Wednesday 10 March 2010

aku menggelandang


kita sering menyebut mereka dengan gelandangan, anak jalanan, gembel atau dengan istilah yang lainnya. sering kita menghina dan mencaci mereka karena kebrutalan, kriminilatasnya, urakan, nggak tau aturan. tapi apa pernah kita memikirikan mereka??

setiap hari mereka bernafas dengan menghirup CO2 yang sama ajah dengan racun. makan mereka seadanya yang penting bisa dimakan nggak mikirin jumlah gizi yang penting kenyang. setiap detiknya mereka rawan terlibat kecelakaan lalu lintas dengan mengamen, mengasong, jual koran atau sekedar minta-minta. belum lagi merek berjuang untuk bertahan hidup di germelapnya kota metropolitan siapa yang kuat dia menjadi penguasa. mereka tertekan oleh preman-preman yang lebih dewasa. mereka menjadi korban pencabulan oleh orang yang nggak berkemanusiaan.

apa kita pernah merenungkan bagaimana mereka bisa menjadi anak jalanan? berapa minggu lalu dalam acara Uya Kuya tentang anak jalanan yang dihipnotis untuk menceritakan kehidupannya. miris banget melihatnya mereka seakan sebagai anak yang tak diharapkan mereka terbuang dari keluarganya sendiri ibu dan bapak yang tega menelentarkannya. ada yang dari berapa mereka tetap bertahan sekolah, karena dengan sekolah mereka percaya pasti bisa merubah hidupnya. mereka bertahan diantara himpitan kendaraan bermotor yang lalu lalang. mereka lebih nyaman hidup dijalanan dari pada dirumah tetapi tidak tenan dengan kekerasan terhadap anak.

aku pernah nonton film Jamilah Dan Sang Presiden bagaimana seorang anak yang di jual dan terlibat dalam kasus kriminilatisan seakan pemerintah tak memperdulikan lagi. selanjutnya film Sepuluh, menceritakan realita anak jalanan yang terus bertahan hidup. mereka hanya bertahan tidak untuk berjalan. satu demi satu diantara mereka hilang untuk dikorbankan organ tubuhnya untuk dijual oleh penguasa preman. mereka juga di perjualkan di rumah-rumah bordil.

miris melihat kisah mereka, mereka generasi yang tercabut. yang tidak punya identitas siapa saya. mereka hidup untuk hari ini entah untuk esok.

No comments: