“Haiiii” Teriakan teman ku melenyapkan bayangan dia
dihadapan ku. “Ngapain sob di sini ngelamun?” Tanya teman ku.
“Nggak ngapa-ngapain Cuma inget dulu waktu kelas 10. “ Jawab
ku jujur.
“Ouh, eh kembar siam mu mana koq nggak kelihatan?” Tanya
teman ku, yang di maksud kembar siam ku adalah dia.
“Nggak tau, aku baru aja datang n langsung duduk di sini.
Kenapa?” Aku menjelaskan, sekaligus bertanya kenapa teman ku menanyakan dia.
“Aku mau kembaliin bukunya dia. Hari ini terakhir dia disini
kan? Besok dia sudah berangkat Jakarta dan langsung ke KL.” Ucap dia sambil
mengambil ancang-ancang akan meninggalkan tempatnya berdiri. “Ya udah deh kalo
gitu, aku duluan ya. Gud luck for you future.”
Apah hari ini terakhir dia disini? Aku telah melupakan
sesuatu yang penting ini. Sebenernya aku tau dia akan belajar di luar Indonesia
tetapi nggak tau kalau hari ini keberangkatannya. Ah…semakin buat ku kacau
lagi. Aku harus temukan dia hari ini. Pasti dia akan datang ke sekolah.
Aku segera beranjak dari tempat duduk dan berjalan menyusuri
selasar sekolah. Seperti halnya setahun lalu diselasar ini aku terhenyak dan
sakit hati ini. Saat itu sudah kelas 11, aku dan dia terpisah kelas. Aku masih
sedih karena tidak bersamanya lagi. Dan hari itu luka ku semakin meradang.
Aku sedang berjalan diselasar menuju koperasi siswa.
Tiba-tiba ada yang merangkul meskipun aku tidak menengok melihat wajahnya
tetapi aku mengenalinya dari bau parfum yang tercium di hidungku. Dia yang yang
merangkul ku.
“Mau kemana sob?” Tanya dia. “Hari ini aku senang banget.”
Wajah dia terlihat senang dengan senyum mengembang lebar.
“Emang ada apa?” Kata ku antusias karena melihat dia begitu
senang.
“Aku sudah jadian, sama teman sekelas mu.” Dia member
jawaban.
Seketika itu juga aku menghentikan jalan dan hati ini
seperti dicambuk rantai. Rasanya ingin menampar dia. Harapan yang kemarin aku
bangun hancur lebur. Ternyata bukan aku tetapi “dia” pilihannya.
Sejak saat itu bukan dia yang berubah tetapi aku sendiri
yang berubah karena terluka perasaan ini. Dia memang sering sekali datang ke
kelas tentunya bukan aku lagi dia temui melainkan pacarnya yang sekelas dengan
ku. Kadang dia juga menemui ku namun dalam benak ku ada tembok yang
membatasinya obrolan kita tidak serenyah dulu, mungkin ini salah ku yang
menjawab pertanyaan dia dengan singkat dan tanpa senyuman. Ini adalah sebuah
salah paham.
Satu tahun hubungan ku dengan dia dingin.
No comments:
Post a Comment