Friday 4 April 2014

Belajar Kehidupan Remaja lewat Sinetron

Udah lama nggak ngeblog ngomentarin sesuatu. Baru kemaren-kemaren sempat nonton serial Hormones yang lagi ngehits di Indonesia coz di puter di Kompas Tv. Tetapi aku malah nontonnya di Youtube dengan subtitle english, jadi nontonnya perlu sedikit mikir, untungnya lagi bahasa Inggrisnya masih muda dicerna.

Serial Hormones ini buatan Thailand, yang bercerita tentang kehidupan anak SMA. Sinetron ini hanya 13 episode namun  dari singkatnya durasi itu buanyak buanget pelajaran yang kita dapet. Tentunya para remaja bisa mengambil nilai positifnya. Nggak cuma dari para remaja tapi para produser, sutradara, pembuat sinetron remaja di Indonesia.

Di seluruh dunia masalah remaja hampir sama, nggak jauh-jauh dari sex bebas, drugs, tawuran, menjadi populer sekolah, krisis identitas, persaingan prestasi, bully dan lain-lain. Dalam sinetron Hormones ini sebagian permasalahan remaja di munculkan. Tetapi yang menjadi beda adalah penyajiannya, setting tempatnya nggak di sekolah mulu dari awal sampai akhir, itu salah satu point yang bikin gak bosenin dari pemilihan tempat.

Tokohnya ada sembilan anak dan mereka punya masalah sendiri-sendiri. yang jadi menarik adalah penyajiannya adalah nggak hanya pada permasalahan itu, misalkan tokoh Phai dia suka berkelahi, nggak cuma ada adegan dia berantem aja tapi ada seperti cerita latar belakangnya dari awal permasalahan kenapa dia tawuran, teman pergaulannya gimana dan lingkungan dari keluarganya. jadi satu masalah ada 3 latar belakang.

Lalu ada Kwong, di siswi populer dan perfect dimata teman dan para guru. Namun gimana pun juga Kwong tetaplah remaja biasa, sekalinya nyontek ketahuan satu sekolah heboh dan gosip tentang keluarganya menyebar. Kita diajaran jangan melihat dari satu sisi saja. Pasti ada alasan kenapa dia berbuat seperti itu, dan tentunya jangan suka bergosip tanpa ada fakta. Tentunya kita juga harus memikirkan tentang sebab dan akibat.

Hal lain lagi adalah cerita Phoo dan Thee, mereka adalah dua cowok bersahabat. Tapi persahabatan mereka berubah menjadi cinta. Titik point di sini adalah, bukan dari cerita asmara mereka. Akan tetapi dari sisi orang tua Phoo lebih tepat nyokapnya sih. Si nyokap bisa mendengarkan keluh kesaah Phoo yang sedang bingung dengan identitasnya, dia tidak serta merta menghujat atau menghakimi. Inilah yang harus di contoh orang tua Indonesia, jika anaknya ada masalah harus bisa jadi pendengar bukan jadi "hakim".

Kehidupan remaja nggak pastinya ada persahabatan. Persahabatan itu dengan tulus dan apa adanya. disini ada cerita dari Thoei, ternyata sahabat-sahabatnya menikam dari belakang. Di depan mereka tampak baik tetapi di belakang malah jahat. Kita bisa ambil hikmah adalah, kita harus pintar mencari sahabat yang nyaman dan tepat untuk kita. Masalah lainnya adalah Win, Mhog, dan Tar mereka bersahabat akrab, suatu ketika Tar dan Win bertengakar karena salah paham. Jadi sorotan disini adalah, jika ada masalah dengan sahabat jangan lari permasalahan tetapi hadapi dengan saling bicara dari hati ke hati. lari nggak akan selesai masalah itu. Tentunya sesama sahabat harus saling terbuka. hebatnya disini adalah peran Mhog dia bisa menjadi penengah, tidak memihak Win atau Tar, Jadi kalau ada sahabat yang berantem sebaiknya kita bisa mendamaikan ataupun bila tidak bisa merukunkan tidak memihak kepada siapa pun.

Sex. Remaja sekarang sudah semakin terbuka dengan sex. Masa remaja memang sedang birahi-birahinya yang tanpa kontrol. Dimana ada kesempatan pasti bisa melakukannya. Dalam sinetron ini tokohnya adalah Dow, dia melakukan ML tanpa pikir panjang dan tak pakai kondom. Dia baru kebingungan ketika terlambat mens sedangkan cowoknya entah kemana. Jadi jika mau ML harus safe sex dan harus mengenal betul siapa pasangan kita dimana rumah, siapa saja keluarganya, kalau bisa sih jangan sebelum merit. Dow ini punya nyokap yang protektif, tetapi tetap saja kecolongan. Nah itulah hebatnya remaja bisa memanfaatkan situasi. Buat orang tua protektif dan pengawasan itu penting. Tetapi kadang ada celahnya juga.

Yang aku suka dari Hormones ini adalah nggak ada penggambaran tokoh antagonis dan protagonis yang kuat. coz peran antagonis hanya ada di beberapa scince saja. penggambaran jahatnya juga tak sebrutal yang ada di sinetron Indonesia. disini bisa saja satu sekolah jadi peran antagonis, ketika mereka melakukan bully cyber atau menggosipkan salah satu tokoh utama.

Bandingkan dengan sinetron Indonesia.

Bukan mau menghujat atau menyalahkan tetapi pada kenyataannya adalah sinetron remaja Indonesia belum bisa menggambarkan realita remaja Indonesia sesungguhnya, dan terkesan ceritanya basi banget. Lihat saja pada pemeranan tokoh jelas banget antara tokoh antagonis dan protagonis, yang antagonis itu jahatnnya nggak ketulungan dan protagonis itu memelasnya termehek mehek.

Dari situ bisa kita lihat, sepanjangan durasi 60 menit, kita bisa melihat seberapa sering adegan bully yang dilakukan oleh si antagonis itu? dan ada beberapa cara untuk membully. Jadi intinya adalah sinetron kita adalah menitik beratkan pada adegan membully dan adegan dramatis ketika cowok menolong cewek yang sedang di bully. coz rata-rata pelaku bully di sinetron Indonesia ini adalah cewek. Jd bisa disimpulkan remaja Indonesia bisa jadi membully karena mencontoh dari sinetron.

Dari segi cerita hanya berkutat pada cinta-cintaan, maka dari itu sinetron Indonesia membosankan. Padahal masalah remaja nggak hanya sekedar
cinta tetapi itu adalah banyak masalah. Aku nggak tau apakah pelaku industri sinetron masih takut untuk menampilkan masalah sex bebas, drugs, cinta sesama jenis dan lain-lain? kadang itu kembali pada sensor. padahal dibalik malalah kelam itu pasti ada yang bisa di ceritakan tentunya dengan penggamabaran dari banyak sisi, Insya Allah kita semua bisa jadi ter-edukasi.

Nggak semua sinetron Indonesia jelek, dulu ada yang bagus kayak Inikah Rasanya dan Luv (aku cuma inget dua sinetron itu saja).

No comments: