Gue masih terkejut
dengan kejadian kemarin. Bani sebenarnya naif atau pura-pura polos? Apa mungkin
dia sedang mancing gue kali ya? Tapi menurut gue sih Bani emang gay dech. Dia
ada ketertarikan sama cowok, buktinya dia mau diajak bermesraan. Tinggal disentil
sedikit, ceng deh... bisa buat ML. Sial!! Pikiran gue mulai kotor. Bani oh Bani
kenapa membuat fikiran ku jadi kacau.
Setelah kemarin ngobrol-ngobrol sama Bani gue
jadi sedikit lebih mengenal Bani. Dibalik perangainya yang kasar ternyata ada
kelembutan dibaliknya. Dia tau betul gimana cara memperlakukan orang yang
disayang. Gue iri sama cemcemannya Bani. Gue masih punya kesempatan nggak ya?
“Doorr!!!” Tepukkan
tangan menyentuh pundak gue denga keras, dari arah belakang ada yang ngaggetin
gue.
“Banci lu bancii!!!
Pekik gue latah karena kaget. Gue tengok ke belakang, ternyata Papang yang
ngaggetin gue.
“Parahhh nih anak
ternyata latah,hahahha.” Papang tergelak puas ngetawain gue. “Ngelamunin mau
jadi banci?”
“Apaan sih!!” gue mendengus kesal. Tapi untung aja gue
nggak nyebut Bani, bisa brabe donk kalau Papang tau gue mau pepetin Bani.
Papang duduk di
sebelah gue. Senyumnya masih menghiasi di wajahnya setelah puas menertawakan
gue. Tumben banget dia nyamperin gue. Biasanya dia nempel terus sama Dara. Saat
ini gue lagi duduk di depan kelas sendirian.
“Eh tumben nyamperin
gue?”
“Iya. Tadi aku liat
kamu sendirian, jadi aku samperin,” jawab Papang, sebenarnya itu bukan jawaban
juga karena ngambang. “Lagi ngelamunin apa sih? Kayaknya seru banget.”
“Lagi ngelamunin
kamu.” Gue menengok ke arah Papang sambil senyum dimanis-manisin. “Kepo
dech....” Gue balik lagi dengan intonasi judes.
“Ya udah dech, aku
pergi lagi...” Papang sudah siap bangkit lagi. Gue segera menariknya lagi. Dia
akhirnya duduk lagi. Mungkin yang tadi hanya gertakan saja.
Papang emang manis
juga, nggak kalah dari Bani. Kalau Bani kelihatan bengal sedangan Papang lebih
manis dan pintar. Meskipun tanpa Dara kita tetap akrab ngobrol lewat celotehan
komentar di Facebook atau cuittan di Twitter. Gue belum mengindikasikan kalau
Papang gay lewat sosial media karena kebanyakan di friendlistnya cewek. Dia juga sering bikin status galau
pengaharapan cinta dari seseorang. Gue nggak tahu ditunjukan untuk cewek atau
cowok.
“Gue lagi bingung Ar,”
Papang memulai sesi curhat. “Gue suka sama orang yang baru gue kenal tapi.....”
Papapang menghentikan ucapannya yang masih tergantung karena sulit unuk mencari
kata yang pas untuk mengakhiri.
Tapi ada banyak
kemungkinan untuk melengkapi. Bisa aja tapi dia terlalu cantik, dia beda agama.
Gue sendiri ngarepnya tapi dia cowok, jadi gue ada kesempatan untuk memepetin.
“Tapi apa?” gue tanya dengan tenang layaknya psikolog.
“Tapi apa ya?” Papang
menggaruk rambut yang sebenarnya nggak gatal. “Nggak ada tapinya sih.” Lanjut
Papang menggantung. Gue yakin ada
tapinya karena diakhir kalimat ada kata siihhhh.
“Ya udah kamu langsung
pdkt aja,” saran gue standar banget karena gue juga nggak tau harus ngapain
juga. dia aja ceritanya setengah-setengah.
“Aku taku kalau aku nggak
menarik di mata dia. Aku sama dia itu beda jauh banget. Dia orang yang gaul,
sedangkan aku cupu kayak gini.” Omongan Papang cepat banget dalam satu tarikan
nafas. Dia mencoba mengeluarkan isi hatinya.
“Nggak ada salahnya
juga kan kamu deketin dia dulu. Nggak semua orang gaul harus pacaran atau
temenan sesama yang gaul juga,” gue balas dengan bijak, sok psikolog. Nggak
ketinggalan gue pegang tangan dia untuk menumbuhkan keyakinan. Padahal gue lagi
cari kesempatan ngelus tangannya yang sedikit kasar.
“Kalau gitu makasih
ya......” Kali ini Papang yang gantian meremas tangan gue. Tapi yang gue
rasakan dia meremas-remas hati gue.
“Gue kenal nggak sih?”
gue emang penasaran. Orang baru dan gaul, berartikan gue banget donk. Siapa tau
emang ditunjukkan untuk gue. Papang membalas dengan senyuman. Gue menembak
pasti gue kenal gebetan Papang. Apakah temen gue juga nggak ya? “Dia cewek atau
cowok?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulu.
Dahi Papang mengernyit
mendengar pertanyaan dari gue. “Maksudnya cowok?”
“Ya maap,” balas gue
cepat, nggak enak hati aja nyeplos gitu aja. Mungkin di sini belum kelihatan
biasa aja kali cowok pacaran sama cowok. “Kan udah biasa tuh cowok sama cowok
malah pacaran,” lanjut gue untuk memancing.
Papang malah balas
dengan senyum lalu langsung ngeloyor pergi tanpa pamitan. Ah sial!! Dia
ninggalin gue dengan membebankan rasa penasaran. Gue mulai menganalisa sendiri.
Jika dia cuma senyum aja berarti dia emang naksir cowok. Biasanya cowok normal
langsung protes ketika ada pertanyaan “suka cewek atau cowok?”. Sudah ada dua cowok yang
terindikasikan gay.
Intinya sekarang gue
tau, Bani udah positif suka cowok sedangkan Papang masih absud masih perlu
dipastikan. Nggak ada salahnya untuk deketin mereka kan? Jika pun mereka
deketin gue, nggak perlu gue tolak. Rejeki itu pamali kalau ditolak, nanti
malah dijauhkan.
@@@
“Arya..... Arya.....”
Dari belakang terdengar suara orang lari dan ada yang menyebut nama gue. Secara
reflek gue nengok. Ternyata Bani yang manggil gue. Dia terlihat terburu-buru
menghampir gue.
Gue mematung menunggu
Bani. Gimana gak mematung, gue terkesemia sama badan dia yang bagus tanpa balutan
baju. Sepertinya dia baru kelar main basket, tuh buktinya keringat mash
bercucuran dari kening, badannya pun basah mengkilat. Gue harus tenang, jangan
sampai kelihatan kalau gue lagi girang ngeliat body sebagus ini. Tapi gue nggak tahan pengen dech ngelap keringet
dia atau langsung peluk dia. Hhuuaaaa!!!!
“Ada apa Ban?” tanya
gue dengan tenang. Tapi jantung gue berdegub dengan kencang.
“Nggak ada apa-apa.
Aku cuma mau.......” omongan Ban ngambang. Sepertinya dia ragu untuk
melanjutkan omongannya.
“Apa sih?” tanya gue
penasaran nggak sabar apa yang akan diomongin Bani selanjutnya. “Kalu nggak ada
apa-apa gue mau pulang.” Ancam gue sambil siap-siap mau pergi.
“Eh jangan pergi
dulu.” Tangan Ban mencekal tangan gue. “Elu kan pinter ngarang.” Perkataan Ban
kembali terputus.
Gue nggak ngerti
maksudnya pinter ngarang. Apakah dia tahu kalau gue emang pinter “ngarang”
cerita alias suka ngibulin? Absurd banget dech. Celaka juga kalau dia tau gue
emang suka ngarang cerita buat dapetin cowok yang gue suka. Gue malah jadi
khawatir Bani menjauh dari gue atau dia malah mau ninju gue.
“Aku mau minta
diajarin ngarang untuk pelajaran Bahasa Indonesia,” lanjut dia dengan satu
tarikan nafas.
Gue bernafas lega,
ternyata maksudnya itu. “Ohh... Kapan dan dimana?” tanya gue to the point. Gue gugup saking
senengnya.
“Kamu mau tunggu
sebentar?” tanya Bani. Gue Cuma balas mengangguk. “Gue mau ambil baju terus
langsung ke rumahku. Nanti aku antar kamu pulang ke rumah.” Tanpa ada
persetujuan dari gue, Bani langsung ngacir ke lapangan basket.
Sekarang gue udah ada
di kamar Bani. Gue nggak ngira kalau kamarnya bisa serapih ini. Buku pelajaran
tertumpuk teratur, selimut terlipat, nggak ada kertas yang berserakan Padahal
tampilan Bani sering acak-acakkan, baju dimasukin waktu pelajaran aja, rambutnya
nggak pernah sisiran, kadang kancingnya kebuka satu.
Tiba-tiba Bani masuk
ke kamar tanpa permisi, membuat aku kaget. Ya iyalah masuk ke kamarnya sendiri
koq pakai permisi. Yang buat gue kaget adalah dia nggak pakai baju, dia cuma
pakai bokser aja. Handuk masih membelit leher, rambutnya juga masih basah.
Semoga saja dia langsung pakai baju.
Bani langsung duduk di
hadapan gue. Satu tangannya terangkat mengibaskan rambutnya yang basah.
Sialan!!! Bulu keteknya bikin mupeng aja. “Jadi gini Ar, aku dapat tugas
ngarang. Tapi aku bingung mau cerita apa.” Bani langsung memulai membahas tugas
mengarangnya.
“Iya buat aja yang apa
yang sedang kamu pikirkan,” jawab gugup. Gimana nggak gugup di depan gue ada
suguhan pemandangan indah gitu.
“Hhhmmmmm,” dia
bergumam sambil memikirkan sesusatu. Kemudian dia merubah posisinya.
Sekarang Bani tidur
terlentang. Kedua telapak tangan jadi bantal kepalanya. Posisi itu membuat aku
semakin nggak tahan. Sudah puluhan kali aku menelan ludah mencoba mengendalikan
birahi. Apalagi dengan posisi sekarang semakin terbuka saja bulu-bulu ketek
halus itu berayun tertiup kipas angin.
Gue udah nggak tahan,
gue nyerah. “Gue pulang dulu ya.” Gue lekas beranjak.
“Eh bentar donk....,”
protes Bani. Dia langsung bangkit juga dan menarik ku.”Belum aja mulai koq udah
pulang,” ujar Bani cuek.
Gue bergeming. Apa
pula maksud belum mulai? Emang mau ngapain? Apa ini bukan sekedar bikin cerpen
biasa. Atau ini adalah penjebakan. Akan ada hal lain yang akan terjadi. Gue
harap sih ada acara pemerkosaan.hahahaha.
“Gue ada ide!!” pekik
dia. Gue tahu dia sedang mencegah gue pulang.
Gue terpaksa duduk
lagi. Menunggu dia cerita. “Kamu pakai baju dulu dech,” kata gue bersikap
tenang.
“Kamu lagi nggak masa
subur kan?” tanya Bani menggoda, senyum juga jahil banget.
Buset....dia
ngomongnya gitu. jangan-jangan dia malah yang tahu duluan kalau aku yang gay.
“Nggak!” jawab ku dengan intonasi agak tinggi dan gelagapan. Sial!! Bani malah
meremas dadanya. “Ya udah dech aku pulang,” aku mengancam lagi.
Bani segera
menghentikan aktifitas menggoda. “Iya dech maap.”
“Terus kamu punya ide
apa?” tanya gue dengan ketus.
“Gue ada cerita. Kalau
seseorang yang baru kenalan tapi udah ada rasa suka,” balas Bani dengan cepat
karena dia tahu gue sudah agak kesal.
Gue serasa de javu.
Gue antara ingat dan lupa, tetapi gue pernah dengar seperti ini. Kejadiannya
belum lama. Gue bergeming sembari mengingat lagi kejadian berapa waktu lalu
tetapi masih hari ini. Cerita ini pernah dikatakan seseorang tapi gue lupa
siapa yang ngomong.
Ada tangan yang sedang
berayun-ayun di hadapan gue. “Arya.... Ar..” ternyata Bani yang memanggil gue.
“Kamu denger nggak sih apa yang aku ceritain? Kamu malah ngelamun.”
“Eh sory,” tukas gue cepat. “Gue dengerin
elo koq,” kilah gue pura-pura perhatian sambil menatap matanya.
“Jadi elo bisa bantu
aku?” tanya Bani. “Inti ceritanya si A itu kenalan sama si B karena ada masalah
jadi suka B. Tetapi B nggak sadar kalau A suka dia,” celoteh Bani lagi untuk
menyimpulkan cerita yang tadi gue nggak dengerin.
Gue baru inget. Cerita
ini sama dengan Papang. Apa ini Cuma kebetulan atau keduanya sedang ngerjain
gue? Kalau ngerjain gue, buat apa? Kalaupun kebetulan kenapa mereka cerita sama
gue? Apa mungkin mereka suka sama gue tetapi dengan cara tersembunyi untuk
mengungkapkannya. Gue harus gimana lagi??
Bersambung
Telah terbit buku tema Gay dengan judul #KAMUFLASE. Penjualan melalui On Line, pemesanan bisa KLIK SINI. TEMUKAN IDENTITAS MU DENGAN KAMUFLASE
No comments:
Post a Comment