Monday 8 July 2013

Cerpen : Akhir Perjalanan Cinta

Sudah dua jam perjalanan artinya masih ada enam jam lagi menyusuri jalanan malam.  Perjalanan antara Solo menuju Cirebon demi sebuah cinta. Itulah yang dilakukan oleh Raja untuk menemui kekasihnya Kumala. Raja tidak sendirian tetapi ditemani Wahyu sahabat terdekatnya . 

“Baru sampe Semarang ya?” Tanya Wahyu sambil membetulkan posisi duduknya.
“Iya, Masih lama.” Jawab Raja, dia tau kalau sahabatnya sudah mulai jenuh.
“Kenapa sih kamu nggak pake kereta aja?”
“Nggak ke kejar “waktunya”. Lagian semua kereta menuju Cirebon semunya pagi, kan aku kerja.” Raja member alasan.
“Berarti ini masih lama ya?” Wahyu menanyakan lagi.
“Heemm” Raja hanya mebelasnya dengn berdehem, karena malas menanggapi pasti akan ada perdebatan lagi.

Wahyu hanya menghela nafas bertanda pasrah perjalan panjangan ini. Ini adalah perjalan panjang darat pertama Wahyu. Sebenarnya Raja juga ini merupakan pengalaman pertamanya. Apalagi Raja tidak mengetahui medan jalan yang akan dilaluinya. Mentoknya cuma tau sampai Semarang selebihnya “buta”. Tetapi mau gimana lagi adanya seperti ini. Demi cinta harus diperjuangkan.

“Aku nggak habis pikir kenapa bisa-bisanya aku mau nemenin kamu,” ocehan Wahyu untuk menghilangkan bosan.
“Karena kamu sahabat terbaik ku, jadi kamu mau nolong ku tanpa ada alasan,hehehe.” Raja menanggapi dengan sedikit pujian agar Wahyu iklan menemani dirinya.
“Aku lupa, sejak kapan sih kalian jadian?” Wahyu mengganti topik pembicaraan, karena dia befikir bila ngomongin pejalanan pasti akan tambah bosan.

Raja tidak langsung menjawabnya karena sedang berusaha mengingat. Raja sendiri sudah agak lupa kejadiannya kapan dan bagai mana. Sambil berkosentrasi menyetir otaknya berputar kembali flash back. Selanjutnya meluncur lah cerita itu.

@@@

4 tahun lalu di arena jogging Stadion Manahan, Minggu pagi.

“Isshhh kenapa sih kamu nyeret aku  pagi buta kayak gini jogging, apa lagi ini hari Minggu  waktunya males-malesan.” Keluh Raja pada Wahyu yang sedang asik berlari pagi.
“Raja, sekarang udah jam 7 pagi artinya udah siang.” Jawab Wahyu kesal. “Lagian ini buat kesehatan.” Tambah Wahyu mempercepat langkahnya.

Mau nggak mau Raja mengikuti langkah Wahyu padahal dirinya sudah terengah-engah, keringat sudah bercucuran.

“Aku tau kamu habis diputusin Puput kan?” Raja terus mencari alasan agar sahabatnya jujur. Raja tau pasti terjadi sesuatu sehingga sahabatnya bisa khilaf bangun pagi apa lagi sampai jogging. Biasanya Wahyu melakukan seperti ini karena untuk menghapus marah.

“Jangan sotoy dech.” Raut muka Wahyu berubah menjadi semakin menyeramkan. “Ya udah dech kalau kamu nggak mau nemenin aku jogging pulang aja.”
“Ich gitu aja marah. Ya udah aku tunggu di bubur ayam situ.” Raja lebih memilih menyingkir dari Wahyu karena nggak mau lagi jadi korban dendam kesumat sahabatnya.

Raja memesan dua mangkuk bubur ayam dan secangkir teh manis panas. Bubur ditempatnya makan memang terkenal enak dan satu porsi tidak cukup untuk perut Raja yang sudah kelaparan aku karena tadi malam lupa makan gara-gara berkutat dengan skripsinya. Dalam sekejap bubur tersebut dilumatnya sampai licin. Raja berencana menyusul Wahyu ikutan jogging lagi, sudah yakin sanggup memutari stadion.

Raja masuk antrian kasir, di depannya ada gadis tubuh semampai tingginya setelinga Raja. Rambut panjangnya digelung dengan tusuk yang konde menancap. Cukup sopan memakin celana training dan atasan lengan panjang untuk acara olah raga apalagi cuaca yang agak panas. Secara tidak langsung Raja terkesima dengan parasnya yang hitam manis.

“Maaf mas, dompet saya ketinggalan. Saya pulang dulu gimana mas?” ucap gadis itu ragu dengan wajahnya pucat menahan malu.
“Wah mbak nggak bisa. Nggak ada utang disini.” Mas kasir menjelaskan dengan muka jutek.
“Kan nggak utang, beneran dech mas aku bayar rumah ku deket situ koq belakang SGM.” Perjuangan gadis itu semakin gigih dengan memberikan alasan yang mungkin bisa meloloskan diri.
“Yah mbak tetep gak bisa.” Mas kasir juga tetep gigih memperjuangkan haknya dapat bayaran.

Gadis itu semakin tampak bingung. Antrian dibelakangnya juga semakin panjang. Sudah ada beberapa orang yang mengeluh terlalu lama mengantri. Raja merasa kasihan pada gadis itu dan tidak tega bila gadis itu disuruh mas kasir jutek untuk mencuci piring sebagai cara lain untuk membayar buburnya.

“Udah mas biar saya saja yang bayar punya mbaknya.” Raja maju kedepan disebelah gadis tersebut.
Gadis itu terperanjat kaget sambil menengok ke arah Raja. “Nggak usah mas, nanti saya telpon orang rumah dulu biar nganter dompet.” Gadis tersebut tampak sungkan di bantu Raja, mungkin merasa tidak enak dibantu oleh orang yang nggak dikenalnya.
“Nggak apa koq mbak, lagian kelamaan juga nunggu orang rumah.” Ucap Raja ramah padanya. “Berapa semuanya?” Raja mengeluarkan uang selembar seratus ribu langsung di sodorkan ke kasir.

Setelah menerima kembaliannya Raja meninggalkan bubur itu sedangkan gadis itu masih saja berdiri di samping kasir karena masih belum percaya oleh pemuda kumal tetapi cukup ganteng.

Saat berjalan menuju jogging track, Raja merasa ada yang memanggilnya tetapi tidak yakin jadi mengacuhkan suara itu.

“Mas,” suara itu terdengar cukup dekat dan menyasasr pada Raja.

Raja menengok ke arah suara tersebut. Ternyata berasal dari suara cewek yang barusan di tolongnya. Raja menghentikan langkahnya dan menunggu cewek tadi menghampirinya.

“Oh ya namanya mas siapa?” Tanyanya tersenyum manis.
“Aku Raja.” Raja menjulurkan tangannya mengajak salaman lawan bicaranya.
“Kumala.” Gadis tersebut menjabat tangan Raja sambil member tahu namanya. “Oh ya boleh tau nomer hp mas? Kapan-kapan aku traktir mas ngopi.”
“Oh…hhmm hhmm” Raja  jadi gugup mendapat ajakan gadis semanis dia. Tentunya hatinya sangat berbunga-bunga. “081931811117” Raja menyubutkan deretan nomer, tentunya itu nomer handphone miliknya.  “Oh ya pin-nya 24b434” Raja menambahkan pin BBnya padahal tidak ditanya.

Dengan cekatan Kumala mencatat nomer handphone Raja beserta pin BBnya. “Makasih ya mas,” ucapan itu terlontar dari Kumala ketika selesai menyimpan nomer di phone book nya.

@@@

“Ouh iya aku inget, waktu itu kamu cerita tapi aku rak rewes soale gek nesu-nesu (aku nggak perhatikan karena sedang marah).” Wahyu sudah mengingat kembali setelah diceritakan oleh Raja. “Koq kamu nggak terima kasih sama aku,hem” Wahyu memalingkan wajahnya pura-pura ngambek.
“Makasih Wahyu sahabat ku…….” Raja membukukan badanya seperti orang Jepang dalam member ucapan teri kasih.

Wahyu membalasnya dengan senyuman kegirangan.

“Begitulah jodoh, datangnya bisa tiba-tiba tanpa kita sadari dan itu suatu berkah.” Mata Raja menerawang menembus jalan raya gelap. Bibirnya tersenyum bahagia.

Raja baru menyadari bahwa jodoh tidak selamanya Tuhan yang mengatur tetapi kita juga bisa mengaturnya atau  di atur oleh orang lain. Kita bisa mengatur sendiri karena sudah mentargetnya calon pilihan kita. Contohnya Raja sejak pertama dudu di warung bubur itu sudah curi-curi pandang ke Kumala ditambah ada adegan dramatis tersebut itulah campur tangan Tuhan gimana tergantung Raja melanjutkannya. Pernah Raja di jodoh-jodohkan oleh orang tuanya, tetapi semuanya tidak ada yang nyantol itu salah satu bagian jadi jodoh diatur oleh orang lain.

“Koq kalian bisa awet?” Wahyu jadi penasaran kisah cinta antara Raja dengan Kumala.
“Kata siapa awet? Kita juga pernah putus juga.”
“Lah kapan dan kenapa?”
“Ich sekarang kamu jadi wartawan infotaiment ya? hahahaha” Raja malah becandain Wahyu karena sudah mulai menelisik cerita cintanya.
“Naluri wartawan kayak gitu kali, suka kepo.” Wahyu menejelaskan alibinya dengan sedikit sewot. Dia memang seorang wartawan di koran local Solo.
“Pengen tau banget atau pengen tau ajah?” Raja semakin menjadi meledek Wahyu.
“pengenn tau aja.” Wahyu semaki kesal tetapi gimana lagi udah kadung penasaran sama cerita Raja.

Raja jadi semakin jail, dia tidak langsung menjawabnya. Raja jadi sibuk sendiri mencari sinyal radio yang suaranya bening dan tentunya bisa dinikmati untuk perjalanan malam. Berhubung yang dicarinya tidak ada yang pas akhirnya Raja menyetel MP3. Wahyu jadi semakin sebal dengan sikap Raja yang iseng itu. Wahyu pura-pura ambil posisi tidur dengan cara itu pasti Raja akan segera bercerita. Raja memang butuh teman ngobrol agar tidak mengantuk waktu menyetir.

“Iya aku cerita,” Raja menyerah juga, karena nggak mau nyetir sedirian. “Kita putus waktu udah dua tau jadian.” Hanya itu yang bisa dikasih informasinya.
“Cuma gitu jawabnya, ya sudah aku mau tidur.” Wahyu membalas keisengan Raja.
“Kan tadi katanya mau tau aja,” Raja jadi mendebat omongan Wahyu.
“Ni orang lama-lama ngeselin juga ya, tak cipok nih,” Wahyu semakin kesal dan mengambil ancang-ancang mau cium Raja sebagai ancaman.
“Iya aku cerita,” Raja menyerah dari pada nanti jadi homo setelah di cium Wahyu. “Belum lama sih kita putus.” Raja mulai cerita tetapi tiba-tiba terpotong karena meminggirkan mobilnya.
“Kenapa kita berenti Ja?” Tanya Wahyu heran.

Raja langsung turun dari mobilnya tanpa menjawab pertanyaan dari Wahyu. Mobil Raja berhenti tepat didepan toko bunga dearah Kota Pekalongan. Dari dalam mobil Wahyu melihat Raja membeli seikat bunga wawar kuning dan beberapa bungkus potongan bungan mawar merah. Setelah membayar belanjaannya Raja segera kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

“Ok aku lanjutin ceritanya.” Raja menyadari punya hutang cerita kepada Wahyu dan dari pada sepanjang perjalanan Wahyu jadi ngambek jadi tambah boring perlajanan.  “Taun lalu lah kayaknya aku sam dia putus masalahnya karena orang tuanna ngga setuju.”
“What?” Wahyu terkaget dengan alasan tersebut. “Kenapa ngga setuju? Kamu kurang apa coba? Ganteng iya, tajir juga, pinter, sopan santun…..”
“Beda suku.” Raja memotong pembicaraan Wahyu. “Karena kita beda suku, dia barat aku timur tau sendirilah.” Raja mengulang kembali pernyataannya dan menjelaskan secara eksplisit Kumala berasa dari suku apa dan dirininya dari suku apa.
“Masih ada orang kayak gitu jaman sekarang?”
“Ya buktinya seperti itu. Tapi setelah bokapnya ketemu aku dan kita banyak ngobrol, jalan bareng, nemenin dia main catur akhirnya bapaknya luluh juga.”

Mata Raja semakin berbinar bahagia ketika mengakhiri kalimatnya. Ada suatu pancaran harapan bahwa ingin melanjutkan tahap setelah pacaran yaitu pernikahan. Itu salah satu ujian yang wahyu harus hadapi masih ada banyak ujian yang sudah di lalui untuk meyakinkan Kumala dan masih ada satu ujian yang harus dihadapinya untuk menuju tahap pelaminan.

“Apa sih yang buat kamu yakin sama dia?” Wahyu kembali mengintrogasi Raja.
“Apa ya……” Raja jadi bingung sendiri karena dirinya tidak tahu secara spesifik bisa yakin sama Kumala. “Ouh ya, yang jelas dia pintar dia bisa menyeimbangkan pikiran ku. Dia juga bisa meredam emosiku.
“Aku juga bisa, kalau kamu lagi kesel selalu aku yang bis nemenin kamu,” Wahyu tidak mau kalah dengan omongan Raja yang sedang menjelaskan alasan yakin sama Kumala.
“Sayangnya aku bukan maho,hahahaha.” Raja malah meledek Wahyu. “Ada satu lagi yang aku yakin. Lebaran tahun lalu kita kesebuah panti asuhan, dia sangat menyukai anak-anak gimana dia menggendong, membelai, menyuapi anak kecil. Aku jadi membayangkan pasti dia akan baik membesarkan anak ku.” Ada sebuah senyum kebanggan yang muncul dari wajah Raja.

Sepanjang perjalan berikutnya mereka bercerita nostalgia tentang masa kecil. Raja dengan Wahyu sudah bersahabat sejak lama tepatnya sejak TK. Dari TK sampai kuliah mereka satu tempat. Namun waktu kuliah mereka hanya berbeda jurusan, sudah banyak cerita suka dan duka yang mereka lalui terlebih soal cinta. Wahyulah orang pertama menjadi “tempat sampah” Raja bila sedang gundah gulana.

Sejak lulus kuliah Wahyu pindah ke Surabaya karena kerjaan jadi dia banyak melewatkan cerita hubungan antara Raja dengan Kumala. Raja juga merasa tidak enak hati bila ada masalah dengan Kumala cerita kepada Wahyu karena takut mengganggu kerjaan Wahyu. Baru saat perjalanan inilah Wahyu secara detail kisah percintaan kawan karibnya. Entah kenapa Wahyu bisa ambil cuti dan menuruti kemauan sahabatnnya menemani perjalanan panjang ini, Wahyu merasa ada firasat lain.

Mobil yang mereka tumpangi sudah melewati kota Brebes artinya sebentar lagi sampai Ceribon setelah melewat perbatasan provinsi. Raja sudah semakin tidak sabar akan bertemu dengan pujaan hatinya. Raja menambahkan kecepatan berfikir supaya cepat sampai tujuan. Sebenarnya Wahyu juga sudah ingin cepat-cepat sampai.

“Ja, pelanin donk. Kamu mau nikah sama Kumala kan?” Wahyu mengingatkan Raja mengedarai mobilnya dalam batas wajar.
“Kamu udah siap Ja?” Wahyu kembali bertanya kesiapan Raja yang nanti akan dilakukan ketekika bertemu dengan Kumala.
“Udah siap koq, semuanya sudah di beli. Aku juga udah bilang ke keluarganya. Tadi keluarganya juga udah kasih kabar tempat yang Kumala tinggali sekarang mengijinkan. Aku juga udah beli bunga walau tadi sempat lupa.”
“Siap mental?”
“Udah.” Jawab Raja mantap.

Tepat pukul 23:30 Raja sampai di Kota Ceribon lebih tepatnya disebuah rumah sakit milik pemerintah. Selama beberapa bulan ini Kumala tinggal disalah satu kamar rumah sakit ini. Raja bergegas ganti baju, dia akan mengenakan kaos berwarna kuning sebuah warna yang dibencinya tetapi sangat disukai oleh Kumala. Demi Kumala, Raja iklas memakainya. Ada beberapa kerabat Kumala yang menyambutnya mereka juga segera bergegas menyiapkan sesuatu untuk Kumala.

Raja bersyukur mempunyai sahabat sebaik Wahyu yang mau menemani perjalanan malam yang membosankan. Raja juga tidak menyangka kerabat Kumala menyambutnya dengan hangat padahal dulu sempat menentang hubungannya dengan Kumala. Raja bahagia mereka semua berkumpul untuk hari ini, sekali lagi demi Kumala.

Raja segera bergegas ke paviliun yang Kumala tempati. Ternyata didepan kamar sudah ada beberapa sahabat dekat Kumala dan tentunya Raja mengenali karena pernah dikenalkan Kumala. Sebentar lagi akan menjadi susuatu yang istimewa untuk Kumala.

@@@

Di dalam kamar yang sunyi Kumala berbaring matanya tidak bisa tidur karena gelisah. Sudah 7 jam tidak ada kabar dari Raja dan tidak seperti biasanya Raja tidak membalas SMS, BBM, Whatsapp. Telponnya juga tidak diangkat padahal Kumala sudah mencobanya 20 kali tetapi tidak diangkatnya. Ada perasaan marah, sedih dan khawatir   bercampur aduk dihati Kumala. Dikamarnya dia sendirian orang tuanya tidak bisa setiap saat menemani.

Dilihatnya jam menunjukan tepat pukul 00:00 Kumala mencoba memejamkan mata untuk tidur. Lebih baik tidur dari pada memikirkan Raja, bisa-bisa penyakitnya kambuh lagi. Seharusnya saat ini menjadi paling istimewa tapi karena keadaan Kumala pasrah harus tetap tinggal di rumah sakit. Mungkin takdir membawanya di ruangan ini.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Awalnya Kumala mencoba mengabaikan dan menganggapnya sebagai halusinasi karena tidak mungkin keluarganya datang di jam sekarang. Suster juga sudah memeriksa tadi jam 9 dan itu jadwal terakhir untuk mencek konndisi badan. Meski Kumal sudah tidak di infuse tetapi masih rutin untuk di cek perkembangan kesehatannya. Ketokan pintu itu semakin kencang. Kumala menyadari ini bukan halusinasi.

“Buka aja, nggak di kunci koq,” teriak Kumala memerintah ke orang dibalik pintu.

Begitu pintu di buka Kumala tercengang kaget. Tangannya mencubit pipi memastikan kalau ini bukan mimpi. Kumala merasa kesakitan sendiri, dan ini memang bukan mimpi. Dihadahapnnya ada Raja yang memakai kaos kuning pemberian dari Kumala sedang membawa kue tart kecil yang diatasnya ada lilin menyala. Di kedua sisi Raja ada ayah dan ibunya. Di belakang tiga orang itu ada Manda sahabat dekatnya yang sekarang tinggal di Singapura, dan ada beberapa teman dekat yang lain.

Nyanyian selamat ulang tahun menggema di kamar Kumala tentunya cukup dengan suara yang berbisik-bisik agar tidak mengganggu pasien yang lain. Air mata Kumala mulai menetes bahagia, yang dikira sebagai ulang tahun terburuknya berubah menjadi ulang tahun istimewa.

Raja semakin mendekat, wajahnya terpancar senang karena bisa bertemu kekasihnya. Sudah 4 bulan ini Raja tidak bertemu dengan Kumala. Dengan gugup Kumala menyambar rambut palsu yang ada disebelahnya dan langsung dipakai agar terlihat cantik. Kumala mengalami rontok rambut akibat dari kemoterapi. Dia sakit kanker ovaraium.

Sekarang Raja sudah berhadapan langsung dengan Kumala. “Ayo make wish lalu tiup.” Perintah Raja kepada Kumala.
“Kamu juga ya ikut make wish lalu tiup bersama,” pinta Kumala.

Keduanya memejam kan mata selama tiga detik lalu meniup lilin yang menyala. Setelah padam Raja mengecup kening Kumala. Tangisan Kumala masih belum reda karena bahagia. Dengan satu tangan Raja menggenggam tangan Kumala.

“Semoga kekasih ku cepat sehat agar bisa berkarya lagi dan bisa menemani ku lagi dalam suka dan duka, selamat ulang tahun.” Doa Raja agar Kumala biar sehat seperti sedia kala.
Tidak ketinggalan ayah dan ibu Kumala juga memberikan ucapan ulang tahun kepada putrinya. Tampak haru ketika mereka berpelukan saling menangisi, tentunya tangis kebahagiaan. Secara bergiliran sahabat Kumala memberikan selamat. Wajah Kumala berubah menjadi terlihat segar dan sehat seperti dulu, inilah energi cinta yang dipancarkan Raja untuk ke kekasihnya.

Satu persatu semua orang berpamitan untuk pulang karena takut menggangu pasien yang lain. Sekarang tinggal Kumala dan Raja yang ada di ruangan itu.

“Kamu kesini kapan dan naik apa?” Tanya Kumala penasaran karena pacarya tiba-tiba datang tepat pukul 00.
“Barusan sampai tadi pulang kerja langsung kesini. Aku naik mobil ditemenin Wahyu.”
“Boong ah….” Kumala tidak mempercayai begitu saja.
“Beneran dech sumpah,” Raja mencoba meyakinkan Kumala bahwa benar-benar melakukan itu.
“Iya dech percaya…..tapi kenapa kamu melakukan ini sayang?” Rupanya Kumala masih penasara alasan Raja melakukan itu.
“Aku kagen kamu. Ingin ketemu kamu aja.” Jawab Raja sekenenya dan menyembunyikan tujuan utama.
“Masa cuma gitu aja?” Kumala belum yakin atas jawaban Raja. “Terserah dech yang penting sekarang aku seneng kamu ada disini jadi aku bisa ngerayain ulang tahun bareng.

Raja menerima SMS dari Wahyu.

From Wahyu:
Ja, udah ready.

“Mala, jalan-jalan keluar yuk cari angin segar.” Ajak Raja mulai menjalankan rencananya.
“Boleh,” Kumala langsg menyetujuinya tanpa menaruh curiga.

Mereka berjalan menyusuri selasar yang sepi. Hanya ada beberapa perawat yang lalu lalang dan satpam yang sedang berpatroli. Kumala yang duduk di kursi roda di dorong menuju taman yang luas letaknya di belakang deretan gedung rumah sakit. Bintang-bintang terlihat jelas dari sini karena hanya sedikit polusi cahaya. Mereka berdiri dihamparan rumput hijau yang luas. Menyaksikan bintang dan berharap ada bintang jatuh.

Sayup-sayup terdengar sebuah lagu A Thousand Years dari Christina Perry. Semakin lama lagu tersebut semakin jelas. Kumala melihat sahabat dan orang tuanya datang sambil membawa lentera. Kumala juga baru menyadari ternyata berada di tengah-tengah lingkaran taburan mawar merah.

Kumala mendongak ke atas melihat Raja yang sedang tersenyum bahagia. Kumala sendiri masih bingung apa yang sedang terjadi. Dia hanya bisa tercengang sambil mentupi mulutunya dengan tangan. Setelah semua berkumpul dan berdiri di garis luar mawar Raja berpindah tempat berdiri tepat satu meter dihadapan Kumala.
Wahyu memberikan setangkai mawar kuning kepada Raja. Lagu A Thousand Years masih mengalun lembut ditaman tersebut. Menambah kesan romantic dimalam syahdu ini.

“Kumala mungkin kamu bingung dengan ini semua. Ini adalah kejutan di hari special mu.” Raja mulai berbicara sambil mentap Kumala dengan serius. Kumala berusaha tenang mendengarkan kata-kata dari Raja. “Saya yang bernama Raharja Santosa Projoningrat ingin mengajak Kumala Cantika untuk ikut menulis lembaran kehidupan baru dengan tinta kebahagiaan kita.”

Pecahlah tangis Kumala, begitu derasnya sampai tergagap. Kumala ingin mengatakan sesuatu tetapi seperti tertahan begitu saja yang ada suara isak tangisnya.

Raja kembali merangkai kata-katanya “Saya memang tidak sempurna dan saya juga tau Kumala juga bukan yang sempurna. Tetapi bila kita bersatu akan menjadi sempurna.” Raja memberikan seikat bunga mawar kuning kepada Kumala. Kumala menerima pemberian bunga itu sambil menangis.

I have died every day waiting for you
Darling don't be afraid
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away

Selesai sepenggal lirik lagu tersebut. Raja berlutut dihadapann Kumala. Raja mengeluaran sebuah kotak dari saku celananya lalu di bukalah kotak itu ternyata ada sebuah cincin. “Hhmmmm” Raja menarik nafas untuk ancang-ancang, jantung berdetak samakinn keras. “Kumala mau kah menikah dengan ku?”

Tangis Kumala semakin deras. Ada perasaan haru yang menyelimuti Kumala dan siapa saja yang menyaksikan acara lamaran tersebut. “Tapi aku sakit, Aku juga nggak bisa punya anak.” Kumala tidak langsung menjawab pertanyaan Raja tetapi malah menjelaskan permasalahan lain.

“Aku tidak peduli itu Kumala, aku sangat mencintai mu. Aku ingin kita hidup bersama. Kita bisa memperoleh kebahagiaan lain tanpa anak. Kita juga bisa adopsi anak. Aku yakin sekarang waktu yang tepat, belum tentu besok itu bisa” Kata-kata yang keluar dari mulut Raja begitu tulus dan meyakinkan.

Raja menaruh cincin itu di rumput lalu mengambil lentera yang di pegang Wahyu lalu kembali kehadapan Kumala. “Kumala tolong pegang lentera ini,” Raja menyerahkan lenteranya kepada Kumala.

“Terbangkan lentera ini kalau kamu setuju nikah sama aku. Tapi padamkan bila bila menolaknya.”

Raja sudah siap mental bila nanti di tolak yang penting sudah berani menyatakannya. Kalaupun di tolaknya anggap sedang sial dan bila di terima itu adalah keberuntungan. Kumala terpaku sambil memegang lentera itu masih bingung antara dan percaya dan tidak dirinya sedang dilamar oleh teman prianya yang empat tahun ini menjadi pacar. Tangisan itu masih menetes deras mata Kumala melihat kegaman apa yang telah dilkukan oleh Raja.

Alunan lagu A Thousand Years masih saja mengalun. Tarikan nafas Kumala sambil melepas lentera itu terbang dan diikuti oleh lentera ya yang lain juga diterbangkang. Kali ini Raja yang diberi kejutan oleh Kumala. Dengan menengadah kelangit seraya bersyukur kepada Tuhan. Sejurus kemudian Raja memungut cincin yang ada di rumput lalu dipakaikan cincin itu di jari manis Kumala. Isak tangis Kumala dan beberapa orang khususnya yang cewek meramaikan suasana haru tersebut. Setelah dipakai Raja memeluk erat Kumala. Ada senyum kebahagiaan yang terpancar dari kedua belah pihak.

Prosesi lamaran telah usai. Semua tamu juga sudah pulang, Kumala hanya ditemani oleh sang ibu. Jam sudah menunjukan pukul 03:00, suasana kembali sunyi seperti tidak terjadi apa-apa. Kumala masih tidak bisa tidur karena betapa bahagianya telah dilamar oleh orang yang tulus menerima kekerangannya. Apalagi kumala sudah divonis tidak bisa punya anak.

Tanpa sadar Kumala tertidur tetapi hanya sebentar karena dibangunkan ibunya. “Mala…bangung.”
“Hemm ada apa bu?” Kumala segera tersadar.
Ibunya tidak langsung menjawab. Ada rona kegelisahan membayangi wajahnya.
“Bu…..kenapa bu?” Kumala menanyakan kembali kembali kepada ibunya.
“Hhhmm,” tampak ada keraguan dari ibu. Sebenarnya ibunya tidak tega mengabarkan ini tetapi harus disampaikan, “Ada kecelakaan. Raja meninggal seketika. Mobil yang di kendarai di tabarak truk. Sedangkan Wahyu hanya luka ringan.”


Kumala langsung menangis histeris meratapi kenyataan, pria yang baru saja melamar dirinya tewas. Dan esok itu memang sudah tidak ada, adanya malam ini kebahagiaan abadi untuk Raja.

No comments: