih. GR juga sih gadis secantik ini bisa
langsung kenal aku, apa aku udah terkenal kali ya dikalangan jurnalis hiburan.
“Iya, aku Entong,” aku
menjawab dengan kebingungan. “Koq mbaknya bisa tau kalau nama ku Entong?”
“Tuh….” Mbak semok itu menunjuk ID Press yang
terkalungkan di leher.
Gubrag!! Padahal aku udah ke GR-an ternyata mbaknya
ini baca namaku di ID Press.
“Oh ya, nama ku Holy dari Harian Ngayogyakarta.”
Holy menjulurkan tangan sebagai tanda perkenalan dan persahabatan.
“Holy temennya Pepi ya?
Tadi kata Pepi, aku disuruh deket-deket sama kamu.
Nggak ada yang marah kan?” Aku pun ikut menjulurkan tangan untuk salaman, serta
bercada sedikit. “Udah bubar ya acaranya?”
“Belum mulai koq, temen-temen wartawan yang lain
juga belum pada dateng. Paling bentar lagi mereka dating,”
Holy menjelaksan dengan ramah.
Kayaknya asik nih buat di jadiin temen. Pesan dari
Bos banyaklah kenalan sama temen jurnalis yang lain biar gampang dapet
informasinya. Mumpung hari ini ada jumpa pers sekalian aja kenalan sama yang
lainnya. Benar apa kata Holy temen wartawan lebih suka dateng secara barengan.
Begitu datang, sambil menunggu acara JP mulai aku kenalan dengan mereka. Ada
Anggia, cewek dengan potongan cepak kaya cowok banget dech. Ada Mesti yang
tampil lebih feminnim tapi lebih feminim Holy karena lengkap dengan make up-nya
sedangkan Mesti polosan saja. Serta ada masih banyak yang lainnya yang tentunya
aku nggak langsung mengingat semuanya.
Ruangan besar ini yang tadinya kosong sekarang sudah
ramai oleh celotehan para wartawan. Acara jumpa pers segera dimulai, Mocca dan
Endang Soekamti sudah hadir duduk di kursi panjang tersebut. Acara jumpa pers
pertama diisi tentang acara pensi (pentas seni). Panitia menjelaskan tema
pensi, apa saja yang ada di pensi tersebut serta dan kenapa mengundang artis
papan atas. Aku mendengarkan secara seksama sekalian mencatatnya padahal di
press realis udah ada ngapain ya aku tulis lagi, ah nggak apalah biar keliat
sibuk
Setelah pidato dari panitia selesai dilanjutkan
dengan sesi ramah tamah dengan artisnya mengenai acara pensi. Beberapa wartawan
sibuk mengajukan pertanyaan sama artis, sedangkan aku hanya menyimak saja.
Acara tanya jawab dengan artis cuma sebentar lalu dilanjutkan dengan sesi foto.
Aku juga ngga ketinggalan ikut fotoin mereka, sekedar ikutan-ikutan aja
sih,hehehe.
Acara JP secara resmi selesai. Beberapa wartawan
masih mengerubuti Mocca dan Endang Soekamti. “Ngapain ya mereka? Kan acaranya
sudah selesai lagian tadi juga udah tanya jawab. Kan udah cukup jelas tentang
acaranya.” Itu yang ada di benak kepala ku. Mending pulang ke kantor aja dech.
Udah laper laper lagi dan udaranya panas banget. Ngadem di kantor kayaknya
enak.
Sampai di kantor.
“Gimana tadi JP lancar?” Pepi
langsung menyambutku, padahal aku juga
belum turun dari motor.
“Lancar sih nih aku udah dapet beritanya,”
jawab ku sambil masuk ke kantor.
“Terus tadi kamu tanya apa aja sama Mocca?” tanya
Pepi masih semangat.
“Nggak tanya. Kan udah jelas semua acara pensinya
dia mau ngapain aja di pensi tersebut. Ini juga ada press realistnya,”
aku menjelaskan dengan wajah innocent tak
berdosa nggak lupa aku kasih senyum manis kepada Pepi.
Aku juga mengeluarkan selembar kertas dan diberikan ke Pepi.
“What!!! Kamu nggak wawancara artisnya?” Pepi
mendadak menjadi murka. Aku bingung sendiri apa salahnya?. “Aduh Entong……selain
liput acaranya kamu juga wawancara dia setelah acara JP tentang gossip artis
tersebut. Yang dibutuhin tuh itu gossip artis tersebut bukan acaranya,”
Pepi menjelaskan sambil menahan
kegemesaannya atas kelalukan ku yang seakan tanpa dosa membuat kesalahan. Kayaknya
habis ini Pepi bakal ada adegan jedotin dirinya ke
tembok.
“Ya maap Pep aku kan nggak tau. Ini acara JP pertama
ku” tampangku semakin innocent saja untuk menghalau kemurkaan Peppy. “Tapi aku
udah kenalan koq sama Holly dan yang lainnya,” aku
segera menambahkan informasi yang sebenernya nggak ada hubungannya sama Mocca.”
“Ya sudahlah…….” Pepi
ngeloyor ke mejanya kembali dengan lesu dan tentunya masih dongkol.
Adegan berikutnya adalah aku dimarahin Bos,hehehehe.
Ku terima dengan iklas.
@@@
Berapa tahun ini Indonesia sedang dilanda wabah boy
and girl band. Banyak boy dan girl band bermunculan dan ngeksis di acara music
yang tayang setiap pagi di berbagai stasiun televisi. Salah satu pioner dari
boyband adalah SM*SH meskipun diawal kemunuculannya dicibir tetapi banyak juga
yang memujanya, termasuk para ABG Jogja. Setelah meluncurkan single ke dua yang
judulnya Senyum Semangat mereka mengadakan tour ke beberapa kota, Jogja
salah satu dari kota yang disinggahi.
Lagi asik-asiknya menikmati milk tea di Galeria Mall
sambil ngetik hasil liputan ada dering telpon yang mengganggu. Ku lihat dari mbak
Tari, ada apa nih? Tumben banget mbak
Tari telpon, jangan-jangan dia mau kasih uang saku buat bekal liputan piknik.
Atau ngajakin liputan iklan di restoran lumayan kan
dapet makan gratis. Dari pada mengharapkan yang nggak jelas mending langsunng
angkat telpon.
“Tong kamu lagi nggak sibuk kan? Cepetan ke gedung
serba guna yang ada di Kridosono.” Tanpa salam Mbak Tari langsung menyerocos.
“Nggak mbak. Emang ada apa di Kridosono?”
“Ada SM*SH, buruan kesini ya. Aku tunggu di depan
pintu. Klik.” Mbak Tari ngomong sambil teriak-teriak
mengalahkan suara bising yang disekitarnya dan langsunng mati begitu kata
perintahnya berakhir.
Aku segera bergergas menuju Kridosono yang deket
banget dari Galeria Mall. Nggak ada lima menit pun sudah sampai di Kridosono.
Uih rame sekali kerumunan SM*SH Blast (fans SM*SH) tentunya kebanyakan para
ABG. Rupanya acara ini disponsori oleh provider kartu handphone yang berplat
merah. Kulihat ada mbak Tari di depan pintu dikerumunin oleh
para ABG sepertinya dia di dampingi pria dari provider. Aku segera menghampiri mbak
Tari.
“Eh Tong, ini pak Majid menejer Merah area Yogya.”
Mbak Tari memperkenalkan ku kepada pria tambun berkacamata yang memakai kaos
merah.
“Entong.” aku
memperkenalkan diri sambil menyalami dia. Dia juga balik menyalami sebatas
formalitas tanpa menyebut namanya.
“Oh, ya kamu masuk dulu aja. Pepi
ada di back stage nungguin SM*SH kali aja bisa interview.
Aku segera masuk, uih rame banget nih satu gedung
isinya cuma fansnya SM*SH. Aku cari-cari
kali aja ada yang nyelip salah satu fans ku tapi koq nggak ada ya. Haish
menghayal tingkat dewa punya fans. Emangnya aku selebritis? Iya sih dulu waktu
masih SMA aku juga selebritis tingkat sekolah koq, haduw udah nggak nyambung
dech.
Show Time…….
Begitu SM*SH muncul dari balik pintu samping panggug
suara gemuruh keluar dari ratusan mulut ABG yang menyoraki kehadiran SM*SH. Ada
pula yang hanya bergeming menatap personal SM*SH, mungkin sangking takjubnya
jadi nggak ngerti harus ngapain. Aku juga melihat berberapa gadis nangis
tersedu tangannya sambil menyebut nama Bisma
salah satu personel dari SM*SH, yang lebih parah ada yang nangis histeris kaya
orang kesurupan kuntilanak lagi lahiran. Haduw ada-ada aja tingkah groupis. Nah
aku cuma cengok ngeliat kelakuan SM*SH Blast. Coba kalo yang ada di panggung
itu Julia Perez aku pasti langsung berada di deretan paling depan.
Singkat cerita show SM*SH telah berakhir, mereka
kembali ke habitatnya di belakang panggung. Para SM*SH Blast juga udah mulai
membubarkan diri. Aku juga ikutan berjalan menuju pintu keluar sambil menunggu
Pepi. Heran dech masih aja ada SM*SH Blast
yang sesenggukan menahan tangis, bagaikan seorang wanita telah di perkosa lalu
ditinggalkan pria hidung belang.
Ku lihat Pepi udah
ada di pintu keluar, sepertinya udah nggak tahan ingin ketemu aku.
“Buruan sini,” teriak
Peppy dari kejauhan.
Aku segera menyerosol antrian orang yang sedang
berhimpitan. Sepertinya Pepi sudah nggak
tahan nahan perut mules gara-gara ingin pup.
“SM*SH lagi ada meet and greet di Liquid café. Kamu
aja yang liputan, aku ada liputan yang lainnya. OK.”
Peppy memasukan kameranya ke tas
dengan tergesa.
Belum sempat aku menjawab Pepi
sudah buru-buru pergi. Aku pun segera meluncur Liquid Café yang ada di Jalan
Magelang.
Begitu sampai tuh café sudah rame banget dipenuhin
oleh para fansnya SM*SH. Nampaknya mereka nggak boleh masuk oleh para satpam
yang berdiri dengan sangar di depan pintu masuk. aku juga segera menyiapkan ID
Press, kamera yang dipinjamkan kantor dan note. Peralatan bertempur sudah siap
saatnya ke medan perang.
Dengan percaya diri aku berjalan menuju para satpam
tersebut untuk ijin masuk ke dalam.
“Maaf pak, saya Entong dari Skolah Magz. Mau
interview SM*SH,” aku
memperkenalkan diri sekalian minta ijin.masuk ke dalam.
“Nggak bisa mas!” Balas satpam itu jutek.
“Penting nih pak, aku mau cari berita,”
ku memohon dengan tampang memelas.
“Nggak bisa mas. SM*SHnya juga belum dateng. Tunggu
dulu aja diluar.” Perintah pak satpam.
“Tapi aku juga udah bilang sama “Merah” kataya bisa
langsung masuk,” aku
tetep keukeuh gimanapun caranya harus bisa masuk.
“”Merahnya” juga belum dateng mas, udah dech tunggu
aja.” Pak satpam itu mulai kesal dengan ngeyelanku.
Mau nggak mau aku menuruti perintah tuh satpam.
Jongkok disamping satpam jadi kalau ada apa-apa bisa langsung masuk sekalian
nguping perkembangan acara ini. Ku lihat dari balik kaca di dalam café sudah
rame orang. Pikirku ni satpam ngibul kali ya, tapi mending tunggu ajalah.
Udah
agak lama jongkok kayak orang ilang tapi nggak ada hasil. Rasanya ingin segera
pulang saja. Tapi kalau pulang nggak dapet hasil kena semprot Bos. Ini adalah
tugas kedua ngejar artis setelah gagal kemaren dengan Mocca. Jadi tugas ini
harus berhasil, gimana caranya harus bisa.
Sebuah minibus masuk ke halaman parkir aku segera
berdiri siap nyulik ke tujuh cowok ganteng itu dan ku bawa disebuah ruangan
gelap sekalian ku introgasi (halah mulai menghayal). Begitu pintu minibus
terbuka keluarlah personel SM*SH langsung dech para gadis-gadis yang dari tadi
menunggu kedatangannya berkerumun dan berusaha menggapai personel SM*SH. Ngeri
amat itu cewek-cewek nafsu amat sama SM*SH kaya mau diperkosanya. Dan mereka
terus membututi SM*SH sampai masuk kedalam café tapi sayang para penguntit ini
nggak bisa ikutan masuk karena hadangan satpam galak. Dari sebagia penguntit
tersebut menangis memohon untuk masuk.
Saatnya aku beraksi lagi.
“Pak itu SM*SHnya udah masuk berarti aku boleh donk
masuk?”
“Nggak bisa mas…..” Satpam itu menghalangi langkah
ku.
“Tapi tadi katanya kalau SM*SH udah dateng aku boleh
masuk. Lagian aku wartawan resmi pak bukan groupis.” Aku mulai sewot dan agak
nyolot.
“Tetep aja nggak bisa ini bukan acara jumpa pers.”
Pinter juga ni satpam berkilah.
Ku lihat Pak Majid sedang melintas didalam. Ambil
kesempatan emas
“Pak Majid!” Teriak ku memanggil nama beliau. Beliau
menengok ke arah ku dan membelokan badannya terus berjalan ke arah ku.
“Gini pak, aku Entong yang tadi sama mbak
Tari dari Skolah Magz. Bisa nggak interview sama SM*SH, tolong ya pak bisa.” Ku
menepuk kedua tangan ku sebagai tanda memohon.
“Hmmm.” Pak Majid ragu mungkin masih mengingat siapa
aku sebenarnya. “Oh ya inget, masuk aja.” Pak Majid mengijinkan aku masuk
kedalam.
Aku langsung ngeloyor masuk ke dalam. Dan meletkan
lidah ke kedua satpam yang menghalangi aku masuk.
Selanjutnya di dalam aku dapet makan gratis, bisa
foto-foto sama semua personel SM*SH dan yang lebih penting lagi bisa wawancara
SM*SH. BERHASIL!!!!!
Udah kenyang, dan udah selesai liputan waktunya
pulang. Saat melangkah keluar aku terhenyak dengan sebuah adegan drama mengharu
biru. Ada seorang gadis yang sedang nangis histeris dipinggir jendela kaca dan
bertirai menyebut salah satu personel SM*SH. Dibalik jendela personel SMSH
sedang menyantap makan malam. Seorang gadis lagi berusaha menenangkan temannya yang
menangis histeris. “What!!! Sebegitu ngefansnya kah? Koq bisa-bisanya nangisin
mereka? mereka aja nggak nangisin kamu”
@@@
Ada pengalaman yang nyebelin waktu hunting artis
sebenernya banyak yang ngetebetein tapi the most sebel jatuh pada satu artis ini
dia penyanyi cowok, pakai kaca mata dan kata orang sih imut tapi bagiu masih
gantengan aku jauh,hahahah. Ceritanya begini dia ngisi acara pensinya sebuah
universitas terkemuka. Acaranya mulai jam 8 tetapi aku harus datang jam 7 untuk
jaga-jaga, kali aja bisa interview ini namanya hunting kalau dapet ya bersujud
syukur kalau nggak dapet siap-siap meratapi nasib malam ini disemprot Bos yang
lagi asik nonton pensi di dalem gedung.
Aku datang ke panitia yang ada di meja tamu “Maaf
dek, saya dari majalah Skolah Magz. Aku mau wawancara artis “itu” bisa nggak?
Kalau nggak saya ketemu sama seksi acara aja dech”
Dengan senyum manisnya dia cuma mengucapkan,
“sebentar ya mas”. Dia berdiri dari tempat dudukanya dan mengambil HT entah apa
yang diucapkan aku tak bisa mendengarnya.
Tak lama muncul cewek imut dan tampangnya masih abg
sepertinya dia anak semester 2 lalu dia menghampiri ku. “Gini mas sebenernya
kita nggak ada jumpa pers. Aku juga nggak tau masnya bisa interview atau nggak
soalnya dia datangnya pas nanti mau nyanyi aja. Mas nunggu aja di belakang.”
Aku nurut aja sama dia, aku kebelakang cengok
sendirian di pintu back stage. Sekitar dua jam belum muncul dan belum ada kabar
juga. Pasrah aja dech pengen rasanya pulang tapi ada Bos juga dia lagi nonton
acaranya. Lagi duduk sendirian tiba-tiba ada kegaduhan dari dalam aku pikir
panggungnya runtuh apa ya. Sayup-sayup aku dengar di dalam ada yang
teriak-teriak “Dia mau datang siap-siap”. Aku juga langsung bersiap-siap nguber
artis nih.
Ada mobil Alphard datang beserta 2 mobil lainnya.
Seorang keluar dari mobil Alphard tersebut. Sejurus kemudian panitia yang ada
di back stage langsung pada keluar. Ada apalagi nih? Panggungnya rubuh beneran ya
tapi koq nggak ada penonton yang keluar. Dari bawah orang yang barusan keluar
dari mobil malah teriak-teriak, “itu yang di atas minggir kosongin jalan jangan
didepan pintu sama tangga. Minggir!!!” What!!! Apa-apaan ini kaya yang mau
dateng presiden aja. Setelah semua orang minggir barulah artis tersebut nongol
dari mobil dan dengan sok angkuh jalan langsung masuk ke dalam ruangan.
Weh….aku cuma bisa bengong ini artis atau buronan apa ya. Ok sekarang waktunya
dapetin berita dia. Aku cegat salah satu panitia, “dek bisa wawancarain dia
gak?”
“Aduh mas nggak tau ya, nanti saya bilang dulu yang
ngurusin acaranya.” Dia segera masuk kembali ke dalam. 5 menit ku tunggu dia
datang juga. “Sory mas nggak bisa dia nggak mau di wawancarai katanya untuk
njaga moodnya”
Sekali lagi aku shock, dia kan udah dewasa kayak
baby aja ngejagai mood terus kalau dia nggak mood dia batal nyanyi?? Kelakuan
artis emang ada-ada aja.
Pokoknya aku harus bertahan disini gimana caranya
aku ketemu sama dia. Kembali kepada akifitas sebelumnya jongkok nungguin
keajaiban. Lagi bengong gitu keluarlah pria metroseksual yang tadi
teriak-teriak ngusir orang. Pasti dia managernya tuh artis. Bismillah dech aku
beraniin untuk ngomong.
“Sory mas, mas managernya artis itu ya? nama ku
Entong dari majalah Skolah Magz. Bisa nggak aku wawancara dia?” tanya
ku agak memohon.
“Maaf mas, nggak bisa dech kalo wawancara dia lagi
capek banget,” jawab dia
dengan sopan, beda banget sama sikapnya yang tadi teriak-teriak kaya mau lairan.
“Kalau nggak bisa wawancara minta fotonya aja dech,
pliss mas!!” aku semakin memohon.
“Beneran ya cuma foto?” Dia masih agak ragu juga
sih.
“Beneran dech mas, pliss dua jepret aja dech”
“Ayo ikut aku, foto aja ya nggak pakai ngobrol atau
wawancara,” sekali
lagi pria itu memperingatkan.
Aku mengikutin dia dari belakang, dan akhirnya
bertemu juga dengan artis tersebut. Sebenernya dia ramah juga sih dia mau foto
degan senyum sok manisnya (bagi ku sih nggak ada tampang manisnya karena aku
nggak suka dia). Hunting hari ini
selesai.
@@@
Sebenernya acara ngejar artis ini punya tantangan
sendiri dan nggak kalah seru dengan liputan ngerjar brondong untuk testimonial.
Paling enak kalau ngejar artis bareng temen wartawan yang lain, aku tinggal
buntutin mereka dari belakang nggak perlu repot-repot memelas untuk wawancara
sama artis.
Misalnya nih kalau ada artis dateng ke sebuah acara
terus sebenernya mereka nggak ada acara untuk jumpa pers. Nah kalau wartawan
udah pada ngumpul dan sudah mencegat tuh artis mau nggak mau si artis jadi
jumpa pers dadakan. Intinya sih kita harus kompakan aja kalau lagi hunting
artis, satu sama lain saling bantu. Diantara kita ada leader yang bisa ngelobi
manager artis untuk ngadain jumpa pers dadakan. Tetapi nggak semua nondong
artis itu berhasil ada yang artisnya keukeuh nggak mau diwawancara malah main
kabur bisa dengan penyamaran dengan jadi atlit sprinter alias mereka lari
menerobos kerumunan wartawan dan langsung masuk ke mobil untuk menyelamatkan
diri. Kalau itu sih biasanya ngejarnya di kantor polisi sih sang artis lagi
kena masalah. Tapi kalau ngejarnya dibawah panggung sering berhasilnya.
Lebih enaknya lagi sih kalau ada acara jumpa pers
secara resmi. Kita para wartawan di undang ke tempat acara jumpa pers. Wartawan
sudah disediakan tempat tersendiri tentunya yang pas untuk meliput acara
tersebut tentunya tempat tersebut strategis untuk pengambilan gambar. Acara
kaya gini biasanya sebuah acara yang ada sponsornya. Wartawan nggak cuma bisa
liput acara sposor tersebut tetapi dapat tambahan makanan gratis udah gitu
makanannya enak pula, kadang dapat amplop juga loh (lumayan dapat
rejeki,hehehehe). Sponsor juga menyediakan waktu untuk wawancara artis yang
diundang, seringnya sih artis yang dipanggil ya brand ambasadornya. Ah yang
penting bagi wartawan dapet berita, syukur dapat amplop dan makan enak.
Tips untuk hunting artis
1. Gunakan
pakaian yang nyaman dan praktis. jangan sampai salah kostum. Nggak asik kan
acara gala dinner kita pakai pakian slengean, nah loh… Pastikan dulu acara
liputan tau jumpa persnya ada dimana dan jam berapa. Pakaian yang praktis untuk
kita leluasa bergerak, ribet juga kan kalau kita pakai dress padahal jumpa
persnya diacara konser yang diadakan dilapangan.
2. Time
managemenet. Kadang jumpa pers bisa terlalu terlambat atau malah kecepatan dari
waktu yang ditentukan, yang telat kaya gini biasanya jumpa pers dadakan
biasanya sebelum atau sesudah artis chek sound. Kalau yang tepat waktu jika ada
jumpa pers atau jumpa fans secara resmi yang pakai sponsor. Jadi siapkan mental
kalau nunggunya kelamaan sampai lumutan. Jumpa pers datang bisa kapan aja ada
yang mendadak ada juga yang sudah dijadwalkan jadi harus siap sedia kalau ada
jumpa pers.
3. Siapkan
pertanyaan. Inti dari jumpa pers adalah tanya jawab antara wartawan dengan
artis. Wajib banget buat list question jangan sampai udah berhadapan sama
artisnya nggak tau mau ngobrolin apa, apa lagi kalau hunting berita sendirian. Nah
sesuaikan pertanyaan dengan segmen pembaca media kamu. Percaya diri aja kalau
pertanyaan mu nyleneh dari pada temen wartawan yang lain yang pentingkan kamu
dapet berita sendiri sesuai dengan tema yang akan kita tulis. Kalau males nanya-nanya
rakam aja semuanya isi tanya jawab, kita tinggal ketik point yang penting yang
mau kita bahas ditulisan. Simple kan, tapi lebih baik tanya aja sih lebih afdol
hunting artisnya.
4. Siap
kan ruang diperut. Nah acara jumpa pers kaya gini yang ditunggu wartawan,
liputan sambil makan-makan enak. Acara jumpa pers kaya gini diadakan pas jam
makan dan biasanya bertempat di kafe. Nggak usah malu-malu untuk melahap habis
sampai licin dipiring.
Yah gitulah suka duka hunting selebritis untuk
sebuah berita. Padahal yang mau duitulis cuma satu halaman majalah atau bisa
juga seperempat halaman kolom koran (bagi media koran harian) tapi banyak
perjuangan yang perlu dilewati. Nasib-nasib jadi wartawan, yang penting bisa
dinikmati ya nggak?
No comments:
Post a Comment