Sunday 26 May 2013

Cerbung : Dia (Sakit Hati) Part 2


“Haiiii” Teriakan teman ku melenyapkan bayangan dia dihadapan ku. “Ngapain sob di sini ngelamun?” Tanya teman ku.
“Nggak ngapa-ngapain Cuma inget dulu waktu kelas 10. “ Jawab ku jujur.
“Ouh, eh kembar siam mu mana koq nggak kelihatan?” Tanya teman ku, yang di maksud kembar siam ku adalah dia.
“Nggak tau, aku baru aja datang n langsung duduk di sini. Kenapa?” Aku menjelaskan, sekaligus bertanya kenapa teman ku menanyakan dia.

“Aku mau kembaliin bukunya dia. Hari ini terakhir dia disini kan? Besok dia sudah berangkat Jakarta dan langsung ke KL.” Ucap dia sambil mengambil ancang-ancang akan meninggalkan tempatnya berdiri. “Ya udah deh kalo gitu, aku duluan ya. Gud luck for you future.”

Apah hari ini terakhir dia disini? Aku telah melupakan sesuatu yang penting ini. Sebenernya aku tau dia akan belajar di luar Indonesia tetapi nggak tau kalau hari ini keberangkatannya. Ah…semakin buat ku kacau lagi. Aku harus temukan dia hari ini. Pasti dia akan datang ke sekolah.
Aku segera beranjak dari tempat duduk dan berjalan menyusuri selasar sekolah. Seperti halnya setahun lalu diselasar ini aku terhenyak dan sakit hati ini. Saat itu sudah kelas 11, aku dan dia terpisah kelas. Aku masih sedih karena tidak bersamanya lagi. Dan hari itu luka ku semakin meradang.

Aku sedang berjalan diselasar menuju koperasi siswa. Tiba-tiba ada yang merangkul meskipun aku tidak menengok melihat wajahnya tetapi aku mengenalinya dari bau parfum yang tercium di hidungku. Dia yang yang merangkul ku.

“Mau kemana sob?” Tanya dia. “Hari ini aku senang banget.” Wajah dia terlihat senang dengan senyum mengembang lebar.
“Emang ada apa?” Kata ku antusias karena melihat dia begitu senang.
“Aku sudah jadian, sama teman sekelas mu.” Dia member jawaban.

Seketika itu juga aku menghentikan jalan dan hati ini seperti dicambuk rantai. Rasanya ingin menampar dia. Harapan yang kemarin aku bangun hancur lebur. Ternyata bukan aku tetapi “dia” pilihannya.
Sejak saat itu bukan dia yang berubah tetapi aku sendiri yang berubah karena terluka perasaan ini. Dia memang sering sekali datang ke kelas tentunya bukan aku lagi dia temui melainkan pacarnya yang sekelas dengan ku. Kadang dia juga menemui ku namun dalam benak ku ada tembok yang membatasinya obrolan kita tidak serenyah dulu, mungkin ini salah ku yang menjawab pertanyaan dia dengan singkat dan tanpa senyuman. Ini adalah sebuah salah paham.
Satu tahun hubungan ku dengan dia dingin.

No comments: